ke dua puluh enam.

2.5K 109 2
                                    

"Aleana." panggil Zavi manis.

"ya?"

"makan lagi yuk. kamu nggak lagi blind date atau nungguin temen kan?" tebak Zavi.

Ale menggeleng.

mana mungkin ia blind date ditempat mahal yang menghabiskan separuh gajinya.

ia kesini cuma mau nyobain sup buah yang katanya rekomendasi itu, meski harganya 3 kali lipat daripada yang dijual di kaki lima.

tangan Zavi memanggil pramusaji dan memilih menu pada buku yang tadi buat tutip wajah Ale.

"Salad sayur dan infuse water." Zavi menutup buku menu dan menyerahkan pada pramusaji.

tumben ni bocah.

"kalau mbak mau nambah pesanan?"

Ale menggeleng pelan, "enggak. sudah ini aja."

selama makan di the Guest tadi, Ale lebih banyak diam. begitupula saat Zavi menawarinya untuk pulang bersama.

Ale menolak tapi Zavi memaksa.

dan sesaat, perasaan Ale berubah menjadi 'mungkin ini yang dinamakan kejebak friendzone.'

Zavi memang tidak pernah memproklamirkan bagaimana hubungan mereka saat ini. sudah sejauh apa, sudah sampai level mana. entahlah.

kemana-mana mereka selalu berdua, nonton berdua, makan berdua, saling mengabari satusama lain.

Ale sudah berhenti melakukan blind date, sejak Mama setuju kalau hubungan Ale dan Zavi berkembang. nyatanya ia masih blind date. baru saja dengan seorang gadis bernama Fay.

mungkinkah, Aleana masih diposisi 'aku yang berjuang dan aku juga yang terbuang?"

"Ngalamun apa Le?" suara Zavi membuyarkan lamunan.

Kepala Aleana sejak masuk mobil sudah bersandar di pintu. dan duduknya juga sedikit kurang nyaman jika dilihat dari sudut pandang Zavi.

"kamu sakit?"

Ale menggeleng dua kali.

Zavi mengrenyit "kok lemes gitu. diem aja dari tadi."

siapa yang nggak diem dan lemes, kalau selama ini cuma aku yang nyimpen semua rasa ini sendiri. bukanya kamu yang membuat aku seakan terbang 'Lupa perkara Diaz' dan sesaat pula kamu jatuhkan.

"Laper Le?" tanya Zavi khawatir. ia menepikan mobil hingga dekat trotoar.

"hmm.." Ale membuka pintu mobil "nggak tau kayaknya aku mau keluar dulu."

lalu Aleana berjalan pelan ke trotoar, melihat taksi yang berhenti. lalu ia masuk.

beberapa saat kemudian Zavi menahan lengan Aleana.

"Le. kamu kenapa sih?" tanyanya bingung.

Ale menepiskan lengan Zavi. memintanya untuk melepaskan genggaman itu. "aku nggak papa. aku cuma pingin pulang."

Ale berusaha melepaskan tangan Zavi, sampai sopir taksinya heran.

"Lepasin Zav." air mata Ale mulai bercucuran. "aku mau pulang!" suara Aleana memelas.

Zavi tidak tega melihat Ale yang tiba-tiba berubah peringai begini. ia akhirnya melepas tangannya dan membiarkan Ale menutup pintu taksi. dan meninggalkannya.

didalam taksi Ale menangis sejadi-jadinya. ia merasa lebih menyakitkan daripada mergokin Diaz ciuman dibelakang tubuhnya dengan Jena.

ia merasa seperti memergokki sosok yang dekat dengannya sedang selingkuh secara terbuka.

"pak, muter-muter semarang dulu ya. nggak papa? saya mau nangis disini aja." ujar Ale sesegukan.

"iya mbak." ujar sopir taksi sembari memberikan tissue.

nyaris pukul 9 malam Ale baru sampai ke rumah.

ia melihat mobil Zavi terparkir di depan pintu masuk satpam. tapi ia tidak diijinkan masuk karena tidak memiliki ijin kepentingan.

untungnya tinggal di Paragon Apartemen sedikit memberikan kelegaan bagi Ale yang sebisa mungkin menghindari pertemuannya dengan Zavi.

"makasih ya pak." ujar Ale saat membayar taksi. "maaf saya jadi nghabisin tissue bapak."

"nggak papa mbak."

saat Aleana melihat ponselnya. ada lebih dari 53 missed call dan 12 inbox dari Zavi Guna Pratama.

Jangan Tolak Aku - Tamat-Where stories live. Discover now