6. Another half feeling

5.1K 611 33
                                    

Faiz melepas kacamata-nya sebelum membuka pintu mobilnya. Dikantunginya kacamata itu ke dalam saku kemejanya. Lalu diraihnya tas kerja dan tas laptop-nya karena dia tidak ingin meninggalkan barang yang amat penting buatnya itu di dalam mobil.

Lagipula dia tidak tahu apakah pertemuan dadakan yang tidak direncanakan itu akan berlangsung lama atau sebentar. Tadi dia sedang meeting dengan salah satu klien-nya saat bapak Khafiary menelepon dan memintanya menyediakan sedikit waktu ke kantornya untuk membicarakan proyek mereka, setelah selesai meeting dengan klien-nya itu.

Karena kantor bapak Khafiary tidak berada jauh dari kantor klien-nya, maka Faiz tidak keberatan untuk datang menemuinya. Lagipula jam makan siang-nya tidak akan terjeda lama bila dia meluangkan waktu sebentar ke kantor bapak Khafiary.

Bos sekaligus sahabatnya yang sedang mengejar kekasihnya yang sedang ngambek itu sampai ke Italia, menyerahkan semua urusan kantor ke tangannya selama dia masih di luar negeri. Selama ini semua pekerjaan kantor masih bisa ditanganinya dengan baik, meski dia agak kewalahan bila ada jadwal meeting yang bentrok waktunya atau ada kejadian mendadak di kantor yang membutuhkan ekstra waktu dan tenaga.

Untungnya dia punya banyak karyawan yang handal, cakap dan sigap. Yang bisa membantunya dengan cepat saat dia membutuhkan bantuan. Hasil evaluasi kerja staff yang diperiksanya minggu ini sangat memuaskan. Membuatnya terkesan atas kinerja para karyawannya di kantor. Hasil yang juga mendapat sanjungan dari Bagas.

Meski mereka ditinggal pergi keluar negeri oleh pemimpin, mereka masih bisa menunjukkan hasil kerja yang bagus, bahkan memuaskan. Saking terkesannya, Bagas bahkan menjanjikan akan memberikan reward sekembalinya dia dari luar negeri. Dan itu malah membuat karyawannya semakin bersemangat saat dia mengumumkan janji itu secara terbuka pada mereka.

Faiz yakin, walau tanpa reward dari Bagas sekalipun, para karyawannya akan tetap bekerja dengan giat dan tekun. Terbukti bahwa selama Bagas di Italia, malah tidak ada karyawannya yang absen.

Apa itu imbas dari buntut kemarahan Bagas sebelum berangkat ke luar negeri? pikir Faiz sambil masuk ke dalam gedung kantor pak Khafiary. Padahal Bagas sedang galau karena urusan kekasihnya, bukan karena evaluasi kerja mereka yang buruk, seperti rumor yang beredar di kantor. Tapi jadi bagus juga efek dari kemarahan Bagas itu, karena membuat semua karyawannya jadi semakin rajin.

"Selamat siang, Selamat datang, ada yang bisa kami bantu pak?" seorang resepsionis yang berdiri di belakang meja lobby yang tinggi dengan cekatan menyapanya yang baru saja memasuki pintu lobby gedung itu.

"Selamat siang," Faiz menjawab sapaan gadis cantik itu dengan ramah sambil mendekat ke arah mejanya. "Saya Faiz, ada janji ketemu dengan bapak Khafiary."

"Sudah janji ya pak?"

"Ya, tadi saya ditelepon oleh beliau."

"Silahkan ditunggu sebentar, pak." Gadis cantik berkulit putih itu menunjuk dengan sopan ke arah sofa-sofa yang ada di depan mereka, mempersilahkan Faiz untuk duduk menunggu. "Saya akan menghubungi pak Khafiary."

"Terima kasih."

Faiz kembali membalas senyum ramah gadis cantik itu, sebelum melangkah ke arah sofa-sofa yang ada di ruang lobby untuk duduk menunggu. Diletakkannya tas kerja dan tas laptopnya ke atas meja. Baru setelah itu mengambil ponsel yang ada di saku celananya yang bergetar menandakan notif-notif aplikasi sosmed-nya.

"Pak Faiz," Faiz menoleh ketika sang resepsionis kembali memanggilnya. "Mohon ditunggu, pak Khafiary akan segera turun."

"Ya, saya tunggu, terima kasih." Faiz membalas senyum manis sang resepsionis.

Fallen Deeply In Love With YouUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum