Bab 19

297 27 0
                                    

Happy reading!

***

Selama jam pelajaran tadi berlangsing Alya sama sekali tak bisa fokus, ia lebih banyak diam dan melamun. Setelah kejadian semalam Alya sungguh tak bisa tidur nyenyak. Kata-kata yang di ucapkan Langit masih terus terngiang di kepalanya. Bahkan tadi pagi Alya yang biasanya sangat rajin untuk berangkat lebih pagi harus terlambat karena bergadang semalaman.

Bukannya tak senang, apalagi dengan intensitas yang terbilang sangat sering. Satu minggu penuh yang mereka habiskan bersama. Selama itu pula, mereka berdua mulai mengenal satu sama lain. Bahkan sudah merasa nyaman.

Tapi entah kenapa keraguan masih tersisa di hati keduannya. Seperti ada yang mengganjal tapi mereka tak tau apa hal itu.

Dan saat keluar dari gerbang sekolah nya, ia di serbu dengan puluhan siswi-siswi disana. Mang Joko selaku satpam pun hampir saja kewalahan apalagi Alya yang sendirian.

Sebagian siswi berteriak heboh karena tak percaya, dan bahkan yang lainnya mulai anarkis dengan menjambak dan mencubit Alya.

"WOI LO NGAPAIN GANJEN SAMA PANGERAN KITA SEMUA?" salah seorang siswa melemparinya dengan telur.

Alya hanya bisa diam menunduk, dan seakan menahan tangisnya yang ingin tumpah saat itu juga. Sungguh ia bingung apa salahnya hingga di perlakukan seperti ini.

"GAK TAU MALU BANGET SI LO?! UDAH DEKETIN KAK DERA SEKARANG DEKETIN ANAK SEKOLAH SEBELAH. CIHH MURAHAN BANGET!" Widia si cewek menor seantero sekolah mulai mengeluarkan kata-kata kasarnya.

"IYA, WOI GAK TAU MALU BANGET!"

"LO MAU PHPIN PANGERAN KITA SAMA KAYA KAK DERA?!"

"LEMPAR AJA TERUS BIAR TAU MALU DIA!" perintah salah satu murid wanita.

Mereka melempari Alya dengan segala macam barang kotor. Mulai dari telur, terigu, hingga air kotor. Sungguh mereka sangat anarkis.

••••

Diandra berlari ke dalam kelas mencari temannya.

"Naj! Lo tau Dera dimana gak?" nafas nya masih tersenggal. Sementara Najwa yang tengah piket kelas hanya melirik sekilas.

"Ada apa sih Di? Hebob banget deh lo." ia membereskan pengki dan sapu ke sudut ruangan kelas.

"Gawat Naj! Gawat banget! Cepet Dera dimana?!" desak Diandra.

"Pelan-pelan, emang kenapa sih? Heboh deh lo."

"Alya. Dia di bully di luar, gue gak bisa nolongin dia sendiri."

"Ha? Yang bener lo?!" Najwa menarik tas nya dan menarik tangan Diandra untuk ikut berlari. "Dera latihan Futsal."

Mereka berdua berlari hingga tiba di sekitar lapangan Futsal. Berhenti menarik nafas, kemudian berteriak kencang. "Dera, Alya bahaya."

Dera yang tengah menggiring bola ka temannya sontak berhenti dan menoleh ketika mendengar nama sahabatnya disebut.

Ia berlari ke arah gerbang. Tidak salah lagi pasti ada keributan di depan sana. Ia tak mendengarkan peluit yang di tiup pelatih karena pergi begitu saja.

Kali ini bukan itu prioritasnya. Tapi wanita yang tadi namanya di teriakan lah yang jadi prioritasnya.

Benar saja, masih ada beberapa siswi yang melemparinya dengan telur dan terigu. Dera berlari membelah kerumunan siswi itu diikuti Najwa dan Diandra.

Dera menarik Alya yang sedang jongkok di bawah penutup telingnya. Kemudian ia tarik ke dalam pelukannya.

Hanya ini yang bisa ia lakukan. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Ia marah? Tentu saja.

Mang Joko dan Mang Sutejo datang mengusir kerumunan siswi itu. Dan setelah mereka berhasil di bubarkan, Dera melepas pelukanmya dan menangkup wajah Alya.

"Lo gak kenapa napa kan Al?" ia menepuk pipi Alya pelan, karena sang empunya memejamkan mata.

"I-iya." suaranya lirih. Diandra dan Najwa yang melihat ini semua mulai berkaca-kaca. Sedari tadi mereka ingin membantu, tapi mereka terlalu takut.

"Ayok balik." baru saja ia melangkah mengandeng lengan Alya. Najwa berteriak.

"Alya!!  Astaga!" badan Alya ambruk di tanah. Dera segera membawa nya ke dalam gendongan dan membawanya pergi ke UKS.

TBC

Difficult Choice ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang