18. Issue between us

4.1K 490 128
                                    

Suara dering ponsel Faiz di meja nakas di sebelah sisi kanan spot Julian berbaring membangunkan cowok itu dari lelapnya. Dia membiarkan karena berpikir Faiz akan menjawabnya. Dia tetap memejamkan matanya sambil mengetatkan dekapan tangan Faiz ke dadanya.

Sesaat suara dering ponsel itu berhenti, namun tidak ada dua detik ponsel itu kembali berbunyi. Faiz membuat gerakan pelan di sampingnya. Dia rupanya mulai terganggu juga.   

"Ay... " Julian menggumam memanggil Faiz, bermaksud meminta kekasihnya itu untuk melihat siapa yang meneleponnya.

"Hmm," Faiz mengulurkan tangan kirinya untuk mengambil ponselnya, dengan mata masih berat oleh kantuk, jarinya menggeser icon jawab tanpa benar-benar melihat siapa yang meneleponnya sebelum menempelkan ponsel itu ke telinganya.

"Iz, belum bangun kamu?" suara Bagas terdengar heran. "Jam berapa ini? kita ada meeting dua jam lagi."

Baru kesadaran Faiz terkoneksi saat mendengar ucapan sahabat sekaligus bos-nya itu. Matanya mengerjap-ngerjap terbuka. Lalu sadar bahwa Bagas melakukan panggilan video karena wajah sahabatnya itu kelihatan terkekeh, saat dia menjauhkan ponselnya untuk benar-benar memastikan siapa yang meneleponnya sepagi itu.

"Bisa meetingnya ditunda besok?" tanyanya hampir berbisik, seakan tidak ingin membangunkan Julian yang sedang tidur dalam dekapan lengan kanannya, walaupun tadi kekasihnya itu yang memintanya mengangkat panggilan telepon dari Bagas.   

"Aku tidak ingin mengganggu kesenanganmu, Iz." Bagas masih tersenyum lebar di sana. "Tapi kau tahu sendiri aku tidak bisa mengulur meeting. Don't be late. Salam buat Julian."

Tanpa menunggu bantahan apapun darinya Bagas menutup panggilannya itu.

Walaupun Bagas sahabat yang menyenangkan, tapi dia tidak pernah main-main untuk urusan kantor. Tidak pernah dia me-reschedule jadwal meeting selama mereka bekerja bersama-sama dalam kurun waktu lebih dari dua tahun ini.

Faiz menggumam setengah berdecak sambil menjatuhkan ponselnya sembarangan. Dekapan lengannya mengetat di punggung telanjang Julian. Membuat kekasihnya itu makin meringkuk ke dalam dadanya. Rasanya mereka baru tidur tiga jam yang lalu, dia sendiri masih enggan untuk bangun. Tapi titah Bagas jelas tidak bisa diabaikannya.  

"Pi..." panggilnya pelan sambil mengecupi surai wangi kekasihnya.

"Hmmm..."Julian merespon dengan gumaman lemah.

"Aku ada meeting sebentar lagi," Faiz memberitahu sekaligus meminta ijin dengan suara halus. "Aku nggak mau ninggalin kamu sendirian di sini tapi meetingnya juga nggak bisa diting..."

"Berangkat aja, Ay." sahut Julian tanpa bergerak sama sekali. 

"Terus, Pipi gimana?" Faiz kembali mengecupi surai wangi itu sambil berpikir. "Pipi mau pulang atau... Pipi di sini dulu aja ya? Nanti selesai meeting aku balik ke sini lagi."

"He ehm," Julian lagi-lagi menyahut tanpa bergerak dan membuka matanya.

"Paling lama aku meeting tiga jam. Nanti aku usahakan sebelum makan siang sudah ada di sini lagi. Jadi kita bisa makan siang bareng." 

Jari Faiz mengangkat dagu kecil Julian, ditundukkannya wajah untuk mengecup bibir merona kekasihnya yang sedikit membengkak. Ada perasaan bersalah yang menyelusup ke dalam hatinya saat melihat bibir merah itu. Dia berkali-kali menggigit dan menghisap dengan ganas bibir merona itu semalam karena gemas dan tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri setiap kali bibir itu mengeluarkan suara desahan dan erangan. 

"Bibir kamu bengkak, Sayang. Aku kompres ya?" ujung ibu jarinya mengelus permukaan kulit bibir yang membengkak itu.

"Ayang nanti terlambat ke kantor," Julian membuka kelopak matanya sedikit, lalu meraba bibirnya sendiri dengan ujung-ujung jarinya. 

Fallen Deeply In Love With YouWhere stories live. Discover now