14 | Pulang

2.7K 446 54
                                    

***

Mark memarkirkan mobilnya ke rest area begitu memasuki waktu dzuhur, ia juga butuh istirahat setelah berjam-jam mengemudi. Mungkin jika Lukman jadi ikut, ia bisa bergantian mengemudi. Namun sayangnya, laki-laki itu punya acara sendiri.

"Jun, nitip tas! Gue mau pipis!" ucap Haikal sembari memberikan ponselnya pada Jundi dan menarik Iyang berlari menuju toilet. Di belakangnya, Zainal mengikuti dengan santai.

"Makan dulu bang?" tanya Alvano.

Mark yang tengah meregangkan otot tubuhnya melirik sekilas kemudian mengangguk. "Makan di sana aja ya!"

Empat anak yang tersisa mengikuti langkah Mark dan berkumpul di meja panjang sebuah warung makan lesehan. Ada sebuah kolam ikan kecil di dekat tempat cuci tangan, Irsyad yang antusias melihat ikan koi besar di dalam kolam pada akhirnya menunggu di sana di temani Chaerul dan Alvano yang menjadi photographer mereka. Sementara Mark dan Jundi duduk berhadapan di tempat mereka dan fokus pada ponsel masing-masing.

Tidak lama, karena suara dering telefon memecah keheningan mereka. Jundi dan Mark saling melirik, pandangan mereka bertanya ponsel siapa yang berbunyi di antara keduanya. Jundi menggeleng, pertanda bukan miliknya. Pandangannya mengedar dan telinganya menajam, mencari tahu asal suara.

"Oh, punya Haikal!" ucapnya begitu tahu ponsel anak itu di simpan dalam tas.

"Coba di cek, siapa tau penting," usul Mark dipatuhi langsung oleh Jundi.

Kening Jundi mengernyit begitu melihat nama yang tertera di sana. "Indung Macan?" Kemudian ponsel itu berhenti berbunyi. Tak lama berbunyi lagi.

"Apa artinya?"

"Mamanya Macan. Angkat jangan bang? Udah 5 panggilan tak terjawab."

Mark mengangguk singkat. "Angkat aja, mungkin penting."

Jundi mengangguk singkat dan memilih mengangkat telefon itu. "Assalamu'alaikum! Ya Allah Ical, kok baru di angkat?"

"Ehm, Wa'alaikumsalam. Rausya?" Mark melirik Jundi begitu mendengar nama itu. Ia tersenyum kecil menyadari ekspresi gugup dari pemuda di depannya.

"Eeh, Ju-jundi ya? Kok kamu yang ngangkat? Ical mana?"

"Haikal ke kamar mandi. Hapenya di tinggal di tas nih."

"Lama gak?"

"Kenapa emangnya?"

"Teteh nanyain, tapi sekarang tetehnya lagi tidur. Capek, abis nangis."

"Teteh nangis? Kenapa?" ucap Jundi dengan suara yang agak keras sembari melirik Mark yang tadi fokus pada ponselnya. Upayanya berhasil karena kini Mark benar-benar menatapnya dengan raut penasaran.

"Aku juga gak tau, makannya ini nelfon Ical. Mungkin aja kalau sama Ical teteh mau cerita. Eh, kok malah cerita ke kamu sih."

Jundi tersenyum tipis. "Gak apa-apa. Nanti biar aku kasih tau Haikal."

"Iya, nanti suruh Ical telfon ke teteh aja ya!"

"Iya, Rausya." Hening melanda keduanya. Jundi tak ingin segera memutus sambungan telefon.

"Kalian lagi istirahat ya?"

Jundi tersenyum lebar. "Iya ini lagi istirahat, mau makan," ucapnya semangat.

"Oh, yaudah. Assalamu'alaikum!"

"Ehm, iya Wa'alaikumsalam."

Rausya memutus sambungan telefonnya lebih dulu namun senyum Jundi tak luntur dari wajahnya. Ini adalah rekor bagi seorang Jundi Prawira karena mengobrol via telefon dengan perempuan selain ibunya.

Melamarmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang