1. Heart Beat

16.8K 1K 208
                                    

Ddrrrtttt

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ddrrrtttt......

Ddrrrtttt......

Ddrrrtttt......

Faiz meraih guling menyembunyikan wajah dibaliknya, agar telinganya tidak mendengar dering ponselnya itu. Rasanya dia baru saja meletakkan kepalanya ke bantal, saat ponsel itu berdering terus selama dua menit. Dia mendiamkannya karena berpikir yang meneleponnya akan berhenti sendiri bila tidak disahut.

Ponselnya berhenti berdering. Penuh rasa syukur, dia mengangkat guling dari wajahnya, memeluk kembali busa lembut itu dan kembali memejamkan matanya dengan senyum bahagia. Belum lagi hilang senyumnya, ponselnya kembali berdering.

Dia akan membunuh siapapun yang meneleponnya ini kalau tidak penting.

Mengerang jengkel, tangannya terulur juga ke meja nakas di sebelah tempat tidurnya. Setengah hati dia membuka matanya dan hampir terjengkit kesal membaca nama yang tertera di depan layar ponselnya yang menyala.

Hanya satu orang yang berani mengganggu waktu istirahat orang lain di dini hari seperti ini.

"Bos, tahu nggak jam berapa ini?" sungutnya langsung sebelum si penelepon bicara.

"Jam dua pagi," sahut Bagas kalem, di seberang sana. "Meeting besok kamu yang handle. Pulang langsung ke sini kasih laporan!"

See, Nggak penting juga nelepon jam segini cuma mau ngomongin hal yang sudah dihapalnya luar kepala selama dua minggu kemarin. Kalau saja dia bisa melakukan teleportasi, dia pasti sudah merangkak masuk ke dalam ponsel melalui celah-celah speaker dan muncul di celah-celah speaker ujung telepon sana untuk mencekik leher Bagas.

"Udah? Itu aja?" tanya Faiz tanpa menyembunyikan kejengkelannya. "Ngapain sih ngomong gitu aja sampai ngangguin acara tidurku?"

"Sekalian laporan mingguan kemarin."

"Cek email!" dia hampir berteriak frustasi. "Aku sudah kirim kemarin. Lagian nggak ada kerjaan banget sih jam segini masih belum molor."

"Lha, kamu aja belum tidur."

"Aku baru mau tidur waktu ada orang edan nyasar telepon."

"Aku masih jagain Mahenz, dia kan belum sadar."

Kepala Faiz langsung seperti disiram air es mendengar ucapan Bagas. Dia jadi merasa seperti penjahat karena seakan tidak tahu kondisi sahabat baiknya itu. Padahal dia tahu, kalau sahabatnya itu menjaga Mahenz setiap malam. Sejak kekasihnya itu masuk rumah sakit dan terbaring koma tidak sadarkan diri.

"Udah berapa hari ya, Gas?"

"Lima hari, Iz." Bagas terdengar menghela nafas. "Belum ada tanda-tanda dia mau sadar."

"Dokter nggak ada perkiraan kapan dia akan sadar?"

"Dokter nggak bisa kasih perkiraan waktu, Iz. Kondisi tubuhnya sudah stabil. Tapi memang dokter masih terus memeriksa luka di kepalanya itu sampai sekarang."

Fallen Deeply In Love With YouWhere stories live. Discover now