11. Fraternity☕

1.1K 163 293
                                        


♥Happy-Reading♥

-Beloved brother-

.

.

.

Rama mendapati dirinya terbangun di ruang tengah sebuah rumah megah yang sangat kental di ingatannya. Rama tahu dirinya tengah bermimpi, sebab demi langit dan bumi, ia telah bersumpah tidak akan pernah menginjakkan kaki lagi di tempat laksana neraka jahim tersebut.

Terdengar kegaduhan dari balkon lantai dua. Seorang pria berumur awal 40-an dengan muka masam menuruni tangga, garis-garis ketampanan masih terlukis jelas di wajahnya. Bila saja tidak ada insiden "itu", Rama tentu akan yakin dari mana kerupawanan wajahnya diturunkan. Di samping pria itu seorang anak kecil berusia sekitar sepuluh tahun dengan paras menggemaskan berjalan tertatih, menyelaraskan langkah lebar sang pria yang menyeretnya secara paksa.

Duh, aku memang sudah tampan sedari orok!

Rama membantin dengan bangga menyadari anak kecil mungil tersebut adalah manifestasi dirinya di masa lalu. Namun, saat mata mereka bertemu mendadak perasaan sesak memenuhi hatinya. Seolah tersedot dalam sorot mata yang penuh kerikuhan dan kepayahan itu.

"Jangan!" Rama berlari, berusaha menahan sang pria yang dengan murka mengacungkan cemeti pada si Rama kecil. Sayang serat kuat nan elastis tersebut telah lebih dulu mencemuk, menciptakan baret kemerahan di kulitnya yang bersih terawat akibat lisis pembuluh darah kapiler di dalam sana.

Rama mengerang, seolah ikut merasakan perihnya cambukan kuat tersebut. Rama kecil pun tersedu, cairan merah pekat berbau khas besi mengalir deras begitu logam pengait di sisi cemeti turut menghantam dahinya. Lagi-lagi Rama ikut merasakan nyeri. Sungguh, pria terkutuk yang tidak akan sudi ia temui sampai mati itu berhasil membangkitkan emosinya, bahkan dalam mimpi.

"RAMA!"

Rama berbalik. Seorang wanita cantik berambut hitam legam menghambur ke arah mereka dengan penuh kekhawatiran. Rama tertegun, menilik sosok yang amat dirindukannya itu dengan saksama. Kali ini, Rama dengan bangga memaklumatkan kepada dunia bahwa parasnya yang menawan diwariskan dari wanita yang dipanggilnya ibu tersebut.

"Apa yang kamu lakukan pada anak kita?!" Wanita itu mendekap Rama kecil sambil menatap tajam pada sang pria.

"Anak kita?! Bahkan setelah semua bukti itu kau masih berani menyebutnya anak kita?!"

Wanita cantik tersebut bergeming. Matanya berkaca, memandang sang pria dengan sendu.

"Minggir! Dia bukan anakku! Akan kuhabisi anak pembawa sial ini!" Sang pria kembali mengacungkan cemeti. Wanita di hadapannya sigap melindungi Rama kecil yang gemetaran, mengorbankan punggungnya sebagai sasaran tali pecut tersebut.

Pria tersebut terperangah, badannya membungkuk ingin meraih wanitanya yang berlutut sambil meringis tertahan, namun sang wanita lebih dulu berbalik dengan berurai air mata.

"Dia anakku! Aku melahirkannya dengan darah dan nyawa, jangan coba-coba menyakitinya!"

Rama merasakan jutaan jarum menusuk jantungnya serempak mendengar pembelaan dari sang ibu. Haru dan pilu berbaur memenuhi hatinya. Rama tidak menyesal telah menuruti segala perkataan ibunya selama dua belas tahun mereka bersama dahulu.

Prescriptio☕  Où les histoires vivent. Découvrez maintenant