"Uugh!" rintih seorang perempuan yang jatuh terhempas ke lantai.

Rama berbalik dan bertemu mata dengan perempuan berambut ombak yang kini menatapnya dengan kedua iris berkaca. Ia meringis kesakitan sambil menggigit bibir.

Rama mengamati lekat-lekat perempuan tersebut. Matanya eye-cat yang sipit dan sayu dengan hiasan eyeliner dramatis, hidung minimalis, dan bibir mungil yang merekah. Secara keseluruhan terlihat imut.

"Ma-maaf ya, Rama. Aku tidak hati-hati."

Dia mengenalku rupanya, ujar Rama dalam hati. Matanya terfokus pada pin dengan lambang HMJ Keperawatan yang terpasang di blazer perempuan mungil itu.

"Oke." Rama mengangguk lalu memutar badan dan bersiap melangkah kembali.

"Tunggu ...!" Perempuan berambut ombak tersebut menahan lengan Rama. "Hanya begitu saja?"

Rama menautkan alis. "Kenapa? Kamu mau dilaporkan ke polisi atau dibawa ke pengadilan? Nggak deh, ribet urusannya."

Untuk beberapa saat perempuan yang masih terduduk di lantai itu terhenyak. "Kakiku ... hiks! kakiku sakit. Aku tidak bisa berdiri!"

Rama mendengus. Ia paling tidak suka drama. Apa yang dikatakan perempuan di hadapannya ini jelas-jelas menyalahi hukum ketiga Newton perihal aksi-reaksi dan tidak sesuai dengan aturan momentum.

Gaya yang ia terima saat tubrukan tadi tidak sedemikian besar untuk membuat perempuan itu jatuh ke lantai, pun untuk menghasilkan energi yang dapat membuat kakinya sakit hingga tidak dapat berdiri.

"Tolong bawa aku ke poliklinik. Kumohon ... hiks!"

Beberapa orang yang kebetulan lewat kini memperhatikan Rama.

"Lho, itu Kak Rama? Ada apa, ya?

"Siapa perempuan itu? Kenapa dia menangis begitu?"

Perempuan yang tertunduk sambil menyeka air mata tersebut tersenyum penuh kemenangan mendengarnya.

"Permisi! Permisi! Air raksa! Asam sulfat panas!"

"Awas, sianida! Beri jalan!"

Rama menoleh pada Rafa dan Rafi yang turun dari tangga dengan heboh dan membelah kerumunan dengan mudah. Duo kembar tersebut lalu mengambil tempat di sebelah Rama.

"Rafi! kamu jorok banget, deh!" Rafa membentak Rafi dan mendaratkan sebuah pukulan di kepalanya.

"Kenapa?! Aku mandi 3 kali sehari, kok! Cuma lupa sikat gigi tadi pagi!" balas Rafi dengan suara tak kalah melengking, membuat seluruh perhatian beralih padanya.

"Ini!" Rafa menarik sesuatu dari dalam tas Rafi lalu melemparkannya tepat ke atas kepala perempuan yang masih menunggu Rama menyambut tangannya itu. "Masa kamu bawa-bawa jasad kecoa ke mana-mana!" sambungnya.

"Kecoa?!" Perempuan dengan rambut bergelombang tadi spontan berdiri dan mengacak-acak rambutnya sendiri. Kakinya menghentak-hentak di lantai. Sama sekali tidak kelihatan sakit.

Rafa dan Rafi kompak tertawa.

"Wah! Maaf deh, mataku khilaf. Kupikir fosil kecoal, ternyata cuma bungkusan permen Kopiko. Saudaraku ini tidak sejorok yang kukira." Rafa membelai bekas kepala Rafi yang tadi dipukulinya. Rafi pun memeluk Rafa dengan manja.

"Kuambil kembali, ya. Jangan marah begitu, mukamu jadi seram!" kata Rafi lagi lalu mengambil bungkus permen di kepala si perempuan rambut ombak dan menyerahkan tisu.

"Kurang ajar! Awas saja kalian!" Perempuan tersebut buru-buru membereskan barang-barangnya yang berserakan di lantai dan berlari meninggalkan kerumunan orang dengan wajah merah padam tanpa berani menatap Rama lagi.

Rama hanya mendengus kesal sepeninggalnya. "Perempuan itu apa maunya, sih!

Rafa dan Rafi menyandarkan lengannya pada pundak Rama di sisi berlawanan. "Beberapa orang memang hobi berakting," celetuk seorang di antara mereka.

"Dia itu mata-mata." Gio muncul di balik punggung mereka bertiga.

"Dia anggota dari mereka yang kita jumpai kemarin itu," lanjut Gio pada Rama. "Waspadalah."

Rafa dan Rafi saling berpandangan tidak mengerti. "Waspadalah, waspadalah, waspadalah!" seru mereka kompak meniru gaya khas Bang Napi di acara tv jaman dahulu.

Rama hanya mengangguk dan mengikuti ketiganya berjalan menaiki tangga. Matanya mengerling tajam pada beberapa mahasiswa di depan ruang HMJ Keperawatan yang tampak berkasak-kusuk mengamatinya.

"Apa lagi rencana mereka?"

☕☕☕

TBC

.

.

.

Sebelumnya chapter ini ada 3600+ kata jadi sebagian kubuatkan work baru biar mata kalian nggak rabun
😁😁😁

Sebelumnya chapter ini ada 3600+ kata jadi sebagian kubuatkan work baru biar mata kalian nggak rabun😁😁😁

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Meet Jack Kahuna Laguna, Gaes!
😁😁😁

Prescriptio☕  Where stories live. Discover now