Daniel datang menghampiri, lengkap dengan kopi yang ia bawa dengan nampan. Segera ia tawarkan kopi kepada sesama anggota lalu kembali berbincang.

"Aku berharap Madam terkesan dengan hasil kerja kita," celetuk Daniel tepat sebelum menyesap kopi. "Omong-omong ... dia jarang tersenyum ikhlas, ya."

Nyaris Aoi tersedak dibuatnya. Tetap saja kalimat terakhir Daniel sukses membuat Aoi terbatuk.

Jika saja mereka tahu, senyumnya yang itu memang sangat mahal sekarang.

Terdengar Adam menguap dengan suara kuat-kuat. Dalam bahasa Indonesia, ia menyempatkan diri melatah seusai puas menguap. Barulah ia menyahut sembari mengucek mata, "Menurutku sudah cukup jika android ini diterima."

"Ah, tentu saja," timpal Edward selagi menggosok telinga. "Aku bahkan masih bertanya-tanya apa kekurangan yang ada di dalam android kita."

Nina yang sedari tadi menikmati keindahan wajah android, lekas berputar sembari menyahut, "Mungkin sebenarnya ... dia meminta kita untuk menciptakan android yang sama persis seperti manusia?"

Anggota Cyclone Team membatu. Mulailah Adam mengerang panik, hampir terdengar seperti menangis. Ucapan Nina seolah bagaikan sihir, benar-benar sukses membuat Edward pusing tujuh keliling.

"M-maksudku ... maksudku, kita sudah berhasil, bukan?"

Tawa kecil terdengar dari Aoi yang memijat pelipis. Dalam hati ia membenarkan ucapan Nina. Sampai-sampai ia juga ikut memikirkan kekurangan apa yang menempel pada android mereka saat ini.

Aoi menoleh kepada tabung yang berisikan android dalam keadaan nonaktif. Dia mendongak kepada wajah yang tampak tertidur pulas, lagi begitu polos.

Tampang yang sama persis seperti manusia itu ... apa yang membuatnya kurang?

Sekali lagi, ia memastikan. Entah apa yang mengundangnya terkesiap. Pun, perlahan ia mulai mendekat kembali kepada tabung.

Aku ... seperti mengenalmu, batin Aoi. Hanya saja ....

"Aoi."

Panggilan Eleonor membuyarkan monolog Aoi. Kontan ia menoleh ke sumber suara, yang mana sosok itu tengah melangkah kepadanya, menyodorkan sebuah dokumen.

"Kita harus mempersiapkan semuanya sekarang. Kita akan membicarakan kekurangan anak ini setelah demonstrasi. Yah, jika memang ada," ujar Eleonor. "Ayo, bersiap di bagian masing-masing."

Waktu bergerak seolah bergerak singkat, hampir tak dirasa. Maka seluruh pekerja dan ilmuwan yang bersangkutan dengan proyek segera bersiap. Eleonor sibuk mengkoordinasi bagian kontrol untuk mulai mengecek satu per satu monitor untuk pemantauan. Belum lagi ruang tes mulai berisi dengung-dengung dari gumaman diskusi terdengar samar, ditemani dengan derap langkah yang bersahutan.

Tidak memerlukan waktu lama, Kirika akhirnya menginjakkan kaki di laboratorium. Dia mengizinkan seluruh penghuni laboratorium robotika agar bekerja lebih tenang dan teratur, benar-benar sudi menunggu.

Jika harus mengaku, Adam tidak bisa berbohong kalau ia juga sedikit penasaran bagaimana Kirika tersenyum lebar. Padahal dalam bayangannya, wanita yang merupakan pimpinan perusahaan ini cukup manis jika tersenyum.

Tak perlu berekspektasi besar-besar, Adam. Begitu Adam berujar dalam hati. Fokus! Fokus!

Tepat. Akan lebih baik jika memilih berfokus kepada demonstrasi android sekarang.

Ketika mendengarkan suara dari mikrofon, Adam mengangkat kepala. Aoi menyampaikan beberapa prosedur dan menuturkan kata sambutan kepada Kirika yang sudah datang. Setelahnya, mereka benar-benar memulai demonstrasi android.

Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]Where stories live. Discover now