"Eh, Rausya yang di Cikarang? Anaknya om Fadlan?" Haikal bertanya memastikan. Ia lupa-lupa ingat dengan nama saudara seumurannya itu.

"Iya, yang itu,"

"Yang mirip Jundi bukan?" Yeri mengangguk lagi dan Haikal tersenyum membayangkan bagaimana bila Jundi dan Rausya bertemu. "Secungkring apa dia sekarang?" ucapan Haikal ini dihadiahi cubitan di pahanya dari sang kakak.

"Gak boleh gitu!" Haikal cemberut dan mengangguk patuh sembari mengelus pahanya. Perih cuy.

"Beneran Rausya jadi kuliah disini?" Sang Umi memastikan.

Yeri mulai meraih ponselnya dan mengangguk, "dia udah mantap daftar ke UIN sih Um,"

"Bagus deh, jadi teteh gak harus sama Ikal terus nanti. Rausya kan tinggi," ucap sang Umi bahagia.

"Secara gak langsung Umi bilang aku pendek,"

"Umi gak bilang kok, teteh aja yang geer," Haikal membela sang Umi. Ibu dan anak itu justru tertawa melihat Yeri yang sebal.

"Jadi kamu ke Bromo hari apa? Berapa hari?"

"Hari Senin, gak lama kok cuma tiga hari,"

Umi memasukkan semua berkas yang ia rasa lengkap. "Beneranya, cuma tiga hari jangan lebih!"

Haikal memasang pose hormatnya dan mengangguk tegas, "Siap Ibu Ratu!"

Umi terkekeh dan kembali ke kamar, menyusul sang Abi yang tengah mengecek kelengkapan isi koper. Meninggalkan adik kakak yang kini sedang dalam mode akur.

Haikal menatap Yeri dengan tatapan penuh binar dan senyum lebarnya. Yeri yang ditatap sedemikian rupa agak risih juga dan balas menatap adiknya itu bingung. Alisnya mengernyit, pertanda kebingungannya.

"Makasih ya teh!" Yeri masih memandang Haikal bigung. Cringy sekali ketika Haikal tiba-tiba seperti ini.

"Iya sama-sama," Yeri mengabaikan itu dan kembali fokus pada ponselnya. "Tapi jangan lebih dari tiga hari loh!" Ancamnya.

"Ashiap nyai!"

"Kalau lebih dari tiga hari teteh susulin ke Bromo!" Tambahnya.

"Hilih modusnya, bilang aja mau ketemu bang Mark!" Cibir Haikal seraya bangkit dari posisi duduknya karena tahu ada serangan Macan Betina.

"HAIKAL APASIH!!! YAUDAH GAK JADI NIH!"

"IYA TEH ADUHHH! TAPI EMANG KENYATAANNYA GITU KAN?!"

"UMI HAIKALNYA NIH MI!"

Yahhh, belum ada lima menit akurnya.


***





Minggu pagi, Jundi, Zainal dan Iyang tengah berkumpul di pos satpam komplek. Mereka tengah menunggu Alvano dan Haikal yang tengah membeli bubur di sebrang komplek. Kegiatan pagi mereka, lari pagi.

"Urang hayang ngompol!" Keluh Iyang bosan menunggu. (Aku pengen pipis)

"Gak punya botol aqua bekas," Jundi menjawab datar sembari menatap ponselnya.

"Nal anter yuk Nal!" Ajak Iyang yang nampak sudah tak tahan lagi.

"Anak RT gak boleh pipis sembarangan!" Peringat Zainal yang tengah memainkan kuda catur. Dua jemarinya ia fungsikan sebagai kaki yang tengah menunggangk kuda catur itu saking bosannya menunggu.

"Dih, numpang pipis di rumah lo lah!" Rumah Zainal memang yang paling dekat dengan pos satpam namun mereka tak berani nongkrong di rumah Zainal. Ibu pemuda itu cerewet dan akan menanyai mereka mengenai berbagai hal. Zainalnya sendiri saja kadang malas mendengar celotehan ibunya apalagi teman-temannya?

Melamarmu Where stories live. Discover now