Part 8: Ke Kampung

18.7K 1.4K 3
                                    

Akhirnya Aisha mengajak Ken pergi ke kampung halamannya untuk menemui kedua orang tuanya.
“Aisha!!” ibu Aisha tampak kaget melihat anak gadisnya turun dari fortuner putih yang dibawa oleh Ken.

“Ibu” Aisha berlari mendekati ibunya lalu mencium takdzim tangannya.

Sudah lama dia tidak pulang ke kampung. Aisha hanya mengirim sebagian gajinya untuk membantu sekolah adiknya. Makanya Aisha di kota sangat berhemat. Dia menabung dari sisa gajinya agar nanti bisa pulang ke kampung. Ken begitu takjub ketika menyusuri jalan ke kampung Aisha. Kampung yang masih hijau banyak pepohonan dan udaranya masih terasa segar tidak seperti di perkotaan.

Ibu Aisha menatap Ken heran. Kenapa anak gadisnya pulang bisa bersama dengan seorang laki-laki?.

“Siapa?” tanya Ibu Aisha sambil melihat ke arah anaknya.

“Calon suami Aisha” jawab Ken asal. Refleks membuat mata Aisha melotot ke arah Ken.

“Betul, Cha? Kenapa tidak cerita sama ibu” tanya Ibu Aisha heran.

“E ... i ... itu ... E ...” Aisha bingung bagaimana cara menjelaskan kepada ibunya karena dia sendiri kaget dengan pernyataan Ken barusan.

“Udah masuk dulu ... kalian pasti capek” ajak ibu Aisha sambil tersenyum melihat anak gadisnya.

“Mba benaran cowok ganteng itu calon suami, Mba?” selidik Arum, adik Aisha yang masih kelas dua SMA.

Aisha hanya tersenyum, dia sendiri bingung bagaimana menjelaskannya kepada Arum. Aisha merapikan kamarnya agar bisa ditempati oleh Ken. Sementara dirinya akan tidur bersama kedua adiknya. Ayah Aisha belum kembali dari sawah.

Ibu Aisha pergi ke warung tetangga untuk membeli lauk-pauk yang kurang karena telah kedatangan tamu istimewa seperti Ken. Setelah selesai menyiapkan kamar untuk Ken beristirahat, Aisha ke ruang tamu untuk mencari sosok Ken. Namun tidak dia temui sosok Ken di sana. Sampai di teras rumah, Aisha melihat punggung Ken berdiri di halaman. Dia tampak sedang menelpon seseorang. Aisha berdiri menunggu Ken di teras rumahnya. Walaupun rumah orang tua Aisha sederhana, tetapi nampak asri di sekitarnya. Ken menyelesaikan percakapannya. Dia baru saja menghubungi Adji untuk memberitahu asistennya itu kalau dirinya sedang berada di kampung Aisha.

“Aisha!” gumam Ken. Dia kaget melihat Aisha berdiri di teras sambil menatapnya tanpa senyuman.

Ken menghampiri gadis yang sudah membuatnya gila. Ya, sampai-sampai dia sudah melakukan tindakan sejauh ini, mendatangi rumah orang tua Aisha.

“Pak, boleh saya tahu apa maksud ucapan Bapak kepada ibu saya tadi. Saya nggak mau terjadi salah paham, Pak. Jangan membuat hidup saya bertambah rumit” ucap Aisha dengan wajah serius meminta penjelasan dari ucapan Ken tadi.

“Aisha, aku serius. Kamu pikir aku datang jauh-jauh dari London untuk apa?” Aisha menggelengkan kepala tanda dia tidak tahu sama sekali.

“Aku datang hanya untuk menemui kamu. Aku merindukan kamu, Aisha. Entah sejak kapan perasaanku kepadamu hadir. Namun setelah pulang ke London, barulah aku sadar kalau aku telah jatuh cinta kepadamu” lanjut Ken menatap Aisha serius. Dia tidak pernah main-main dengan ucapannya itu.

“Benarkah?” tanya Aisha tidak percaya.

Seluruh sendi-sendinya terasa lemas mendengarkan pernyataan laki-laki tampan di hadapannya. Perasaannya kepada Ken ternyata tidak bertepuk sebelah tangan. Rasanya Ken ingin menggenggam kedua tangan Aisha untuk menyakinkan bahwa dia tidak main-main. Tetapi Ken tahu diri bahwa mereka berdua bukanlah mahram. Ken tahu kalau Aisha sangat menjaga diri dari sentuhan fisik dari laki-laki.

“Aku langsung akan melamar kamu” ucap Ken menatap intens Aisha. Aisha menunduk menahan malu, debaran jantungnya kini bertalu-talu.

“Aisha, apakah kamu mau menjadi istri Kenrick?” tanya Ken tersenyum.

Aisha tidak berani menatap Ken, dia hanya mengangguk, menjawab pertanyaan Ken sambil tersenyum malu.

“Cie ... cie ... yang sudah dilamar” goda Arum tiba-tiba muncul mengganggu kakaknya.

“Apaan sih, Dek” ucap Aisha malu. Wajahnya sudah merona.

“Ehem ... Assalamualaikum” sapa ayah Aisha di halaman menyaksikan anak-anaknya berada di teras.

“Waalaikumsalam” mereka serempak menjawab.

Ayah Aisha tampak kaget melihat ada seorang laki-laki berada di antara kedua anak gadisnya.

Melihat tatapan heran dari ayah Aisha. Kenrick pun menyampaikan maksud kedatangannya ke rumah Aisha kepada kedua orang tuanya. Ayah Aisha merasa sangat bersalah karena telah terjerat rentenir.

“Ayah, minta maaf, Aisha. Suryo sudah berapa kali datang ke rumah menanyakanmu. Ayah masih meminta waktu supaya bisa melunasi hutang ayah, tapi Suryo tidak mau menunggu lebih lama lagi. Utang ayah akan lunas kalau ayah mau menikahkan kamu dengannya” laki-laki separuh baya itu menjelaskan kepada putrinya dengan wajah sedih.

“Aisha tidak akan menikah dengannya ayah, karena ...” Aisha menggantung ucapannya sambil melirik Ken.

“Karena saya akan melamar Aisha, Om. Saya akan melunasi hutang Om dan izinkan saya untuk menikah dengan Aisha” sambung Ken serius.

Ayah Aisha menatap Ken ragu. Laki-laki yang ingin menikahi putrinya bukanlah orang Indonesia. Bagaimana kalau Aisha hanya dijadikan mainan oleh laki-laki blasteran itu.

“Kedua orang tuamu di London?” tanya ayah Aisha. Ken hanya mengangguk. Ayah Aisha menatap lama putrinya.

“Kau boleh menikah dengan Aisha dengan syarat dia tidak boleh meninggalkan negara kelahirannya. Jika suatu hari nanti kau meninggalkannya, ayahnya bisa membawanya pulang kembali” tatap ayah Aisha.

“Ayah” gumam Aisha. Aisha tahu ayahnya sangat mencintai anak-anak gadisnya.

Beliau rela melakukan apa saja asalkan anak dan istrinya bahagia.
Ken tidak menjawab permintaan ayah Aisha. Dia sendiri belum berpikiran sampai sejauh itu. Hidupnya ada di London bersama kedua orang tuanya. 

My Beloved Room Attendant (Complete)Where stories live. Discover now