11. Meet the parents

5K 618 139
                                    

Faiz bangun pagi itu dengan perasaan bahagia. Matanya langsung melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan waktu pukul lima pagi lewat dua menit. Tidur ternyenyak yang pernah dialaminya. Dia bahkan sama sekali tidak mimpi atau terbangun karena ingin ke belakang. 

Detik itu juga, pikirannya langsung teringat pada sosok yang semalam dipeluknya dengan ketat. Tangannya langsung meraih ponselnya yang tergeletak tidak jauh dari bantalnya, untuk melihat notif ponselnya itu.

Julian membalas pesan yang dikirimnya begitu dia sampai rumah semalam. Mengucapkan selamat tidur dan memberikan emot hug di akhir pesan. 

Perasaan hangat langsung memenuhi dadanya membaca pesan kekasihnya itu. Meski Julian belum menjawab dengan bahasa verbal, dia sudah menganggap cowok itu sebagai kekasihnya. Kekasih hati yang akan selalu berusaha dibahagiakannya. Karena semakin hari perasaan sayangnya pada Julian semakin dalam saja. 

Julian mungkin tidak menunjukkannya dengan lisan tapi ungkapan bahasa non verbal-nya semalam sudah menunjukkan perasaannya. Bahasa tubuh dan pandangan mata teduhnya saat menatap  ke arahnya sudah cukup buat Faiz untuk membuktikan bahwa Julian mempunyai perasaan yang sama dengannya. 

Dinyalakannya lampu tempat tidurnya yang remang, sebelum merebahkan kembali kepalanya di bantal dan menyentuh panggilan video di nomor Julian.

Di dering kelima, panggilannya dijawab.

"Hallo, Pipi. Selamat pagi." sapanya lembut saat matanya menangkap wajah Julian dalam keremangan lampu kamar.

Kekasihnya itu kelihatan masih berbaring di tempat tidur. Julian tidak langsung menjawab. Matanya cuma terbuka sebentar, lalu menutup lagi dengan malas. Wajahnya sebagian terbenam di bantal. Rambutnya berantakan, sebagian surainya menutupi dahinya. Faiz tersenyum kecil melihatnya. Julian kelihatan sekali masih mengantuk. 

"Kalau masih ngantuk, tidur lagi aja," ujung jari telunjuk Faiz mengelus-elus layar ponselnya, seakan dia sedang mengelus-elus pipi Julian. "Aku cuma mau lihat wajah kamu. Kangen."

Bibir Julian kelihatan tersenyum kecil, wajahnya bergerak makin terbenam di bantal.

"Kan baru semalam kita ketemu," gumamnya setengah mengantuk.

"Iya, tapi aku udah kangen aja."

Faiz tahu dia kedengaran gombal banget, tapi memang itu yang dirasakannya saat bangun tidur tadi. Apalagi saat membaca pesan Julian, yang malah membuatnya makin ingin melihat wajah kekasihnya itu.

"Ay nggak capek?" tanya Julian dengan suara tidak jelas, matanya tetap terpejam tapi Faiz masih bisa mendengar walau suaranya itu teredam bantal.

"Nggak. Kan udah istirahat."

"Aku masih ngantuk."

"Ya udah, tidur lagi."

Faiz menunggu Julian mematikan panggilannya. Tapi kekasihnya itu tidak bergerak sama sekali. Jadi cuma dipandanginya saja wajah yang matanya terpejam itu. Dia jadi ingin sekali terbang ke rumah Julian. Untuk merengkuh wajah itu ke dalam dekapannya dan menciumi pipinya sampai merona semerah tomat.  

Beberapa detik dia memandangi wajah itu, dengan perasaan cinta makin mengembang di hatinya, saat pelan-pelan sebelah mata Julian yang tidak terhalang bantal terbuka, melihat ke arahnya dengan pandangan mengantuknya.

"Ayang nggak mau tidur lagi?" tanya Julian masih dengan suara sedikit parau.

Hati Faiz terjengkit senang sekali mendengar panggilan itu, sampai rasanya dia ingin melayang terbang  menembus awan-awan yang lembut lalu hinggap di haribaan Julian.

Fallen Deeply In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang