"Kendalikan dirimu, Vian. Kita semua terluka." Arya merangkul Vian.
Riva mengambil tempat di sisi Vian yang satunya.
Vian menoleh pada Riva. "Maaf ...,"
"Permintaan maaf dikonfirmasi." Riva ikut mendekap Vian dan Arya.
Vian berusaha menyabarkan hatinya, menerima kenyataan bahwa Nadella telah pergi untuk selamanya. Dengan dibantu Arya dan Riva ia pun berdiri di sisi Nadella, meraih tangannya untuk terakhir kali dan mengumumkan waktu kematiannya dengan tersedan-sedan.
Vian menengadah menatap setiap sudut ruang ICU, pandangannya mulai menggelap. Dalam hati ia berjanji, Nadella Adannaya akan menjadi pasien pertama sekaligus terakhir yang ia umumkan waktu kematiannya.
⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️
Malam sudah larut, namun Riva masih belum mampu memejamkan mata. Pertanyaan Chelia tempo hari tentang Nadella masih membuatnya terbawa perasaan.
"Sudah hampir 6 tahun, ya, Del ...." Riva memandangi ribuan bintang yang bertaburan di langit. Angannya berkelana, jatuh pada suatu malam di masa lalu kala dirinya masih menjalani hari-hari sebagai mahasiswa.
Saat itu Nadella, Vian, dan dirinya sedang belajar bersama di rumah Arya. Mereka berempat duduk di balkon, Nadella sibuk dengan laporan praktikumnya, Vian berkutat dengan kamus kedokterannya yang super tebal, Arya yang selangkah lebih maju tengah menyusun skripsi, sedangkan Riva sedang mengerjakan kode-kode pemrograman untuk sebuah aplikasi baru.
Nadella mengamati ketiga sahabatnya, sambil tersenyum ia pun berkata, "Kalian tahu tidak bintang yang paling terang?"
Riva mengalihkan perhatian dari laptopnya. "Hmm ... bintang kejora?" jawabnya setengah bercanda.
"Kupandang langit penuh bintang bertaburan. Berkelap kelip seumpama intan berlian." Vian menyambung percakapan dengan menyanyikan lagu kanak-kanak Bintang Kejora.
"Tampak sebuah lebih terang cahayanya. Itulah bintangku bintang kejora yang indah selalu." Riva dan Nadella ikut bersenandung sampai dehaman Arya menyela.
"Bintang kejora itu sebenarnya bukan bintang, itu nama lain planet Venus!" Arya berujar serius. "Bintang yang paling terang adalah Alfa Canis Mayor, luminositasnya 25 kali dari matahari."
Riva mengerutkan dahi. "Alfa ... apa katanya tadi?" tanyanya pada Nadella dan Vian.
"Alfa Canis Mayor," ulang Arya.
"Canis Mayor? Anjing besar?" gurau Vian yang tetap ditanggapi Arya dengan serius.
"Ya, itu salah satu rasi bintang. Menggambarkan seekor anjing yang mengikuti Orion sang pemburu. Alfa Canis Mayor terletak di rasi itu. Magnitudonya sekitar -1,7. Nama lainnya bintang Sirius."
Riva, Nadella dan Arya saling berpandangan.
"Sirius?" Riva mengangkat tangan. "Oke, aku tidak paham. Yang aku tahu cuma Sirius Black," katanya lalu tertawa bersama Vian.
"Aku curiga ada mesin pencari google dalam kepalamu, Arya. Kamu selalu tahu semua hal!" lanjut Riva lagi memukul lengan Arya dengan geli.
"Benar. Arya terlalu jenius. Kata-katanya keluaran jurnal ilmiah semua!" tambah Vian.
Arya memasang wajah cemberut, "Aku tahu itu karena dulu ibuku selalu cerita!" kilahnya. Arya tidak suka bila dirinya disebut-sebut jenius. Meski kenyataan memang berkata demikian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prescriptio☕
Mystery / ThrillerMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
27. Climacter☕
Mulai dari awal
