Part 4

9K 705 10
                                    

happy Reading...

◆◆◆

Renata menyentakkan tangannya dengan kuat saat mereka sudah berada di ruangan Revan.

"Akhhh sakitt." Renata mengusap pergelangan tangannya yg merah. Renata menjauhkan tangannya saat Revan ingin menyentuh luka yg dia buat sendiri.

"Dari tadi saya hanya diam dengan perlakuan anda, karena saya menghormati anda, anda adalah pemilik sekolah ini ditambah anda lebih tua dari saya, tapi lihatlah perlakuan anda sekarang. Sifat anda tidak mencerminkan seorang pemimpin. Apakah anda masih pantas di hormati ?! " Renata mengernyit melihat Revan berekspresi diluar ekspetasinya dia kira bahwa Revan akan marah kepadanya, tetapi tidak Revan tidak menunjukkan ekspresi marah tapi dia malah mengeluarkan senyuman.

'Senyumnya sangat indah Tuhan. Oh Shit sadarlah Nata. ' Renata menggelengkan kepalanya agar kembali fokus.

"Aku marah karena seseorang menyukai apa yg aku sukai. " Renata melangkah mundur saat Revan melangkah kearahnya.

" Aku marah karena milikku tersenyum kepada pria lain. " Revan terus melangkahkan kakinya ke arah Renata tanpa menghentikan perkataannya.

"Aku marah karena milikku disentuh oleh pria lain. " jantung Renata berdetak cepat saat Revan tidak menghentikan langkahnya.

"Aku marah karena milikku dipeluk oleh pria lain. " Renata menghentikan langkahnya saat punggungnya menempel pada tembok. Renata tidak bisa kabur lagi sekarang karena disebelah kirinya terdapat sofa dan disebelah kanannya ada tanaman. Tetapi Revan masih terus melangkahkan kakinya.

"Kau tau kenapa aku marah? " tanya Revan, dengan tangan yg berada di samping tubuh Renata dan Revan menundukkan kepalanya karena tinggi badannya yg berbeda jauh dengan Renata semakin mendekatkan kepalanya kearah telinga Renata. Tangan Renata mendorong dada Revan agar menjauh. Tapi hal itu tidak berguna sama sekali.

"Karena apa yg menjadi milikku, tidak boleh disentuh oleh siapapun. Jika itu sampai terjadi, so i wanna kill him. " Renata menahan nafas saat mendengar bisikan Revan pada telinganya.

Posisi mereka sangat intim membuat Renata sedari tadi menahan nafasnya. Ditambah nafas Revan yg terasa dileher putih Renata.

"Breath baby breath. " seolah di hipnotis Renata langsung mengambil nafas sebanyak banyaknya.

"What do you want? " lirih Renata setelah dia menormalkan pernafasannya.

"I want you. " Setelah Revan mengatakan itu. Tanpa berfikir dia menempelkan bibirnya dengan bibir Renata.

Renata menegang saat merasakan sesuatu yg lembut menempel pada bibirnya. Revan mulai melumat pelan bibir manis Renata membuat Renata tersadar, Renata langsung mencoba melepaskan dengan memukul dada Revan tapi tidak dihiraukan. Revan mulai menahan tengkuk Renata dengan tangan Kirinya dan menahan kedua tangan Renata dengan tangan kanannya.

Revan tersadar dan menghentikan ciumannya saat merasakan basah pada pipi Renata. Dan penyesalan pun datang saat melihat Renata yg menangis dengan mengeluarkan tatapan kecewa dan marah.

Revan langsung melepaskan tangannya pada tubuh Renata. Dia mulai mengusap lembut kedua pipi Renata untuk menghilangkan air matanya tetapi air matanya ta kunjung berhenti.

"I am not your bitch. " Renata langsung pergi dengan air mata yg tidak berhenti, meninggalkan Revan sendirian.

Renata menghapus air matanya saat membuka pintu ruangan Revan. Saat berada diluar banyak mata yg melihatnya dengan mata yg sembab. Ketidak hadiran pemilik yayasan membuat acara di pending.

Renata berlari menuju toilet untuk mencuci wajahnya. Setibanya di toilet, beruntung toilet tersebut dalam keadaan kosong. Air mata Renata kembali mengalir mengingat kejadian yg baru saja terjadi dengannya.

'Oh Tuhan dia mengambil hak yg seharusnya menjadi hak suamiku. Maafkan aku Tuhan. ' Batin Renata.

Renata keluar dari toilet dan pergi ke kelas. Kelas menjadi hening saat Renata memasuki kelas. Tidak banyak yg berada dikelas mereka memanfaatkan untuk ke kantin maupun pergi ke kelas lain untuk mengapeli doi nya. Apa benar??

"Lo gapapa Mel, mata lo bengkak. Kenapa? " Tanya Novi sat Renata duduk di bangkunya yg dibalas gelengan oleh Renata.

"Lo di apain sama dia Mel? Bilang aja sama kita. " Tambah Diani.

"Gue gapapa, kalian gausah khawatir. " ucap Renata serak.

"Wanna hug? " Renata langsung memeluk Novi setelah mendengar ucapannya.

"Nangis aja kalau itu buat lo tenang. "

Novi memeluk erat saat Renata kembali terisak. Diani yg melihat itupun ikut kedalam pelukan mereka.

"Kita bakalan ada buat lo Mel. Kita emang gatau masalah lo. Kalau lo mau cerita, kita dengan senang hati bakalan jadi pendengar yg baik tanpa buka mulut. " Ucap Novi.

"Tangan lo luka, ayo ke UKS. " Diani menarik Renata ke UKS, saat pelukan mereka sudah terlepas.

◆◆◆

To be Continue...

DESTROYED [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora