Belum sempat kaki Rean berpindah posisi, Edward lebih dulu melabrak Rama dengan gemas. Yang terjadi selanjutnya ada perang bantal akibat kasus penyebaran aib di masa lalu dengan Rama sebagai tersangka utama dan Edward sebagai sang korban.

"Kamu sudah bangun, Brother?" tanya Rama yang entah kenapa tampak kikuk di mata Rean saat ia dan Edward sepakat melakukan gencatan senjata.

"Begitulah. Kamu sendiri tumben sudah bangun," balas Rean sama kikuknya.

"Aku nggak bisa tidur."

"Oh, ya?" Rean menaikkan kedua alisnya.n"Kenapa?"

"Paling karena iklan film horor di tv tadi. Dasar penakut!" Edward bersungut sembari menjulurkan lidah pada Rama.

Rama melempari Edward dengan bantal sofa dan mereka pun bergulat kembali. Rean hanya duduk tenang memperantarai meski kepalanya sesekali menjadi sasaran bantal nyasar. Sudah biasa baginya.

"Saus Tartar!" umpat Edward begitu ujung bantal melesat menghantam hidungnya.

"Kraby Patty basi!" balas Rama.

"Squilliam Fancyson!"

"Jack Kahuna Laguna!"

"Siapa itu?"

"Kembaranmu!"

"Shit!"

Rean berdiri menengahi. "Languange, Eddy!"

"Huh, rasakan!" Rama menjulingkan matanya.

"Kamu juga, Rama!"

"Loh, kenapa aku? Yang berkata kasar itu, kan Eddy!" Rama mencebik lalu melirik Rean. "Dasar Sandy Cheeks!"

"Sandy? Aku? Kenapa?" Rean menunjuk dirinya.

"Iya, habis kamu itu cerdas dan jago bela diri."

"Terima kasih atas pujiannya."

"Dih, siapa yang memuji!" kesal Rama yang disusul gelak tawa Edward.

Rean pun larut dalam pembicaraan tidak berfaedah tersebut sambil sesekali terkikik. Beban perasaannya sedikit berkurang sampai kemudian ponsel Rama berdering.

"Dari siapa Rean? Awas saja kalau dari kak Arya si Godzilla." Rama mengerling pada Rean yang terkesiap di tempat.

"Dari ... Chelly," kata Edward terbata begitu membaca nama yang tertera di layar.

"Hah? Chelly?"

"Iya. Kecuali ada orang lain yang bernama Sweetheart di kontakmu."

Rama menggeleng tegas lalu meraih ponselnya dan mengusap layar. Sekilas ia melirik tidak enak pada Rean yang membuang muka.

Rean sendiri merutuki dirinya yang tidak tahu harus bersikap bagaimana. Ia berbalik, pura-pura tidak tertarik pada topik, padahal sangat-sangat ingin tahu. Pada akhirnya, informasi yang sempat ia ketahui adalah Chelia yang sedang bermimpi buruk tentang Rama. Selanjutnya Rean tidak mendengar lagi, sebab ia berlekas meninggalkan ruangan tengah dengan alasan untuk bersiap-siap ke kampus.

Biasanya Rean akan menyikapi hal tersebut dengan tenang. Memori superior Chelia memang kerap kali membuatnya terganggu dan kepikiran terus dengan mimpi buruk yang dialaminya. Bukan hanya Rama, pada yang lain juga. Namun kali ini jelas beda. Rean malu mengakuinya, namun ia merasa cemburu.

Prescriptio☕  Where stories live. Discover now