-33-

4.2K 146 0
                                    

"Mbak... Mbak? "

"Eh... Iya sus? "

"Mbak gapapa, kok tiba-tiba nangis? "

"Gapapa" Gumamku nyaris tak terdengar sambil mengusap pipi yang entah sejak kapan terdapat air mata.

Semenjak tadi disuguhi pemandangan dengan adegan sok-sokan romantis entah kenapa hatiku terasa sakit ralat amat sakit, bagaimana tidak si wanita kurang bahan yang setauku adalah orang yang meneror ku belakangan ini justru terlihat sangat dekat dengan Marshall, yap dengan orang yang selalu dekat denganku, selalu ada disaat orang lain enggan mendekatiku, yang selalu bersikap posesif terhadapku dan itu terjadi tepat didepan mataku, didepan tubuh tak berdayaku.

Aku memang belum pernah sekalipun mengucapkan atau mungkin mengakui bahwa kita sudah resmi berpacaran, tapi melihatnya dekat dengan orang lain bahkan tidak menolak pada saat bersentuhan bahkan dicium oleh wanita lain justru membuat dadaku terasa sesak, bahkan aku sekarang tidak tahu ia ada dimana setelah ditarik oleh wanita tersebut padahal sebelumnya ia tidak akan pernah tega jika meninggalkanku sendirian bahkan jika terpaksa sekalipun ia masih sempat-sempatnya menasihati serta melarang ini itu dengan aturan posesif nya tersebut.

Tapi walaupun dan bagaimanapun aku haruslah bersadar diri, siapalah aku jika harus dibanding dengan Celine, Yap Celine, orang yang selama ini selalu meneror ku bahkan memberikan ancaman kepadaku pada saat di toilet tempo hari lalu. Aku harus mengakui bahwa Celine memiliki paras sempurna apalagi dipadukan dengan gayanya yang sangat anggun walaupun cara berpakaiannya bisa disebut sedikit terbuka namun karena pakaiannya itulah penyebab kulit mulus dan terawatnya terekspos yang semakin menambah Poin plus terhadap kecantikanya sehingga aku yakin pasti banyak lelaki diluar sana yang takluk akan pesonanya.

Sehingga tak sadar air mataku kembali terjatuh, cepat-cepat aku menghapus kasar air mataku menggunakan punggung tangan dan berusaha menggigit bibir bawahku untuk menahan tangis.

Aku tak tahu apa yang aku rasakan sekarang, kenapa rasanya sakit sekali? Padahal aku selalu acuh jika mendengar Marshall membangga-banggakan diriku sebagai pacarnya, aku selalu kesal pada Seli pada saat ia menangisi cowoknya karena menurutku hal tersebut hanya perbuatan sia-sia, tapi seolah karma menyelimuti diriku dan membalikkan semua yang pernah Seli lakukan berbalik kearahku. Tak lama aku merasakan seseorang mendekap tubuhku erat sehingga membawa ketenangan tersendiri bagiku.

"Jangan ditahan, mending dikeluarin aja semua, gue ada buat lo disini! "

Dan seketika itulah pertahanku runtuh, aku menangis menumpahkan semua sesak dan panas yang seakan menghimpit dan membakar hatiku tak peduli bahkan sampai membasahi hoodie abu-abu miliknya dan dengan sabar juga ia mengusap punggungku seakan memberikan kekuatan lewat sentuhannya dan benar saja perlakuannya membuatku nyaman, atau mungkin lebih tepatnya sangat nyaman bahkan seakan jiwa yang selama bertahun-tahun kosong kembali terisi penuh sehingga tak lama akupun terbuai dalam mimpi.

"Tolong sayang, jangan menangis! Kakak selalu ada disampingmu Fani! " Ucapnya kemudian mengecup kening Marsha lembut.

🍂🍂🍂

"Lepas gak! "

"GAK.. AKU GAK MAU PISAH SAMA KAMU LAGI!!"

"Aku bilang lepas Celine!"

"GAK AKAN MARSHALL!! "

Marshall lama-kelamaan merasa geram langsung menghempaskan tangannya sehingga otomatis pelukan Celine pada tangannya ikut terlepas.

"Iihh.... Marshall.... " Rajuk Celine dengan muka yang dibuat semenggemaskan mungkin dengan harapan agar Marshall luluh, namun yang ada Marshall bergidik jijik.

"Kenapa tiba-tiba kamu muncul? " Ucap Marshall dingin.

"Ih... Sayang kan aku udah janji bakalan nemuin kamu lagi setelah pulang dari London" Marshall masih bergeming sehingga Celine pun melanjutkan kalimatnya.

"Selain itu juga aku akan menagih janjimu dahulu! "

Sekelebat bayangan kembali muncul di benak Marshall.

Flashback

"Mah, pah... Jangan tinggalin Celine...! " Ucap Celine sembari menangis kencang dengan tangannya memeluk kedua orang tuanya.

Kedua orang tua Celine lantas terkekeh kemudian mengelus surai lembut Celine.

"Celine sayang, mamah,papah, sama tante Naura gak lama kok di luar negerinya, kan kamu juga disini gak sendirian kok, nanti untuk sementara
Kamu tinggal sama Marshall dan Om Harry ya! " Tunjuk Nisya kepada seorang ayah dan anak dibelakang Celine.

"Iya mah" Semua orang dewasa pun tersenyum menyaksikan obrolan ibu dan anak tersebut.

"Marshall kemari sayang! " Ucap Reyhan selaku ayah dari Celine.

"Marshall, Om mau kamu janji buat jagain Celine buat Om dan tante, bisa? "Ucapnya dengan kedua tangan menyentuh pundak mungil Marshall.

"Iya Om, aku bakalan jagain Celine kok! " Ucap Marshall sehingga membuat Reyhan tersenyum.

"Om pegang janji kamu! "

Kemudian giliran ibu Marshall yang berbicara "Marshall, awas aja ya kalo sampe mama dapet kabar kalo kamu sampe nangisin Celine! "

"Iya mah, aku gak akan buat Celine nangis kok! "

"Good boy, kamu nurut sama papa ya disini, setelah pekerjaan kita selesai, kita akan langsung pulang ke sini. Kamu juga ya Celine, baik-baik sama Marshall di sini, kalo Marshallnya nakal kamu langsung telfon tante aja, oke? "

"Oke tante! "

"Iya ma! "

"Har, kami titip Celine sebentar ya, maaf jika merepotkan! " Ucap Nisya pada Harry.

"Tak apa Nis, lagipula Marshall tidak akan sendiri jika ada Celine! "

"Baiklah kalau begitu kita bertiga pamit! "

Harry pun menggunakan kepalanya untuk melepaskan kepergian sang istri dan dua orang sahabatnya, berat memang harus berpisah dengan sang istri yang mana adalah seorang wanita karir, namun ia tak boleh egois karena ia juga masih memiliki tanggung jawab diperusahaannya di sini.

Mereka bertiga pun masih memandangi punggung mereka sampai menghilang di antara kerumunan orang di bandara. Dan yang mereka tidak tahu bahwa perpisahan tersebut adalah perpisahan untuk selamanya bagi mereka karena pesawat yang ditumpangi orang tua Celine dan ibu Marshall tersebut terjatuh di lautan luas sehingga jasadnya pun tidak bisa ditemukan.

Tentu saja mereka begitu kehilangan, dan Marshall pun ingat bahwa ia telah berjanji, walaupun masih kecil Marshall adalah anak yang cerdas  sehingga ia sadar bahwa sebagai laki-laki ia harus bisa mempertanggung jawabkan janjinya.

Dan beberapa bulan setelah kejadian tersebut Celine pun dijemput oleh pamannya yang tinggal di London untuk tinggal di sana, padahal ia juga berat untuk meninggalkan Marshall yang telah menjadi cinta pertamanya, yang bahkan sekarang menjadi obsesinya.

Walaupun kejadian tersebut sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, tapi tetap saja Marshall masih ingat sekali dengan janji itu, yap janjinya yang juga sebagai pesan terakhir orang tua Celine terhadap dirinya.

🍂🍂🍂

Twin Brothers For Cold Girls (Completed)Where stories live. Discover now