Bab 25

295 19 0
                                    

Happy reading!

***

Author POV

Setelah resmi memiliki hubungan dengan Alya, Langit memutuskan untuk bertemu dengan gadis itu. Alasan utamanya adalah karena katanya ia merindukan Alya.

Dan saat ini, mereka berdua sudah ada di rumah Langit. Rencananya ingin pergi jalan-jalan, tapi setelah melihat macetnya jalanan saat ini sepertinya itu bukan keputusan yang baik. Maka dari itu Langit lebih memilih pergi ke rumahnya saja, sekaligus mengenalkan kekasih nya.

"Ini rumah lo?" tanya Alya.

"Iya, kenapa gak nyaman ya?"

"Eh enggak kok, nyaman banget. Cuma ngerasa gak asing aja sih." Alya menggaruk belakang tengkuknya.

Langit mengusap kepala kekasihnya, kemudian mensejajarkan wajahnya. "Lo bakalan makin gak asing nanti, karena gue bakal sering ajak lo kesini." wajah Alya bersemu merah karena jarak wajahnya begitu dekat dengan Langit.

Apalagi ia menatap mata Langit, rasanya seperti ada yang aneh. Kepalanya terasa seperti tertusuk sesuatu. Alya memjamkan mata nya. Dan memegang kepalanya.

Langit yang melihat itu merasa khawatir, "Kenapa? Lo sakit? Lo duduk, gue bawain minum dulu sebentar."

Ada kilasan kecil, seorang anak yang berlari menaiki tangga. Tapi wajahnya tidak terlalu jelas, dan Alya tak mengerti itu apa. Apalagi kepalanya juga sakit seperti tertusuk sesuatu.

"Ini minum dulu." Alya meminum air yang di bawa Langit. Kemudian meletakannya di meja depan.

"Mendingan? Lo kenapa?" tanya Langit.

"Gue gak papa kok. Kecapean doang kayanya."

Langit menghela nafas, menyesal membawa kekasihnya yang sedang sakit. "Sorry, kenapa lo gak bilang?" Alya hanya tersenyum kecil.

"Gue gak papa Lang, coba ajak gue room tour dong biar kaya youtuber gitu hehe." Langit terkekeh, ada-ada saja di saat sakit seperti ini.

"Yaudah gue ajak keliling ya." Alya mengangguk.

Mereka berdua memutuskan untuk berkeliling seisi rumah. Menghabiskan waktu dengan menonton film di kamar Langit hingga sore hari.

••••

"Lang gue pulang! Ini gue bawa pizza turun cepet." mendengar suara itu sontak Alya mengalihkan tatapannya kepada Langit.

Langit yang di tatap seperti itu hanya acuh, dan kembali meletakan kepala Alya di bahunya. "Abang gue biasa berisik emang." jawabnya dengan santai. Seolah tau arti tatapan Alya tadi.

"Lo punya abang? Gue kira anak tunggal. Tapi apa kita gak turun ke bawah? Abang lo tadi kan manggil."

'Ceklek'

"Lang ay-" ucapannya terpotong saat melihat seorang wanita yang bersandar di bahu adiknya.

Alya dan Langit terkejut kemudian duduk menciptakan jarak. Sementara lelaki di depan pintu kamar hanya terkekeh melihat kejadian lucu antara adiknya dan perempuan itu.

"Santai aja kali, ayo turun gue bawa makanan. Cerita di bawah aja."

Mereka berdua bergegas turun mengikuti lelaki itu. Sejujurnya Alya sendiri sempat terkejut, bagaimana bisa kedua kakak beradik itu terlihat tampan?

Dan jangan salahkan mata Alya, karena bagaimana pun pesona orang tampan masih disukainya.

"Ayo dimakan makanannya, siapa nama lo?" tanyanya

"Saya kak? Oh saya Alya temen La-" ucapannya terpotong.

"Pacar. Pacar gue." ujar Langit, sedangkan sang kakak masih saja terkekeh. Baru kali ini ia melihat adiknya sememggemaskan ini.

"Santai aja kalo gitu, jangan pake 'saya' agak kaku. Gue kakak nya Langit, panggil aja Uda." Alya hanya tersenyum kemudian meminum air yang ada di meja. Aneh, dirinya merasa gugup saat ini.

"Berapa lama kalian pacaran?" tanya Udara.

Ya, Udara Jagat Setra. Kakak kandung dari Langit. Mereka memang lebih sering tinggal berdua disini dan jarang sekali menghabiskan waktu bersama orang tua mereka.

"Lupa, lagian kepo banget lo onta." ujar Langit.

Mengapa adiknya jadi sensitif sekali, dirinya kan tidak akan mengambil Alya. Dasar ada-ada saja.

"Gak bawa cewe lo bang?" tanya Langit.

"Biasa lagi gak kurang akur aja."

"Halah, giliran ribut ama cewe lo aja balik. Ga ribut manja-manjaan di apartemen nya." cibir Langit.

Alya dan Udara tertawa, ini pertama kalinya Alya melihat sosok Langit yang bisa mencibir seperti ini. Karena biasanya ia hanya melihat tingkah menyebalkan Langit yang selalu saja membuatnya kesal.

Alya melihat jam tangannya, "Eh udah jam 7 nih kak, harus pulang. Soalnya takut bunda khawatir. Jadi maaf banget ya cuma bisa ngobrol sebentar."

"Santai aja, masih ada lain waktu kok. Lang anterin sampe rumah ya, baek-baek ama anak orang." sementara Langit acuh saja.

Saat di depan pintu, Udara menepuk pundak adik laki-lakinya. "Lo pinter cari cewek baik, jaga yang bener ya." Langit hanya mengangguk.

••••

Mobilnya berhenti tepat di halaman rumah Alya. Langit membuka kan pintu mobil untuk kekasihnya.

"Thanks ya buat hari ini." Langit mengangguk

"Gue mau pamit sama Bunda sekalian minta maaf anterin lo balik kemaleman."

"Eh gak usah, gapapa balik aja. Bunda juga kayanya belum pulang. Tuh mobilnya belum ada."

Benar saja belum ada mobil yang terparkir, artinya belum ada siapa-siapa di rumahnya.

"Yaudah kalo gitu gue balik ya, lo istirahat tadi kelihatan lagi sakit kan. Good Night sayang." Langit mengecup kening Alya. Dan kembali pulang ke rumahnya.

Entah mengapa jantung Alya berdegub kencang, berusaha untuk tidak terbawa perasaan yang lebih jauh lagi tapi terlanjur tak bisa tertahan. Ketika sampai rumah dan menyalakan lampu rumah ia terkejut saat melihat Dera berdiri menunggunya.

"Ngapain aja jam segini baru balik?"

TBC

Difficult Choice ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang