-31-

4.3K 169 0
                                    

Marshall POV

Kami sedang menunggu cemas di depan ruang IGD, detik seakan terasa sangat lamban sekali untuk bergerak. Aku mengedarkan seluruh pandanganku dan terlihatlah Seli yang sedang menangis dalam rengkuhan Ibu Dewi, lalu Om Alex yang sedang menunduk dalam, kemudian Tiger dan Hero yang duduk mengapit Marcell yang terlihat sangat terguncang, jangan tanyakan kalian tentang Marsha, ia sekarang sedang duduk sendirian di ujung kursi dengan pandangan lurus kedepan aku pikir hebat sekali dia seakan tidak merasakan apa-apa yang terjadi di sekitarnya, tapi walaupun begitu aku yakin bahwa sebenarnya ia juga pasti menghawatirkan sahabat kecilnya, yap, sahabat kecil kita.

Aku sudah mengenal Chely sejak masih bayi, mungkin lebih tepatnya semenjak ia pertama kali ditemukan. Yap, sebenarnya Chely bukanlah adik kandung Marcell, aku dan Marcell sendiri yang menemukannya 4 tahun yang lalu. Pada saat itu aku dan Marcell yang sedang berada di taman tak sengaja mendengar suara anak kecil menangis sehingga aku dan Marcell pun mencari sumber dari suara tangisan tersebut sehingga membawa kita pada sebuah kardus yang didalamnya ada seorang bayi cantik dan memang aku dan Marcell akui bahwa bayi tersebut sudah menarik hati ketika pertama kali melihatnya. Sehingga akupun berinisiatif untuk membawa bayi tersebut ke panti asuhan, namun hal tersebut justru ditolak mentah-mentah oleh Marcell bahkan ia malah berucap akan mengurus bayi tersebut, walaupun aku sangat ragu akan keputusanya karena pasti orang-orang tidak akan percaya begitu saja dengan ucapan anak kelas enam SD kan? Walaupun begitu aku tetap yakin bahwa Marcell akan menjadi kakak yang baik untuk anak tersebut dan beruntungnya seluruh keluarganya pun menerima Chely dengan tangan terbuka.

Sebenarnya pada saat itu aku juga ingin sekali mengadopsi anak tersebut mengingat aku hanyalah berstatus sebagai anak tunggal dirumah, namun harapan tinggalah harapan karena orang tuaku pasti sangat menolak anak tersebut apalagi semenjak saat itu aku malah pindah ke luar kota sehingga berpisah dengan Marcell.

Aku selalu berkirim kabar dengan Marcell bahwa Chely tumbuh dengan baik dan aktif, sampai pada saat aku kelas 2 SMP aku mendapat kabar bahwa Chely divonis mengidap penyakit kanker, kasihan sekali nasib gadis kecil tersebut hingga saat Marcell pindah ke kota inilah aku kembali bertemu dengannya, dan akupun tidak menampik bahwa dibalik tingkah konyol dan gila Marcell ia merupakan sosok yang bisa diandalkan terutama dalam menjaga orang yang disayanginya.

Lamunanku tiba-tiba buyar lantaran pintu ruang IGD tiba-tiba terbuka dan keluarlah dokter sehingga kami reflek berdiri menghampiri dokter tersebut, tidak semua memang karena Marsha terlihat seperti enggan beranjak dari tempat duduknya.

"Siapa keluarga pasien? " Tanya dokter tersebut.

"Saya ayahnya! " Ucap Om Alex.

"Baiklah kalau begitu, mari ikut ke ruangan saya! "

"Disini saja dok... " Ucap Marcell penuh penekanan.

"Tap... "

"Saya bilang di sini saja..."

"... Saya kakaknya" Lanjutnya dengan nada seperti menahan emosi.

Terlihat dokter tersebut menghela nafas pasrah sebelum menjawab.

"Jadi begini, benturan yang dialami oleh pasien cukup parah dan benturan tersebut tepat mengenai syaraf tulang belakang pasien sehingga pasien kemungkinan akan mengalami kelumpuhan...." Terlihat semua orang menahan nafas mendengar penuturan dokter, bahkan Seli semakin mengencangkan tangisannya, namun belum seberapa sebelum dokter tersebut melanjutkan ucapannya.

"Ditambah lagi kami menemukan sel-sel kanker di dalam tubuh pasien, sehingga kemungkinan ia bertahan hidup hanya dibawah presentase 30% tapi kita doakan saja karena ini hanya analisa medis yang belum tentu kebenarannya dan untuk kondisi pasien saat ini masih dalam kondisi kritis sehingga akan dirawat di ruang ICU"

"Apa boleh kita menemuinya dok? " Tanya Marcell dengan mata yang memerah menahan tangis dan emosi.

"Silahkan tapi, sebaiknya bergantian saja! "

"Terimakasih dok.. "

"Kalau gitu saya permisi" Ucap dokter tersebut dan pergi meninggalkan kami.

"Baiklah sekarang biar om dan Marcell dahulu yang melihat Chely, kemudian Marsha dan Marshall kemudian baru yang lain! " Ucap om Alex yang mendapat anggukan dari kami.

Akupun membalikan badanku untuk melihat Marsha dan terlihat ia masih mempertahankan posisinya namun dengan bersandar di kursi memejamkan mata, akupun langsung menghampiri Marsha dan membangunkannya dengan sedikit menepuk pelan bahunya, namun bukannya bangun ia malah menjatuhkan badannya ke dadaku dengan masih tetap memejamkan matanya dengan nafas dan detak jantung yang tidak teratur.

"Hei... Marsha bangun ayo kita jenguk Chely di dal.... " Ucapanku otomatis terhenti karena merasakan dadaku basah, bukan karena air melainkan noda merah lengket yang artinya,

"MARSHA BANGUN...!! "

🍂🍂🍂

Twin Brothers For Cold Girls (Completed)Where stories live. Discover now