-13-

8K 324 0
                                    

Tidak biasanya pada hari libur aku keluar panti, namun pada hari ini aku sedang berdiri di depan sekolah untuk menunggu bu Nisa menjemputku bersama Marshall untuk mengikuti perlombaan sains. Tak lama datanglah sebuah mobil dan turunlah orang yang dari tadi ditunggu.

"Marshall, Marsha.. Bagaimana kalian sudah siap? " Tanya bu Nisa

"Sudah bu.. " Jawab Marshall

"Yasudah kalian masuk saja duluan, ibu akan menunggu seseorang dahulu! " Ucap bu nisa sambil menelfon seseorang.

"Iya bu" Ucap Marshall lagi dan anggukan kepalaku.

Ketika didalam mobil aku melihat Marshall yang sedang melamun dan sesekali tersenyum sendiri 'dasar stress! ' batinku, kemudian pintu disebelahku terbuka dan masuklah seseorang yang sedang terengah-engah dengan keringat bercucuran dari keningnya.

"Heh.. Kamu ngapain disini, main masuk aja mana duduk di sebelah Marsha lagi! " Ucap Marshall kesal

"Lah kok jadi lo yang sewot emang urusannya sama lo apaan? " Ucapnya tak kalah kesal

Dan tak lama itu masuklah ibu nisa di bangku samping kemudi.

"Sudah, sudah... Kok malah jadinya ribut sih, gimana tim kalian bisa kompak kalo kalian berdua ribut terus? " Kata ibu nisa yang membuat kami bengong sesaat.

"Loh bukanya saya satu timnya cuma sama Marsha ya bu kok dia bisa ikutan? " Tanya Marshall sambil menunjuk Marcell dengan tangan kirinya.

"Jadi saya satu tim sama orang ini bu? " Tanya Marcell dan kembali menunjuk Marshall dengan tangan kanannya. Sedangkan aku yang hanya ditengah-tengah mereka diam dan cuek seakan tidak terjadi apa-apa.

"Iya Marshall... Marcell... Kalian berdua memang satu tim dan ini sudah menjadi keputusan ibu untuk menjadikan kalian menjadi satu tim jadi terima saja apa kata ibu, Marsha saja diam dan menerima keputusan ibu masa kalian tidak sih? " Ucap bu Nisa panjang lebar kepada dua manusia di sampingku.

"Lah.. Dia mah emang gunung es kali bu! " Gumam Marcell pelan namun masih bisa terdengar olehku dan Marshall. Dan otomatis langsung mendapat jitakan dari Marshall.

"Brisik kamu! " Ucap Marshall disertai jitakan dan mata yang melotot kearah Marcell.

"Kok gue malah dijitak sih?, emangnya lo siap.... "

"Marshall... Marcell... Jika kalian tidak mau diam ibu akan cari PENGGANTI kalian saat ini juga! " Potong bu nisa sambil menekan kata 'pengganti'.

"Maaf bu! " Ucap Marshall dan Marcell berbarengan namun masih melayangkan tatapan tajam satu sama lain. Dan aku hanya menghela nafas kasar dan berfikir bahwa perjalanan kali ini akan terasa panjang.

🍂🍂🍂

Huft... Akhirnya setelah perjalanan yang sangat panjang dan membosankan akhirnya kami sampai di hotel untuk kami menginap.

"Kalian bertiga sebaiknya langsung istirahat, jika ada apa-apa langsung beritahu ibu" Ucap ibu nisa dan kami langsung memasuki kamar masing-masing, Marshall dengan Marcell sedangkan aku sendiri.

Setelah makan malam, ibu nisa menyuruh kami bertiga untuk kembali belajar bersama  dan kamipun memutuskan untuk belajar di kamar Marshall dan Marcell.

"Cell, mending kamu beli cemilan gih, bosen amat belajar gak ada makan! " Ucap Marshall kepada Marcell yang masih asik dengan buku Fisikanya.

"Lo aja sono gak liat apa gue lagi ngapain? "

"Elah.. Buruan lama amat, percuma aja kamu belajar, orang otak kamu kapasitas nya udah segitu aja! "

Melihat aura adanya perdebatan yang akan muncul, buru-buru aku berdiri dan berniat membeli cemilan.

"Sama aku aja" Ucapku namun kedua tanganku langsung tertarik dan otomatis membuat aku duduk kembali.

"Jangan"

"Jangan" Ucap mereka berbarengan.

"Yaudah biar aku aja, kamu diem aja di sini! " Ucap Marshall sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Nah gitu dong, kan enak jadinya" Ucap Marcell langsung dipelototi Marshall.

Setelah Marshall keluar dari kamar hotel, kami berdua sibuk dengan buku masing-masing kemudian aku mendengar Marcell mulai menguap dan tanpa persetujuanku langsung menaruh kepalanya di atas pangkuanku serta langsung tertidur tidak peduli dengan buku yang berserakan.

Aku yang kaget dan ingin mencoba mendorong kepalanya tiba-tiba tertahan karena Marcell yang menahan pergerakan tanganku.

"Biar kaya gini aja! " Ucapnya tanpa membuka mata.

Entah kenapa pandanganku seakan terkunci melihat wajah Marcell, kulit yang putih tanpa noda sedikitpun, hidung mancung, dan bibir yang tipis. Dan aku merasa sangat nyaman berada di dekatnya sehingga tanpa sadar aku mengelus rambut hitamnya. Tapi hey... Sepertinya aku merasa familiar dengan wajah yang seperti ini, tapi entah dimana aku lupa. Tiba-tiba pintu kamar hotel terbuka dan,

"Aku lupa kalo dompet aku ket.... ASTAGFIRULLAHALADZIM PEMANDANGAN APA INI" Teriak Marshall di ambang pintu dan otomatis aku mendorong kepala Marcell sehingga kepalanya terbentur lantai.

"WOY BERISIK TERIAK-TERIAK MULU LO" teriak Marcell sambil mengelus kepalanya yang terbentur.

"APAAN SIH ORANG KAMU JUGA TERIAK-TERIAK" Balas Marshall yang masih berteriak. Kemudian aku langsung mengambil buku ku dan kabur ke kamar tanpa mengucapkan sepatah katapun sebelum ada security datang untuk menyeret mereka berdua.

🍂🍂🍂

Jangan lupa vote dan commentnya😘😘

Follow my instagram: @desytajulianti

Twin Brothers For Cold Girls (Completed)Where stories live. Discover now