♥Happy-Reading♥
-Silent Toxic-
.
.
.
Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang farmasis adalah mampu membaca resep dokter dengan benar dan teliti.
Bukan hal yang sulit sebenarnya, bila saja resep tersebut tidak dituliskan dengan coretan abstrak serupa pola seismogram yang merekam getaran tanah sekian skala ritcher.
Rama merasakan guncangan hebat di kepalanya begitu menelaah sebuah resep. Rama yakin tidak ada manusia bermata normal yang bisa membacanya. Dipandanginya tulisan yang seolah tidak dituliskan sempurna--bahkan sekilas hanya berupa tampak seperti garis bergelombang saja--dengan kening bertaut.
Dari tiga obat yang diresepkan, Rama hanya bisa menerka huruf pertama dan terakhir dari obat ketiga. Bila dari sekian banyak obat yang terdaftar dalam literatur resmi Rama hanya tahu sebagian dari sebagian kecilnya saja, apalah dayanya untuk menebak nama ketiga obat tersebut.
Ditambah lagi instruksi di dalamnya dituliskan menggunakan bahasa latin dalam bentuk singkatan huruf per huruf. Sungguh, Rama merasa terharu dibuatnya.
Rama mencuri pandang ke arah Arya yang sibuk dengan laptopnya. Kakaknya itu rupanya serius tentang belajar privat yang dibahasnya sewaktu makan siang kemarin.
"Bagaimana? Bisa?" Vian melambaikan tangannya di depan wajah Rama.
Rama spontan menggeleng, menatap dokter yang kali ini merangkap sebagai tutornya itu dengan putus asa.
"Ini tulisan apa rekam ECG jantung, sih? Yakin deh ini yang tulis kebelet boker!"
"Rama!" Arya memberi death glare pada Rama kemudian kembali mengunci tatapannya pada layar monitor.
"Masalahnya tulisan dokter ini sangat tidak berperike-retina-an! Saraf-saraf optikku tidak bisa menerjemahkannya, bisa katarak aku lama-lama! Tulisan begini sih dengan sharingan Sasuke belum tentu bisa terbaca!" Rama melirik Vian. "Coba ini resep dari kak Vian, orang buta huruf saja bisa tahu saking rapinya."
Vian tertawa. "Tidak apa-apa. Itu wajar. Kita mulai dari singkatan bahasa latin saja," ujarnya lalu menyerahkan secarik kertas pada Rama.
s.b.d.d.gtt.I.o.d.c
Rama hanya melongo, meresapi singkatan bahasa latin yang tidak terproses di kepalanya.
Vian berdeham. "Signa bis de die guttae unam occular dextro et sinister."
Rama menggerjap beberapa kali. Apa-apaan itu? Mantra sihir?
Mengerti kebingungan Rama, Vian kembali bersuara. "Tandai dua kali sehari satu tetes pada mata kanan dan kiri."
Rama melenggut, pura-pura paham.
"Coba ulangi."
"Tandai dua kali sehari satu tetes pada mata kanan dan kiri."
Vian mengulum senyum. "Bahasa latinnya juga, Dik."
Duh! Rama menghentakkan kepalanya, matanya menatap nanar singkatan yang dituliskan Vian tadi.
ESTÁS LEYENDO
Prescriptio☕
Misterio / SuspensoMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
