11 | Izin

3.4K 453 61
                                    

"Ikal jagain tetehnya, jangan dibikin nangis!" Begitu pesan Umi begitu akan berangkat Umrah malam itu.

"Kebalik kali Um, harusnya tuh teteh yang jagain Ikal!" Haikal yang tengah berbaring di sofa menatap sang Umi yang tengah mengecek ulang berkas.

"Anak kayak kamu tuh gak perlu dijagain. Lah emang siapa yang mau gangguin kamu? Preman juga takut duluan liat kamu!" Celetuk sang Abi yang muncul dari kamarnya.

Haikal berdecak sebal, "Ikal tuh sebenernya anak siapa sih?"

Yeri terkekeh melihat ekspresi Haikal yang cemberut. Meskipun usia Haikal sudah memasuki kategori dewasa, namun tetap saja wajah dengan kulit hitam manis itu menggemaskan jika sedang kesal seperti ini. Bukan kesal yang di buat-buat ya, Haikal kesel beneran.

Gadis itu menepuk kaki Haikal cukup keras agar bangkit dari posisi berbaringnya dan memberi Yeri tempat untuk duduk. Haikal yang sedang kesal semakik kesal saja karena sang kakak mengganggu kenyamanannya.

"Tempat tuh banyak, kenapa harus disini sih?!" Sungutnya.

"Yauda biasa aja ga usah ngegas, kayak cewek pms aja,"

Yah, memang ada sedikit hal yang aneh dari Haikal hari ini. Adiknya itu sedang moody, seperti perempuan datang bulan. Sejak pulang basket sore tadi hingga malam ini jadi mudah tersinggung.

"Kamu lagi datang bulan dek?" Tanya Yeri to the point.

"Astaghfirullah teh, urang teh lalaki tulen! Jajaka Bandung asli tetehhhhhh!" Haikal semakin kesal saja bahkan tangannya ikut mengekspresikan setiap kata yang keluar dari mulutnya. (Astaghfirullah teh, aku itu laki-laki tulen! Jejaka Bandung asli)

"Adek tuh lagi ngambek sama Umi," Yeri mengalihkan pandang pada sang Umi.

"Kenapa?"

Umi Rina menatap Haikal sejenak kemudian tersenyum tipis, "gak Umi izinin trip ke Bromo dia,"

Haikal langsung menatap sang Umi dengan pandangan memohon, "Ikal teh hoyong pisan kadinya Umi, atulah!" (Ikal itu mau banget kesana Um, aku mohon)

"Dede, upami dede angkat ka Bromo, ngkin teteh sareng saha di bumi? Teteh Yeri teh istri, bahaya di bumi nyalira," Umi mencoba menjelaskan alasannya. (Dek, kalau kamu berangkat ke Bromo, nanti teteh sama siapa di rumah. Teteh Yeri itu perempuan, bahaya di rumah sendirian)

"Nya kan teteh tiasa ngendong di bumi teh Diana. Bunda Rosa ge aya wae di bumina," bantah Haikal kukuh. (Ya kan teteh bisa nginep di rumah teh Diana. Bunda Rosa juga ada di rumah terus)

"Awon istri ngundang-ngendong mah, tos weh Ikal rencangan teteh di bumi. Ngkin upami Umi tos uih mangga Ikal bade kamana wae Umi teu ngalarang," (jelek keliatannya perempuan suka nginep, udah Ikal temenin teteh di rumah. Nanti kalau Umi udah pulang, silahkan Ikal mau kemana aja Umi gak ngelarang)

"Atuh da Umi, iraha deui aya waktu na mereun," (aku mohon Umi, kapan lagi ada waktunya kali)

Yeri menghela nafasnya, tak tega juga melihat sang adik yang begitu kukuh ingin ke Bromo. Adiknya itu baru saja selesai UTBK memang, jadi hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan dan sudah bebas. Karena itu, Ikal cs berencana trip ke Bromo dengan full akomodasi dari Mark. Sungguh baik hati sekali pria itu. Kan Yeri jadi-Astaghfirullah.

"Sawios Um. Upami Ikal hoyong ngiring mah teteh teu sawios di bumi nyalira mah," Yeri menengahi, membuat Haikal bangkit dari posisi berbaringnya dan menatap sang kakak tak percaya. (Gak apa-apa Um. Kalau Ikal mau ikut aku gak apa-apa di rumah sendiri)

"Teteh yakin?"

Yeri mengangguk mantap kemudian menatap Haikal yang tengah menatapnya penuh binar, terharu. "Rausya seangkatan sama kamu kan? Biar teteh suruh kesini aja minggu ini, sekalian mau survei kampus katanya,"

Melamarmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang