Part 32

2.7K 185 4
                                    

Malam semua..
Udah lama banget yah saya gak update, maaf banget.

Gimana kabar kalian, masih sehat kan? Jaga kesehatan kalian yah biar corona cepat musnah dari bumi, stay health everyone.

Kuy ahh



◆◆◆



Dua hari kemudian...

Renata tak henti mengumbarkan senyumannya pada semua orang. Dia bahagia, amat sangat bahagia karena bisa terbebas dari rumah sakit, tadi pagi dokter melakukan pengecekan terakhirnya dan mengatakan bahwa dirinya sudah diperbolehkan pulang.

Dia senang karena bisa terbebas dari makanan rumah sakit, dan bisa terbebas dari obat-obatan yang sangat dia benci. Selama dua hari kemarin Renata memang terpaksa meminum obatnya, awalnya Renata menolaknya tapi dia mengingat rasa sakitnya saat tidak meminum obat membuatnya berfikir ulang untuk melakukan hal yang sama, hingga akhirnya Renata meminum obat yang sangat pahit itu.

"Pulang lah kerumah kami."

Senyum Renata pudar mendengar perkataan dari ibu kandungnya, Vienna. Dia lupa bahwa dia harus memilih.

"A- aku ingin pulang kerumah Ayah Bunda." Ucap Renata pelan kepada semua orang yang berada didalam ruangan.

Vienna menatap wajah Renata yang menunduk dengan sendu. Cris langsung merangkul bahu istrinya untuk menguatkan.

"Kami menyayangimu sayang, semua perkataan Ayahmu salah. Kami ingin membawamu bukan karena untuk menjadi pengganti Nathalie, kami membawamu karena kami merindukanmu." Ucap Vienna sendu.

"Belasan tahun kami selalu menginginkanmu dan membawa mu bersama kami tinggal, tapi kami hanya bisa melihatmu dalam keadaan foto maupun layar. Selama ini kami selalu mengawasimu sehingga kami tahu semua kebiasaanmu, semua yang kami lakukan kepadamu bukanlah keinginan kami Thalia, kami terpaksa melakukan ini hiks hiks." Lanjut Vienna dan langsung memeluk tubuh suaminya dengan tangisan.

Renata yang mendengar itu ikut meneteskan air matanya, dia tidak tahu apa perkataan yang Vienna ucapkan benar atau tidak.

"Baiklah jika itu mau Thalia, kami permisi." Pamit Cris dan membawa Vienna yang masih berada dipelukannya keluar.

Tangis Renata mengencang saat melihat kedua orang tua kandungnya pergi dari ruangannya, dia tidak tahu apa keputusan yang dia ambil benar atau tidak, tapi hatinya sungguh sakit melihat mereka pergi dengan tatapan yang menyaratkan luka.

●●●


"Berjalan sesuai rencana, pasti dia mulai merasa bersalah kepada kita." Ucap seorang wanita paruh baya dengan memeluk tubuh jangkung suaminya.

"Iya, sekarang kita tunggu saja dan jika dia tidak merubah keputusannya maka lakukan rencana selanjutnya." Jawab sang suami.

Mereka adalah Cris dan Vienna, saat ini mereka sudah berada di villa miliknya.

"Tuan." Kedua orang itu langsung mengalihkan tatapannya kepada tangan kanan Cris.

"Ada apa ?" Tanya Cris itu dengan dingin.

"Mereka semua sudah pergi dari rumah sakit dan akan pulang ke kediaman Anderson." Ucap pria itu dengan sedikit menundukkan kepalanya sopan.

Mendengar itu membuat Cris dan Vienna geram sebab rencananya kali ini gagal, namun senyuman yang mempunyai banyak arti terbit dikedua wajah mereka membuat asisten Cris sedikit bergidik.

Dia tahu apa yang direncanakan oleh atasannya itu, ingin sekali dia menyadarkan mereka bahwa perbuatan yang akan mereka lakukan adalah hal yang salah dan akan berakibat fatal.

Namun dia hanyalah seorang bawahan yang hanya bisa menurut perintah tuannya tanpa membantah dan protes, jika dia melakukan hal itu maka dia akan kehilangan pekerjaannya dan istri serta anaknya yang akan ikut menderita, dia tidak mau itu.

●●●


"Kita sudah sampai."

Renata tersadar dari lamunannya saat mendengar perkataan dari Garry, pandangannya menelusuri ke berbagai sudut dan ternyata benar, bahwa dia sudah sampai dirumah yang telah tujuh belas tahun dia huni.

Sedari perjalanan Renata hanya diam karena memikirkan perkataan dari orang tua kandungnya, Renata tak sadar bahwa Satya yang sudah membukakan pintunya untuk turun.

Satya menghela nafas melihat adiknya yang kembali melamun, tangannya terulur untuk menepuk bahu adiknya agar tersadar.

"Ayo turun sayang." Renata menggelengkan kepalanya kecil untuk memfokuskan fikirannya dan turun dari mobil.

Satya melingkarkan tangannya ke bahu adiknya dan membantunya berjalan kearah kamarnya.

Setibanya dikamar Satya membaringkan tubuh Renata pelan dan menyuruhnya untuk beristirahat, setelah Renata memejamkan matanya Satya, Lani dan Garry pergi dari kamar Renata untuk beristirahat.

Renata kembali membuka matanya setelah mendengar pintu yang tertutup, dia hanya memandang kosong keatap kamarnya yang berwarna putih.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku telah membuat hati orang tua kandungku terluka, walaupun mereka bukan yang mengurusku dari kecil tetapi ada rasa nyaman yang sama saat aku bersama keluargaku dan saat aku bersama mereka. Aku anak yang bodoh, aku telah membuat kedua orang tua ku terluka." Lirih Renata dengan air mata yang mengalir dari ujung matanya.

◆◆◆

Gimana part ini?
Terlalu pendek?
Gajelas?
Yuk kirim semua yang ada dibenak kalian pas kalian baca part ini ke komentar biar jadi bahan pembelajaran buat saya..

Jangan lupa vote nya yahh biar saya tambah semangat buat update.

See you next part guys.

DESTROYED [END]Where stories live. Discover now