Extra Part 5: Buah Cinta (End)

25.1K 1.2K 39
                                    

Selesai sholat subuh Aisha berbaring lagi di tempat tidur. Badannya tiba-tiba panas lagi. Ken yang belum menyadari keadaan Aisha bergegas mandi. Tidak sampai sepuluh menit Ken keluar dari kamar mandi.

"Kok, tidur lagi" gumam Ken melihat Aisha memejamkan matanya. Setelah memakai kemeja  Ken mendekati Aisha.

"Honey, pagi-pagi tidur lagi nggak baik, lho" ujar Ken pelan.

Namun Aisha bergeming. Ken mulai cemas. Masa sudah sholat Aisha bisa tidur nyenyak lagi.

"Aisha!" panggil Ken agak sedikit kuat. Aisha membuka matanya pelan tapi kepalanya terasa pusing.

"Kamu kenapa, Sayang?" Ken memegang badan Aisha. Ken merasa tangannya hangat ketika menyentuh badan Aisha padahal tertutup oleh baju.

"Badan kamu panas sekali, kayaknya kamu demam" gumam Ken.

"Kepalaku pusing, Kak" ucap Aisha pelan hampir tak terdengar oleh Ken.

"Ya, sudah. Kamu istirahat saja"  titah Ken.

Ken mengambil ponselnya dan menelpon sekretarisnya bahwa dia tidak ke kantor hari ini. Ken kemudian ke dapur dan membuatkan sup hangat agar kondisi Aisha membaik. Arum sudah pergi ke kampus. Gadis itu tetap saja tidak berani membawa motor atau pun mobil yang sudah dia sediakan.

Ketika kembali ke kamar, Ken melihat mata Aisha tampak terpejam. Mau tak mau Ken membangunkan istrinya itu.

"Honey, bangun nanti supnya keburu dingin" panggil Ken menyentuh pipi Aisha yang masih terasa hangat.

Aisha membuka matanya lalu Ken membantunya duduk. "Ayo, makan" Ken menyuapi sup ke mulut Aisha.

"Kakak nggak ke kantor?" tanya Aisha.

"Mana mungkin aku pergi kalau kamu sakit begini" jawab Ken sambil menyuapi Aisha lagi. Aisha tersenyum kecil.

Aisha menutup mulutnya, perutnya bergejolak. "Hoek ... hoek"

Aisha turun dari tempat tidur karena isi perutnya tidak lama lagi akan keluar. Dia bergegas ke kamar mandi dan memuntahkan sup yang baru saja dimakannya.

Ken menyusul Aisha dengan cemas. Masih terdengar suara Aisha muntah di kamar mandi.

"Cha, kita ke dokter saja, ya?" ajak Ken melihat wajah Aisha begitu pucat.

Aisha mengangguk lemah. Badannya merasa tidak bertenaga lagi baru selangkah keluar dari kamar mandi badannya sudah oleng. Dengan sigap Ken menangkap badan Aisha.

💕💕💕

Aisha terpaksa dirawat inap di rumah sakit. "Istri saya sakit apa, Dok?" tanya Ken khawatir.

"Demam biasa Pak Ken, tapi Bu Aisha perlu dirawat untuk kebaikan janin yang sedang dikandungnya" jawab Dokter Rizal tersenyum.

"Janin? Maksud Dokter, istri saya hamil?" tanya Ken kurang yakin.

"Lho, Pak Ken tidak tahu kalau Bu Aisha sedang hamil?" Dokter Rizal balik bertanya. Ken menggeleng.

"Sudah setahun kami menikah, tapi belum dikaruniai anak, Dok" jelas Ken.

"Nanti dokter kandungan akan memeriksa Bu Aisha supaya Pak Ken yakin bahwa istri Bapak sedang hamil" ujar Dokter Rizal.

"Baik, Dok. Terima kasih"

"Kalau begitu, selamat Pak Ken. Tidak lama lagi anda akan menjadi seorang ayah" Dokter Rizal mengulurkan tangannya kepada Ken.

"Terima kasih, Dok" Ken tersenyum bahagia menjabat tangan Dokter Rizal. Ken kemudian kembali menemui Aisha di kamar rawat inap. Aisha melihat Ken.

"Kenapa Kak Ken terlihat bahagia sekali. Aku lagi sakit begini kok dia malah senyum-senyum begitu" batin Aisha.

Ken duduk di samping Aisha, menggenggam tangan wanita yang sangat dicintainya itu. Ken mengecup punggung tangan Aisha.

"Kak, kenapa?" tanya Aisha tersenyum aneh melihat tingkah suaminya.

"Akhirnya doa kita dikabulkan Allah" Ken mengelus perut rata Aisha.

"Maksud Kakak?" tanya Aisha belum mengerti apa maksud Ken.

"Kamu sedang mengandung anak kita, Honey. Buah cinta kita" jawab Ken menatap Aisha bahagia.

Buah hati yang telah mereka nanti selama satu tahun. Aisha terharu memegang tangan Ken yang masih berada di atas perutnya. Bulir bening lolos di sudut matanya.

"Masya Allah, aku nggak tahu kalau gejala panas yang ku alami beberapa hari ini karena hamil" gumam Aisha.

Aisha juga lupa kapan dia terakhir datang bulan. Dia tidak pernah memperdulikan itu lagi karena selalu kecewa walaupun sering datang terlambat.

Setelah tiga hari Aisha dirawat dan kondisi badannya sudah merasa fit, dokter mengizinkannya pulang.

"Alhamdulillah. Selamat, Mba. Akhirnya aku akan mempunyai keponakan" ujar Arum tersenyum bahagia memeluk Aisha.

Sewaktu Aisha dirawat, Ken sudah memberitahu Arum tentang kehamilan Aisha.

"Aku akan mencari orang yang bisa membantu pekerjaan rumah. Aku tidak mau kamu capek" ujar Ken melihat Aisha.

"Kak, minta tolong ayah saja untuk mencari orang di kampung yang mau bekerja di sini. Mereka rajin-rajin dan bisa dipercaya" saran Arum.

"Iya, Kak. Setidaknya orang tua kami sudah mengenal mereka yang mau bekerja di rumah kita" timpal Aisha setuju.

"Baiklah. Nanti aku akan menghubungi ayah. Ayo, istirahatlah di kamar" ajak Ken sambil menuntun tangan Aisha agar masuk ke dalam kamar.

Kebahagiaan Aisha bertambah dengan kehadiran janin di dalam rahimnya yang sudah lama dia nantikan. Kasih sayang Ken pun berkali lipat dicurahkan kepadanya. Kehamilan Aisha yang pertama kalinya itu membuat fisiknya sedikit lemah karena kurangnya nafsu makan.

Ken berubah menjadi suami yang super cerewet. Setiap jam dia memantau Aisha dari kantor. Apakah sudah makan, susu sudah diminum apa belum atau buah-buahan yang dibeli apakah sudah dimakan dan pertanyaan lainnya yang membuat Aisha sedikit risih. Tapi lama kelamaan omelan Ken sudah menjadi hal yang biasa baginya.

Selesai dulu yaa

Author jadi nggak fokus karena ada MBG yang harus dilanjutin terus sampe ending

Terima kasih sudah membaca MBRA sampe selesai

Prabumulih, 15 September 2019
Rabiha Adzra


My Beloved Room Attendant (Complete)Where stories live. Discover now