"Nata." Renata menolehkan kepalanya kebelakang mendengar seseorang meneriaki namanya.

Renata membulatkan matanya melihat Revan yang sedang mengejarnya, beruntung taksi yang Renata panggil sudah berada didepannya membuat dia kembali terbebas dari Revan.

Revan berteriak marah karena melihat dia kecolongan lagi. Para pegawai yang melihat kejadian itu ketakutan karena kemarahan Revan.

Dia mengambil ponselnya yang berada disaku celananya dan menempelkannya ke telinganya.

"Kejar taksi yang baru saja keluar dari perusahaan, jangan sampai kalian kehilangan jejaknya." Revan langsung memutuskan telponnya sepihak tanpa mendengar jawaban dari orang seberang.

Hiks hiks hiks

"Ini non." Supir taksi yang melihat Renata menangis, menyodorkan kotak tisu kepadanya.

" Terima kasih." Renata mengambilnya dan mengucapkan terima kasih pada supir taksi itu.

"Sepertinya anda sedang mempunyai masalah, nona." Renata tersenyum tipis mendengar Ucapan supir itu.

"Ada yang mengikuti kita Nona, apa nona mengenal mobil yang dibelakang kita ?" Tanya Supir itu.

"Mereka orang jahat paman, tolong jangan sampai mereka mambawaku. Bisakah paman mengencangkan mobilnya." Pinta Renata.

"Baiklah Nona." Supir itu mengencangkan laju mobilnya.

"Nona tenang saja saya jamin mereka tidak bisa mengejar mobil saya." Ucap Supir itu.

Renata memejamkan matanya karena mobil melaju dengan sangat cepat. Mobil yang mengikutinya pun masih mengikutinya dan juga melajukan mobilnya.

"Sepertinya mereka orang ahli, biasanya jika saya berkendara seperti ini tidak ada yang bisa mengejarnya." Ucap Supir itu.

"Bagaimana ini paman, aku tidak ingin ikut bersama mereka." Ucap Renata dengan kembali meneteskan air mata.

"Nona tenang saja, saya akan membuat mereka tidak bisa mengikuti kita lagi." Ucap Supir itu.

Dan perkataan supir itu menepati janjinya karena mobil yang mengikutinya tidak lagi muncul. Renata menghela nafas lega melihat orang suruhan Revan tidak ada.

Namun perasaan itu hanya sementara saat tiba-tiba taksi yang ditumpanginya berhenti secara mendadak sehingga kepala Renata terhantuk kursi depan.

"Nona, mobil mereka berada didepan." Ucapan supir itu membuat Renata terkejut.

'bagaimana ini ?'

Renata terdiam melihat beberapa lelaki berpakaian jas formal keluar dari mobil. Dan tatapannya terhenti pada lelaki yang tadi mengejarnya, Revan.

"Paman ini uang untuk membayar taksi yang aku Naiki, sebaiknya paman segera pergi dari sini setelah aku keluar." Ucap Renata dengan memberikan uang berwarna biru kepada supir itu.

"Tapi bagaimana dengan Nona, bukankah mereka semua orang jahat. Sebaiknya nona diam saja disini biar saya memanggil polisi." Ucap Supir itu.

"Jangan paman, lebih baik paman pergi dari sini setelah aku keluar. Mereka tidak akan menyakitiku paman." Supir itu terdiam melihat Renata yang memancarkan kesungguhan dikedua matanya.

"Baiklah, maafkan saya. Karena tidak bisa membantu nona lebih banyak, saya hanya pria tua jika melawan mereka." Renata tersenyum mengerti.

"Tidak apa-apa, lebih baik aku keluar sekarang. Anggap saja kejadian ini tidak pernah terjadi." Setelah mengatakan itu Renata keluar dari taksi.

Supir itu masih menatap Renata dengan khawatir, Renata tersenyum dan menganggukkan kepalanya membuat supir itu pergi meninggalkan dirinya.

Renata menatap sosok yang mengejarnya dengan datar. Revan berjalan mendekati gadisnya.

"Ayo kita pulang." Perintah Revan dengan tangan yang akan memegang Renata namun Renata melangkah mundur menghindari Revan.

"Pulang kemana yang kau maksud ?" Tanya Renata dingin.

"Selama ini aku menganggap bahwa kaulah satu-satunya orang yang bisa aku andalkan. Aku menganggap bahwa kau adalah penyelamatku. tapi aku salah, ternyata kau ikut merencanakan untuk memisahkan kebahagiaanku. " Renata menatap Revan tajam dengan air matanya yang kembali mengalir deras.

"Apa kau tau seberapa besar rasa sakitku. hatiku hancur, hatiku rapuh dan hatiku semakin hancur saat seseorang yang membuatku jatuh cinta juga ikut menancapkan luka yang tak kalah besar menghancurkan hatiku. Kepercayaan ku hilang padamu." Revan terkejut mendengar bahwa Renata membalas perasaannya.

"Kenapa rasanya sakit? dadaku sesak dan hatiku sakit. Sakit sekali." Lirih Renata.

Tubuh Renata jatuh terduduk dijalan tak kuasa menopang tubuhnya sendiri. Isakannya semakin kencang dengan tangan yang memukuli dadanya sendiri.

Revan tersadar mendengar isakan gadisnya yang pilu. Dia langsung menjajarkan tubuhnya dengan gadisnya, hatinya juga hancur karena melihat gadisnya yang menangis pilu.

Revan menarik tubuh Renata kedalam pelukannya. Renata memukul dada bidang Revan agar melepas pelukannya.

"Lepaskan aku ! Jangan menyentuhku ! Lepaass !" Teriak Renata dengan tubuhnya yang meronta agar terlepas dari pelukan Revan.

Namun Revan semakin mengeratkan pelukannya, membuat Renata tak bisa lepas dari pelukannya. Pukulan Renata melemah karena tenaganya terkuras habis.

Revan semakin mengeratkan pelukannya setelah Renata menghentikan pukulannya.

"Kenapa kau lakukan ini padaku ? Kini tak ada yang menopang tubuh rapuhku lagi." Lirih Renata.

"Miris sekali, cinta pertamaku yang seharusnya membahagiakanku malah membuat hatiku semakin hancur." Racau Renata.

Setelah itu tidak ada lagi yang keluar dari mulut Renata. Revan melepaskan pelukannya dan melihat bahwa Renata tertidur.

Revan mengangkat tubuh Renata dan melangkah menuju mobilnya. Di mobil Revan  masih memeluk tubuh gadisnya erat yang berada di pangkuannya.

Revan menyembunyikan wajahnya diceruk leher Renata, dia membisikan kata maaf berulang kali kepada telinga Renata.

Zack terdiam dan hanya melihat tuannya yang memancarkan lukanya. Zack sudah tahu watak Revan sedari kecil sehingga dirinya sangat tahu bagaimana perasaan tuannya.

◆◆◆

◆◆◆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DESTROYED [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang