"Apa itu?"

"Kamu pilih aku atau pilih Rama? Kamu suka padaku atau suka pada Rama?"

Beberapa detik berlalu sampai Chelia memutuskan untuk mengibaskan tangannya di depan wajah Rean.

"Kamu ingin mengatakan apa, Rean?"

"Ah?!" Rean yang menyadari dirinya hanya bermonolog dengan diri sendiri terkesiap. Ia buru-buru melepas tangannya pada bahu Chelia dan merutuki diri, menyesali tindakan spontan yang dilakukannya tanpa perencanaan. Ditambah lagi Chelia terus menatapnya kebingungan, menunggu penjelasan.

Rean berpikir keras untuk menemukan cara yang tepat menyambung obrolan, namun pikirannya membuntu. Saat matnya menangkap gelas kopi di atas meja, tangannya malah bergerak spontan menyodorkan minuman yang hampir tandas tersebut pada Chelia.

"Ma-mau minum kopi?"

"Hah?" Chelia hanya mampu mengerjapkan mata beberapa kali mendapat tawaran tersebut.

Rean memejamkan mata sembari mendesis. Apa yang kau lakukan Rean?! marahnya pada diri sendiri.

"Rean, kamu sakit?" Chelia mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Rean.

"A-aku tidak apa-apa! Lupakan yang tadi!" Rean lekas menghabiskan kopinya dan melemparkan cupnya ke tempat sampah.

Chelia makin dibuat bingung dengan gelagat Rean yang tidak biasa. Terlebih saat Rean mengeluarkan Famakope dari ranselnya dan menyibukkan dirinya sendiri.

"Aku ingin mendata bahan untuk praktikum dulu, Chelly. Duluan saja ke kelas," kata Rean sembari membuka halaman demi halaman Farmakope dengan gelisah.

"Mmm ... Rean?"

"Ya? Kenapa? Mau aku antar ke kelas dulu?"

Chelia menggeleng dan meringis. "Itu ... Farmakopenya terbalik."

"Apa?!"

Untuk kesekian kalinya Rean mengumpat pada dirinya sendiri. Bahkan saat Chelia memaksanya berdiri dan menuntunnya menuju poliklinik untuk beristirahat, ia hanya menurut dengan pasrah.

Kurang fokus ternyata bisa sefatal ini.

Ah, adrenalin sialan!

⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️

Rama menatap dirinya lama di cermin. Penampilannya hari ini kusut seperti Zombie. Tentu saja, Zombie yang ganteng. Rama bahkan yakin dirinya Zombie terganteng di dunia saat ini. Ralat, manusia mirip Zombie terganteng maksudnya.

Rama menguap lebar, semalam ia tidak dapat tidur. Saat Edward membangunkannya untuk pindah ke kamar, ia terus terjaga. Pikirannya kelamkabut. Bahkan mengerjai Edward di grup chat subuh tadi belum bisa menstabilkan perasaannya.

Rean menyukai Chelia.

Di luar dugaan Rama sama sekali. Rean selalu bersikap tenang dan tidak menunjukkan kecenderungan perasaannya pada siapapun. Wajar bila ia tidak tahu.

Rama menatap bayangan dirinya lekat-lekat. Biasanya ia selalu percaya diri. Rama selalu yakin bisa menjadi yang terbaik untuk Chelia. Tapi bila saingannya Rean, ia merasa ragu.

Memikirkan hal tersebut membuat hati Rama menjadi sesak. Chelia maupun Rean bukan pilihan. Mereka masing-masing menempati posisi spesial dalam hatinya. Cinta ternyata bisa se-memusingkan ini.

Rama membasuh wajah dan setengah rambutnya dengan air keran kemudian keluar dari toilet. Ia harus bersikap normal di hadapan teman-temannya yang lain, terutama Rean sendiri. Ia menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan dan bergegas menuju ruang kelas kosong yang dijadikan sekret bagi mereka untuk kumpul. Sesaat sebelum memutar di tangga, seseorang tiba-tiba menubruknya dari belakang.

Prescriptio☕  Where stories live. Discover now