2. Confused

9K 766 89
                                    

Chapter ini pengenalan tokoh Julian ya. Cast-nya di bawah (Bebas mau bayangin siapapun. Terserah kalian aja.) Awas bersin bacanya (banyak debu, saking lamanya ini story ngga di up-date)

Enjoyed aja ya bacanya. Jangan sambil marah-marah. (Buang-buang energi itu ternyata capek... Eh curhat lagi. hehehe)

Julian baru saja menutup telepon dari Pieter, yang mengajaknya menjenguk Mahenz ke rumah sakit, waktu mendengar panggilan terburu-buru Mamanya yang terdengar sampai ke kamarnya yang tertutup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Julian baru saja menutup telepon dari Pieter, yang mengajaknya menjenguk Mahenz ke rumah sakit, waktu mendengar panggilan terburu-buru Mamanya yang terdengar sampai ke kamarnya yang tertutup.

"Ade!"

Pasti Mama mendapat panggilan dari rumah sakit lagi. Mungkin ada pasien yang harus ditangani segera atau mau pergi ke seminar di suatu tempat, yang seringkali mendadak diingat Mama.

Julian sendiri kadang heran dengan Mamanya itu. Mama adalah wanita yang cerdas. Tapi seringkali dia lupa mengingat-ingat tanggal penting yang berkaitan dengan acara-acara sosialnya. Makanya dia dan Papa seringkali mengingatkan Mama untuk memasukkan agenda penting ke dalam ponsel atau notebook-nya.

"Ade."

Meski Julian anak tunggal, alias tidak punya seorang kakak, tapi Papa dan Mama-nya selalu memanggilnya ade. Mungkin karena Papa adalah anak bungsu di keluarga besarnya, otomatis Julian adalah keluarga paling bungsu. Bahkan dia tetap dipanggil ade oleh sepupunya yang usianya lebih muda darinya.

"Ade, dipanggil Mama tuh," Ibu Retno, pengasuhnya sejak kecil mengetuk dan melebarkan pintu itu sebelum Julian menyahut.

"Mama biasa deh teriak-teriak di rumah." Julian segera berdiri dari sofa sambil meletakkan ponsel dan buku diktat-nya ke meja kamarnya.

"Mama udah manggil ade dari tadi."

"Iya, bu." Sahut Julian dengan senyum hangat. "Ade denger kok."

Dia buru-buru keluar dari kamarnya, berjalan menyeberangi taman indoor dan kolam ikan koi sepanjang tiga meter untuk menuju kamar Mama yang ada di seberang kamarnya. Mama terlihat mondar-mandir di dalam kamar yang pintunya juga terbuka lebar.

"Ya, Ma?"

Julian masuk ke dalam kamar Mama yang bernuansa hijau apel itu, dengan alis berkerut heran melihat kesibukan Mama yang rupanya sedang packing baju.

"Mama ngapain?"

" Packing baju." Mamanya tersenyum lebar.

"Memangnya Mama mau ke mana?"

"Mau ke Makasar," jawab Mama sambil membawa beberapa buku literature kedokteran yang amat tebal dan meletakkannya di ruang kosong di tas koper berodanya.

"Seminar?" Julian mendekat sambil memperhatikan isi tas koper roda Mama yang sudah rapi di atas kursi ottoman. "Mama perlu bantuan untuk packing baju?"

"Nggak, Mama sudah rapi kok."

"Terus, ada apa manggil-manggil ade?"

"Mama cuma mau pesan sama kamu," Mama menarik resleting untuk menutup tas koper-nya. "Jangan pergi kemana-mana."

Fallen Deeply In Love With YouWhere stories live. Discover now