ke tiga puluh enam

2.6K 103 0
                                    

Daren tidak cerita banyak soal 'bagaimana ia kenal sama Zavi' atau 'mendadak jadi akrab banget'.

bodo amat lah Le! syukur kalau si Zavi udah ada gandengan lain!! syukur banget!

aku berusaha buat nggak baper, atau kelihatan 'nyesel' udah melupakan Zavi dari hidupku.

setidaknya kudu tegar, pas tau Zavi dateng ke Resto Hotel.
dan dia duduk bersebelahan dengan Daren.

ngobrol berdua, mesra cuy
ketawa ketiwi, seneng banget pokoknya.

sampai kak Hikma berdiri di sampingku, dan menyentuh sikuku."lagi jaman Friendzonivora po kak?"

wassalam! kak hikma berhasil membuatku mati kata.

"mungkin itu pacarnya kak Daren. kan dia lama juga jomblo." ucapku polos.

dan mendadak aku sadar, kalau acara outing ini bisa berubah jadi family gathering atau blind date. secara hampir semua peserta bawa pasangan masing-masing.

dan cuma aku yang sendiri, sebelum Daren akhirnya ngegandeng Zavi.

kak Hikma menatapku dengan cemas, "gabung tempatku aja po kak? kan kamu udah lumayan akrab sama suamiku."

aku mengibas tangan pelan, "nggak usah kak. eheheh" bahkan tawaku terdengar sangat kaku.

aku berjalan menjauh dan keluar dari Restoran. karena selera makanku menguap seketika.

pedes mata ini kalau lama-lama lihat sebegitu nyatanya jarak yang dia tebarkan.
aku mengeluarkan ponselku dan mengetik sesuatu di whatsapp tapi ku hapus kembali.
lah? nasib jomblo ya begini. ya udah diterima aja. nggak usah muluk nyari pasangan.

sebuah kursi pantai berjejer menghadap ke laut terlihat kosong. aku berjalan menuju ke sana dan duduk termenung.

baru kali ini ngikut acara outing yang bikin baper parah! dosa apa coba! nggak ikut outing ngenes, ikutan outing tambah ngenes.

pukul 11 malam, Daren belum juga kembali ke kamar hotel, aku baru saja selesai mandi setelah seharian tidur gara-gara males kalau dijalan ketemu Zavi yang 'hahahihi' sama pacar barunya.

tiba-tiba terdengar bunyi bel. aku mengintip di lubang kecil dekat pintu. dan jantungku mau loncat pas tau siapa yang bertamu nyaris tengah malam gini.

"lho? mana Daren?" tanyaku kebingungan "dia nggak ilang kan?"

"hai Le. lagi apa?" sapa Zavi ceria.

"mau tidur." balasku bohong. padahal baru bangun, mata seger gini.

Zavi menatapku lurus "udah ngantuk banget?"

otak yang harusnya ngasih kode mengangguk buat nolak ajakan Zavi malah ngirim sinyal error. alhasil kepalaku menggeleng.

"jalan-jalan yuk. seharian ini aku cuma lihat kamu di Resto, habis itu ngilang."

ya iyalah ngilang. biar nggak sepet ni mata liat kamu berduaan mulu sama Daren.

"aku boleh nolak nggak?"

Zavi terlihat sedikit sebal mendengar jawababku, "lama nggak ketemu kok kamu tambah judes Le?"

"nggak judes kok. aku biasa aja."

"ya udah. plissss banget Le. temenin aku jalan-jalan ya. kan jauh dari Semarang ke Labuan Bajo cuma  buat nyusulin kamu doang nggak kasian nih?" Zavi setengah memaksa.

"nyusullin aku?" alisku berkerut "sejak kapan aku minta kamu buat nyusulin? kan kita nggak lagi dalam 'hubungan' apa-apa."
"aku yang ada hubungan sama kamu Aleana." ia menarikku keluar dan menutup pintu kamar. tanpa memberiku kesempatan ambil dompet atau ponsel.

Jangan Tolak Aku - Tamat-Where stories live. Discover now