ke dua puluh dua

2.6K 106 0
                                    

"Gimana kalau kamu langsung resmikan hubunganmu sama Zavi. Mama denger bentar lagi dia mau naik pangkat."

Buset!! mama denger gossip ini darimana?

"astaga Mama! aku sama Zavi tuh cuma temenan. dan kita nggak dalam status apa-apa." Ale bahkan belum sempat melepas tas dan sepatu dipintu depan rumah.

saat gadis itu melenggang masuk, dan ingin rasanya mendudukkan pantat diatas sofa, Mama Ale bergerak cepat.

"Ya kamu bilang dong. masa udah kenal 2 bulan nggak ada perubahan, saham aja udah naik tinggi Le. masa kamu masih stagnan di garis ini-ini aja."

Kepala Ale mulai berdenyut-denyut merasakan bagaimana Mamanya meminta hal mustahil ia wujudkan.

terlebih ia paham siapa Zavi. ia tahu posisi apa dirinya berada saat ini.

"Ma. tolonglah." Nada Ale sudah memelas. "Aku sama Zavi itu nggak ada hubungan apa-apa. jadi berhentilah membuat hal konyol begini."

"kamu bilang konyol Le?" Mamanya tidak percaya.

Ale mendesah nafas panjang,"bisa-bisa aku putus asa soal jodoh kalau Mama sebegini rewelnya."

ia menutup pintu kamar dan merebahkan diri diatas ranjang. kemudian mengeluarkan ponsel dan menyalakan lagu.

playlistnya boleh jadul, tapi soal makna dari lirik lagu. ia rasa cukup dalam jika didengarkan oleh orang yang berada di titik terendah soal asmara.

ku tutup pintu cintaku
yang sekian lama~
terbuka untukmu
lelah hati ini

apakah selama ini cinta yang ada
hanyalah semu. betapa~
sakitnya hatiku
dan dirimu memilih dirinya
hingga kau tinggalkan cinta kita

ketika dia yang cinta mencintai yang lain
betapa dalamnya terluka hatiku
dan bagaimana kah ku harus menyakinkan
diriku
saat ku dengar suaramu
KU TAK MAMPU PERGI~

sammy simorangkir -

haruskah Ale jujur soal perasaan ini?
lagi-lagi ia terjebak dalam situasi gila. kedua kalinya ia menambatkan hati pada sosok yang sangat sulit ia gengam.

ia menangis dalam rasa perih yang dalam.

bodoh jika ia tak menyadari bahwa kebiasaan Zavi mulai membuatnya lupa soal Diaz, lupa bagaimana rasanya disakiti dan ditinggal menikah.

lupa akan rasa lara hati.

ia terlena sejadi-jadinya pada pesona polisi itu. sampai ia tak sadar, bahwa bisa saja Zavi memiliki sosok lain yang ia idamkan untuk jadi pasangan.

memang kemana-mana mereka selalu berdua. tapi soal hati ia tak berhak mensetting kemana arah perasaan itu akan bergerak.

setelah cukup lama larut dalam perasaan menyakitkan ini. Ale bergegas bangun, berjalan menuju meja tempat ia biasa meletakkan tugas dan pekerjaan sekolahnya.

tangan kanan Ale berusaha mencari sebuah kertas. kemudian menuliskan dengan tinta dark blue kesukaannya. dan menempelkan tulisan itu di depan meja kerja dan belakang pintu.

agar ia bisa membaca dan otaknya mengingat bahwa semua adalah ilusi.

***

sesuai dengan kesepakatan yang ditawarkan Zavi.

mereka bersama dan bertemu di lapangan tenis milik Polda.

karena hari ini perayaan ulangtahun Polri, seluruh polisi mengenakan seragam upacara. namun ada pula yang sudah berganti dengan kaos dan celana olahraga.
perlombaan yang dirangkai untuk memeriahkan ulangtahun siap dieksekusi.

Zavi menatap dengan mata penuh kekaguman, dia berdiri persis disebelah Ale, ia juga tak mengijinkan gadis itu pergi barang seinchi jauh darinya.

"pegang ini. aku mau ganti baju dulu." Zavi berguman dan meletakkan kupon undian serta ponselnya diatas tangan Ale. "tunggu 10 menit."

kemudian punggung laki-laki itu menghilang diantara kerumunan polisi lain.

saat perwira itu bergandengan tangan dengan istri dan anaknya. apalah daya Ale yang tergenggam pada rasa tanpa ikatan.
sejauh ini, ia merasa perasaanya sudah terlempar ke Samudra Hindia, entah akan menggambang sampai mana, apakah akan direngkuh oleh Zavi atau tenggelam ke dasar.

entahlah.

Jangan Tolak Aku - Tamat-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang