6 | Ijab Qobul

4.1K 509 137
                                    


Mark baru selesai sholat dzuhur dan mendudukkan dirinya di teras masjid. Ia melirik jam yang menunjukan pukul setengah satu. Teringat sesuatu, ia mengeluarkan ponselnya dan mendapati satu chat di sana.

_______

Ayam

|Assalamu'alaikum
|Ketemu di mana kak? Saya udah di depan

Wa'alaikumsalam |
Emang di kantor gak ada siapa²? |

| Sepi kak, satpamnya tadi bilang kalau jam istirahat orang kantor pada keluar
| Bukan apa-apa juga ya kak, saya mau anter pesenan yang lain soalnya

Yaudah saya kesana sekarang |
Assalamu'alaikum |

| Iya kak saya tunggu di deket pos satpam
| Wa'alaikumsalam

–———

Mark segera berlari dari masjid menuju kantornya. Kebetulan letaknya tak terlalu jauh jadi ia tak perlu repot naik mobilnya. Bukan apa-apa juga, ia ini tidak akan membiarkan seseorang menunggu lama. Yang di khawatirkannya takut orang itu merugi hanya karena menunggunya meski hanya satu menit. Sebisa mungkin, ia harus tepat waktu.

Setibanya di dekat kantor, netranya mengedar. Menangkap sosok perempuan bergamis biru tua yang tengah berdiri membelakangi dirinya. Di sebelahnya, ada dua kantung kresek besar yang ia yakini sebagai pesanannya itu.

Sambil terengah ia berucap, "Assalamu'alaikum,"

"Eh, Wa'alaikum...salam," Perempuan itu berbalik, tersentak begitu mendapati Mark di sana. Ia langsung menunduk begitu tau orang yang di temuinya adalah pria itu.

Sama halnya dengan Mark, ia juga terkejut mendapati gadis itu di sini. Yeriana di sini. Di depannya. Ia hampir tak berkedip melihatnya jika saja tak ingat kalau mereka hanya berdua di sini. Ada pak satpam sebenarnya, hanya saja ia sedang tidur di posnya.

"Kamu... yang jualan ayamnya?" Tanya Mark pelan.

Yeri mengangguk kecil, menatap ujung sepatu Mark. "Ke-kenapa kamu yang kesini?" Tanyanya pelan. "Di telfon perempuan kan,"

Mark menggaruk tengkuknya, suasananya terasa aneh sekali. Persis seperti saat mereka pulang mengantar Balqis. "Karena saya yang bayar, saya juga gak tau kalau yang bakal kirim ke sini perempuan,"

"Kalau gitu aku tunggu sampai ada perempuannya aja,"

"Jangan! Ehm, maksud saya, saya juga mau belajar cara ijab qobul jual beli. Saya pernah baca, tapi belum pernah liat prakteknya,"

Yeri melirik Mark sekilas dan menunduk lagi. Gara-gara uminya, ia jadi terus kepikiran soal jawaban itu. Dan sekarang, kenapa harus Mark lagi?

"Kamu yakin?"

"Iya."

Yeri menghela nafasnya sesaat, mengangkat kantung kresek itu dengan susah payah. Mark menahan tawanya, lucu sekali gadis itu.

"Biar saya aja!" Yeri menjauh pada akhirnya, membiarkan Mark mengangkat dua kantung kresek itu dan menaruhnya di antara mereka berdua.

"Jadi?"

Yeri menggigit bibir bawahnya, rasanya berbeda sekali menjelaskan hal ini pada lawan jenis. Ini pertama kalinya, demi apapun. "Karena kamu udah pernah baca, berarti kamu mungkin udah tau ya kalau ijab kabul ini kayak akad biasa, kalau aku bilang 'saya jual' dan kamu jawab 'saya terima' gitu. Dengan syarat, ada rasa suka sama suka,"

Melamarmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang