ke tujuh belas

2.8K 120 1
                                    

Feeling emak-emak emang paling kenceng sinyalnya.

LTE aja kalah.

dan si Mama akhirnya menemukan sosok itu.

"Jadi hubunganmu sama dia apa Le?" Mama sudah siap untuk melakukan 'sidang' pasca ketahuan bohong.

"temen?"
"TTM?"
"Apa kamu mau dijadiin yang kedua?"

busettt jawaban mama yang terakhir bikin tepok jidat.

"Bukan Ma. kami cuma temen, kenalan aja."

jelas jawaban itu bukan yang diharapkan oleh telinga Mama.

"terus?"

aku mencoba memutar bola mata," ya udah. begini. nggak ada kelanjutan apalagi terus Ma."

tak berselang lama, Mama menekan nomer diponsel dan menghubungkan.

'Halo? Zavi? kamu bisa kesini sekarang?"

ohokkkk!!! aku menyemprotkan air soda yang sedang membasahi leher.

"Mama telepon Zavi?" alis mataku berkerenyit. "sejak kapan kalian kenal?"

Mama tersenyum licik, "Sejak Sevanda mengetahui kalau atasannya suka CCP sama kamu."

"Ya ampun Mama. itu bukan CCP. biasa aja." kilahku tegas.

tepat 15 menit setelah Mama menelepon, mobil yang pernah ku 'tuduh' sebagai GOCAR itu masuk ke halaman rumah.

tabahkan hatimu Le.

parahnya si Zavi kesini mengenakan seragam Sabharanya lengkap dengan tas jinjing ala orang-orang AKPOL.

lalu ia dipersilahkan masuk oleh Mama, dan keduanya asyik berbincang.

sementara aku memilih diam dikamar tanpa berniat untuk mengetahui apa yang mereka bicarakan.

"Le. ditemani si Zavi." ujar Mama senyam-senyum.

"tumben Mama senyam-senyum gitu."

"siapa yang nggak seneng kalau bakal dapet calon mantu polisi pangkat tinggi gitu."

"bukaaan ma. calon mantu Mama bukan polisi lalu lintas.... plisss cari yang lain aja."

Mama meninggalkanku dengan pandangan -sebodo teuing-

***

"Baru pulang Le?"

suara Zavi menyambutku saat aku memilih duduk di ujung sofa.

"iya."

umumnya orang yang berbicara itu berdekatan, apalagi ini diapelin sama mas-mas berseragam.

hanya saja Zavi dan Aleana berbeda presepsi 'kunjungan'.

Zavi mau ngobral cinta dan perasaan. Ale nangkepnya mau kepoin kehidupan dia. secara selama ini Zavi sering begitu.

"kenapa kok duduknya disana."

Ale semakin menepi hingga nyaris ujung pantatnya saja yang duduk.

"ya.. nggak papa."

Ale ini cukup unik menurut polisi satu ini.
diantara bejibun kaum wanita yang pernah ia dekati, hanya Ale yang masih bersikap seperti 'orang asing', ditengah jumlah pertemuan mereka yang makin intens.

"aku kesini nggak mau nilang Le." Zavi menepuk kursinya. "deketan dikit napa."

"La-le enak aja kamu panggil aku. kaya udah akrab aja." Ale lama-lama jadi sewot.

habis kalau lihat Zavi, kepalanya ingat betul bagaimana laki-laki itu menyebutnya bego.

"kenapa? kok jadi dongkol gitu?" lagi-lagi ia harus menebak kenapa Ale bersikap demikian. "masih sebel gara-gara dimobil kemaren?"

diamnya Ale seakaj menjawab bahwa tebakan Zavi benar.

ya kaleee
ente bilang aku bego, padahal seumur hidup. Mama yang tau gimana nakalnya aku, ndablegnya aku aja nggak pernah bilanh gitu.

lha ini? bocah kemaren sore. sekolah di AKPOL juga nggak tau lulus beneran apa enggak. seenak lambe ngatain aku bego.

sakit hati tau.. SAKIITTT....

"Nonton yuk Le. ada film bagus." ajak Zavi.

kamprett malah ngajak nonton film.

"judulnya KKN Di Desa Penari lho." tawar Zavi lagi.

ia paham bahwa Ale akan sulit menolak ajakannya kali ini. terlebih ia memang suka film genre horor.

bocoran dari Mamanya, 'Ale lagi baper nak Zavi. diajaknya nonton horor dijamin susah nolak. tapi kalau diajak nonton film Jelita Sejuba yang katanya mencintai kesatria negara pasti kamu langsung ditolak.'

Jangan Tolak Aku - Tamat-Where stories live. Discover now