9. Rainbow in your eyes

5.1K 617 117
                                    

Julian memandang ke arah luar dari balik jendela tempatnya berdiri, mengawasi sosok Faiz yang sedang memberikan instruksi-instruksi pada mandor bangunan.

Hujan sedang turun dengan deras di luar sana. Keadaan di luar hampir gelap berkabut, bahkan sesekali terdengar petir bergemuruh keras. Tapi Faiz dan pak Heri, orang yang Julian tahu sebagai mandor bangunan merangkap tukang bangunan itu malah hujan-hujanan meski mereka memakai mantel hujan. Pak Heri kelihatan anteng-anteng saja mendengarkan Faiz. Sesekali tangan mereka bergerak-gerak menunjuk ke arah pondasi-pondasi di atas tanah yang sedang digali dan dibangun.

Proyek pembangunan klinik dan panti yang rencananya akan diberikan Papa pada Mama sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke 45 sudah dilaksanakan sejak tiga hari yang lalu.

Bagas datang pada hari pertama pembukaan lahan untuk peletakan batu pondasi. Mahenz juga ikut membantu Julian mengurus surat-surat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hukum dan peraturan daerah. Tentu saja mereka dipandu oleh pengacara keluarga Bagas. Dan segala urusan mereka yang berkaitan dengan pihak lain itu, berjalan dengan lancar meski ada beberapa hambatan kecil.

Alis Julian berkerut ketika melihat seseorang menghampiri Faiz sambil membawa payung besar. Dari postur tubuhnya yang tinggi langsing, Julian langsung bisa mengenali orang itu sebagai Jovanka. Keponakan pak Khafiary yang ditunjuk untuk menangani masalah keuangan pembangunan klinik dan panti itu.

Papa sangat percaya pada apapun keputusan yang diambil oleh pak Khafiary. Julian hanya diminta oleh Papa untuk mengawasi pembangunan itu dan memeriksa semua bentuk kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan klinik dan panti itu, lalu melaporkannya secara berkala pada Papa setiap minggu.

Julian sangat tahu bahwa penyelesaian pembangunan klinik dan panti ini hanya salah satu ujian dari Papa untuknya. Sebagai batu loncatan Julian untuk bisa menangani masalah-masalah yang mungkin timbul. Apakah dia mampu menyelesaikannya dengan baik tanpa kendala yang berarti atau dia harus menyerah pada keinginan Papa yang tersirat dari pandangan matanya.

Julian sebetulnya sudah tidak asing lagi dengan pekerjaan Papa, karena Papa memang sudah mulai mengenalkan dan mengajari Julian bahkan sejak dia memulai semester awal kuliahnya. Papa kerap kali melibatkan Julian dalam setiap pekerjaannya setiap kali Papa sedang berkantor di Kanada.

Papa memang tidak menuntut Julian untuk sekolah bisnis. Dia membebaskan apapun pilihan akademik Julian.Namun yang pasti Papa seringkali membuatnya terjun langsung ke dalam pekerjaannya, karena bagaimanapun atau apapun pendidikan yang ditempuh Julian, tetap dia-lah yang akan meneruskan usaha Papa nanti.

Suara petir yang mengelegar keras sekali di ujung langit, membuat mata Julian berkedip kaget.

Faiz mengambil alih payung yang dipegang oleh Jovanka, saat mereka bertiga kelihatan berjalan untuk mencari tempat berteduh. Pak Heri berbelok ke arah gudang, tempat sementara anak buahnya tinggal selama mereka bekerja di situ.

Faiz dan Jovanka melanjutkan langkah mereka menuju villa tempat Julian sedang berada sekarang.

Alis Julian makin berkerut dalam, kenapa Faiz mesti memayungi gadis itu? Dia kan bisa memegang payungnya sendiri? Lagipula Faiz sudah memakai mantel hujan yang lengkap sampai ke tudung kepala. Aneh saja melihat orang yang memakai mantel hujan memegang payung...

Entah kenapa ada perasaan yang sangat aneh, yang pelan-pelan menjalari dadanya saat melihat gesture tubuh Jovanka yang merapat pada Faiz saat laki-laki itu memayungi tubuh mereka berdua dari derasnya hujan yang sedang turun membasahi bumi.

Dia jadi ingat ketika Faiz mengecup bibirnya, saat dia sedang dilanda kepanikan karena terserang trauma berenangnya. Tindakan spontanitas yang tidak diduganya sama sekali sampai otaknya serasa lumpuh.

Fallen Deeply In Love With YouWhere stories live. Discover now