Part 7

7.6K 585 4
                                    

Happy Reading...

◆◆◆

"Siapa Nathalie ?"

Pandangan mereka langsung kearah Renata, setelah mendengar pertanyaan Renata. Yap Renata sedari tadi mendengar pembicaraan mereka.

Renata menatap mereka satu persatu membuat mereka yang ditatap langsung terdiam kaku tanpa ada yang menjawab pertanyaan Renata.

Renata menghela nafas saat tidak ada yang menjawab pertanyaannya.

"Maafkan aku, seharusnya aku tidak mendengar pembicaraan kalian. Maaf atas kelancanganku. Permisi." Renata melangkahkan kakinya kearah ruang tengah dan duduk disalah satu sofa.

Renata menolehkan wajahnya saat seseorang duduk disampingnya.

"Aku akan masak untuk makan malam, apa kamu ingin membantuku ?" Ajak Vienna.

"Tapi aku tak pandai memasak Tante." Setelah Renata mengatakan itu, tanpa disadari Vienna menatapnya sendu.

"Tak apa, aku bisa sekalian mengajarimu masak. Ayo."

Mereka beranjak dari duduknya dan pergi ke dapur. Vienna mulai mengeluarkan bahan bahan yang akan dia olah.

"Siapa nama orangtuamu honey?" Vienna memulai pembicaraan saat mereka sedang membuat makan malam.

"Nama ayahku Garry dan ibuku Lani."

"Apa kamu mempunyai kakak?" Tanya Vienna

"Iya, namanya Roni Satya tapi aku memanggilnya bang Satya. Kami hanya terpaut umur tiga tahun." Jawab Renata sambil terkekeh. Mengingat wajah kesal Abang kesayangannya karena memanggilnya Bang Satya.

"Sepertinya kamu sangat menyayanginya ya." Renata melihat senyum Vienna dan menjawab perkataannya dengan senyuman.

"Iya aku sangat menyayangi mereka. Merekalah alasan aku ada disini, mereka jugalah yg membuat aku mau untuk sekolah. Mereka jugalah alasan aku untuk sukses agar aku dapat melihat senyum bangganya saat mereka tua nanti." Penjelasan itu membuat Vienna semakin menundukkan kepalanya dan Renata tidak menyadari itu karena sedang memotong sayuran.

"Mereka pasti beruntung karena memiliki anak sepertimu nak." Pernyataan Vienna dibalas gelengan oleh Renata.

"Tidak, tapi aku yang beruntung memiliki keluarga seperti mereka." Sanggah Renata.

"Ta- Tante pergi sebentar yah, lanjutkan saja memotong sayurnya." Setelah Vienna mengatakan itu dia langsung mencuci tangannya karena kotor dengan tepung dan berlalu pergi keluar dapur, Yang dibalas anggukan oleh Renata.

Vienna berjalan cepat dengan kepala menunduk, membuat dia tanpa sengaja menabrak seseorang. Dia langsung memeluk tubuh yang sudah dia tabrak dengan erat saat dia mencium aroma parfum yg sudah tidak asing di indera penciumannya. Siapa lagi kalau bukan Cris, suaminya.

Cris langsung membalas pelukan Vienna tak kalah erat saat merasakan tubuh istrinya bergetar. Sedari tadi Cris dan Revan mendengar pembicaraan Renata dan Vienna. Hati Cris tak beda jauh dengan perasaan yang sedang dirasakan oleh istrinya.

"Sudah jangan menangis sayang, dia mengatakan itu karena mereka yang telah merawatnya dari kecil dan belum tahu siapa kita. Begitupun dengan Nathalie dia juga memiliki tujuan dan kebahagiaan yang sama dengan Renata." Vienna melepaskan pelukannya saat Cris sudah menyelesaikan perkataannya.

Cris mengusap pelan air mata yg keluar dari istrinya dan mencium keningnya untuk saling memberi kekuatan.

"Aunty sebaiknya kau tenangkan dulu fikiranmu, pergilah ke kamar tamu. Aku akan pergi menemui Renata." Revan yang sedari tadi melihat adegan suami istri itu akhirnya membuka suaranya. Revan berlalu dari mereka dan pergi kearah dapur, dimana gadisnya berada.

"Mau apa kau kesini ?"

Renata memicingkan matanya saat berkata kepada Revan.

"Hey nona, apa kamu lupa kamu berada ditempat siapa sekarang ? Aku bebas pergi kemanapun karena ini adalah Apartemenku. Apa masalahmu ?"

"Masalahku adalah kau yg berada disini, membuatku terganggu. Dan sekarang bagaimana aku bisa memasak jika aku terganggu." Sanggah Renata.

"Memangnya kamu bisa memasak ?" Pertanyaan Revan membuat Renata diam seketika karena nyatanya memang dia tidak bisa masak.

"Untuk apa kau menanyakan itu, lagipula yang memasak Tante Vienna bukan aku."

"Lalu kenapa kamu bilang merasa terganggu saat aku datang dan tidak bisa menyelesaikan masakanmu saat aku ada disini ?" Renata menahan emosinya dan mengangkat tangan yang sedang memegang pisau kearah Revan. Dan untungnya Revan menyadari apa yang akan dilakukan oleh gadisnya, membuat dia bisa menghindar.

"Karena kau menghancurkan fokusku saat aku sedang memotong sayuran. Pergi sekarang atau aku akan memotong tubuhmu." Revan terkekeh mendengar ancaman Renata kepadanya.

"Ada apa ini ?"

Suara Vienna membuat pandangan Renata dan Revan terputus dan langsung melihat sumber suara.

"Kenapa matamu sembab Tante ?" Tanya Renata saat melihat mata sembab Vienna yang dijawab dengan senyuman menenangkan.

"Tante tidak apa apa sayang, ayo kita lanjutkan memasaknya, sepertinya kedua pria tampan ini sudah kelaparan." Renata terkekeh mendengar perkataan Vienna.

"Ayo Tante !" Seru Renata. Membuat semua yg berada di dapur menatapnya gemas.

" Baiklah, untuk boys silahkan tinggalkan tempat khusus wanita ini dan tunggu diruang makan saja." Perintah Vienna dan kedua lelaki tampan berbeda usia itu menurut.

Mereka pun melanjutkan aktivitas yang tertunda. Beberapa lama kemudian makanan siap, mereka membuat beberapa makanan dari olahan daging sampai sayuran.

Renata dan Vienna membawa lauk yg sudah ada diatas piring kearah meja makan dan menyimpannya.

Saat sudah tersaji semua, Vienna membawakan nasi kepiring suaminya dan melakukannya kepada Renata dan Revan.

"Kenapa kamu tidak memakan sayurannya ?" Renata mendongakkan kepalanya saat Cris bertanya kepadanya.

"Aku tidak suka sayuran Paman." Balas Renata canggung, pasalnya ini pertama kalinya Cris berbicara padanya.

"Tapi itu baik untuk tubuhmu. Setidaknya makanlah sedikit, jika kamu tidak memakan sayuran maka tubuhmu akan gampang sakit." Jelas Vienna.

"Apa kamu alergi sayuran ?" Tanya Cris

"Tidak Paman, dari kecil memang aku tidak terlalu menyukai sayuran." Jelas Renata.

"Apa orang tuamu tidak menyuruhmu untuk memakan sayuran ? Seharusnya orang tuamu mengajarimu untuk memakan sayuran sejak kecil. Maka kamu akan terbiasa memakan sayuran hingga dewasa nanti." Renata menatap Vienna tajam saat dia berkata seperti itu.

"Anda tidak berhak untuk menyalahkan orang tua saya. Anda hanya orang asing, dan anda tidak punya hak untuk berbicara yang tidak baik tentang orang tua saya. Terimakasih makan malamnya. Saya permisi." Setelah Renata berkata seperti itu.

Renata beranjak dari duduknya dan pergi dari ruang makan. Suasana ruang makan hening setelah Renata pergi dari ruang makan.

"Aku ingin dia ikut bersama kita secepatnya." Perintah Vienna tegas dengan tatapan emosinya.

"Tapi aunty, apakah ini tidak terlalu cepat. Fikirkan dengan Renata, apa yang akan terjadi jika dia tahu kebenarannya." Ucap Revan.

"Sekarang ataupun nanti akan sama saja." Setelah Vienna berkata seperti itu, Vienna pergi dari ruang makan meninggalkan Revan dan Cris.

"Uncle, apa keputusanmu ?" Tanya Revan.

"Apapun keputusan istriku, akan menjadi keputusanku."

"Tapi Unc-." Ucapan Revan terpotong karena Cris yang juga meninggalkan Ruang makan.

Revan menarik rambutnya frustasi dan ikut beranjak dari kursinya. Dia menghela nafas kasar.

'berikan yg terbaik Tuhan, jauhkan gadisku dari luka.' dia Revan.

◆◆◆

To Be Continue...

DESTROYED [END]Where stories live. Discover now