16. Cold and Warn

4.7K 502 141
                                    

Julian menunggu pintu di depannya terbuka, setelah dia mengetuk beberapa kali. Security di depan menyuruhnya langsung masuk karena dia sudah dititipi pesan oleh Faiz bahwa Julian akan bertamu. Berdiri di depan pintu yang tertutup, meskipun dia sudah diijinkan masuk, meskipun ini adalah rumah keluarga kekasihnya tetap saja Julian tidak ingin menerobos masuk seenaknya.

Seraut wajah perempuan muda yang tidak dikenalnya, tersenyum kaku menyambutnya saat pintu itu akhirnya terbuka juga.

Julian memang baru tiga empat kali ini ke rumah Faiz, kecuali Zhizi dan ibu kekasihnya itu juga kakak perempuannya, Julian tidak mengenal lagi penghuni lain di rumah besar itu. Tapi mungkin perempuan muda ini hanya pekerja saja di rumah besar itu.

"Selamat pagi," Julian tersenyum ramah membalas senyum kaku itu.

"Selamat pagi, cari siapa mas?"

"Saya cari Kak Faiz, ada?"

"Ada. Tapi lagi istirahat, lagi nggak enak badan."

"Saya memang mau nengokin," senyum Julian tidak luntur dari bibirnya. "Saya tadi sudah ditelepon, katanya saya disuruh datang saja."

"Sebentar saya tanya dulu mas Faiz-nya,"

Pintu jati yang mengkilat itu ditutup lagi tanpa basa basi. Julian sampai terhenyak karena kaget dengan gerakan tiba-tiba itu. Merasa aneh dengan kelakuan orang yang menutup pintu itu. Namun kemudian dia mencoba berpikir positif. Mungkin orang itu hanya berusaha bertindak hati-hati dengan orang yang tidak dikenalnya, yang datang bertamu.

Rumah di kawasan mewah ini memang kelihatan sepi sekali. Sepanjang jalan tadi saja, Julian hanya berpapasan dengan dua mobil yang hendak keluar. Tidak kelihatan ada orang berjalan kaki sepanjang jalan. Sepi sekali meskipun hari sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Atau mungkin karena saat ini adalah jam sibuk, saat anak-anak sudah berada di sekolah dan orang-orang dewasa sudah berada di tempat kerjanya masing-masing, sehingga tidak ada aktivitas yang dilakukan di luar rumah?

Julian memandangi sekitar teras yang kontras dengan paduan modern dan klasik. Lantai keramik yang bermotif batu alam. Ada dua sofa panjang yang ditempatkan berhadapan dengan meja berkaki patung di tengah-tengahnya. Ada partisi kayu yang unik untuk menyimpan tanaman-tanaman yang ditempatkan dalam pot-pot kecil. Juga tanaman-tanaman gantung yang hijau terawat baik. Sebagian halaman dihiasi oleh pohon-pohon bonsai yang punya nilai seni yang sangat indah. Sebagian lagi dihiasi oleh pohon-pohon hias yang dia tidak tahu namanya. Ada spot yang menuju halaman samping sampai ke kolam renang yang berisi batu-batu kerikil yang dia duga adalah batu therapy.

Mengingat kolam renang di halaman samping itu membuat ingatan Julian lari ke malam di villa beberapa hari yang lalu, saat pertama kali bermalam dengan Faiz. Saat pertama kali mereka bercinta. Malam yang menjadi bukti untuk hatinya bahwa dia memang mencintai Faiz sebesar itu.

Tanpa diinginkannya, wajahnya terasa panas mengingat malam itu. Betapa liarnya mereka malam itu.

"Mas... " panggilan dari belakang, membuatnya menoleh masih dengan pipi terasa panas.

"Ya?"

"Saya antar ke kamar mas Faiz."

Julian terkejut mendengar ucapan itu.

"Sakitnya parah banget sampai nggak bisa bangun?" tanyanya sambil mengikuti langkah perempuan muda itu menuju kamar Faiz.

"Nggak terlalu mas, tapi katanya masih pusing."

Tadi pagi saat Julian telepon, Faiz menyahut dengan suara sengau yang sangat serak. Dan itu sudah berhasil membuatnya cemas. Semalam waktu Faiz telepon suaranya memang sudah berubah tapi masih belum seserak saat dia menelepon tadi pagi.

Fallen Deeply In Love With YouTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon