18

2K 424 41
                                    


"Srestha?"

"Iya, Pa." Srestha menjawab panggilan dari Papa Kai tanpa menoleh, matanya fokus menatap layar televisi dan tangannya memegang stick game.

"Sini sebentar, kak." Papa Kai kembali bersuara dari sofanya, masih berada satu ruangan dengan Srestha, bedanya Papa Kai duduk di sofa sedangkan Srestha duduk di lantai karena sedang main game.

"Bentar, Pa. Ini gamenya nanggung."

"Sebentar kak, ini chat Papa kenapa hilang?"

"Dicari dulu, Pa. Belum dicari kok udah bilang hilang." Srestha berkata menirukan ucapan Mamanya, persis kalau dirinya dan adik-adiknya atau bahkan Papanya kehilangan sesuatu Mama pasti akan berkata demikian.

"Kak, Papa serius ini. Chat Papa ke mana kok hilang?" Papa Kai menoleh menatap Srestha, tangannya sedang memegang hape dengan wajah bingung.

Srestha menghela napasnya saat mendengar panggilan Papanya lagi, ia lalu meletakkan stick gamenya kemudian menghampiri Papa. "Apa sih, Pa?"

"Ini chat whatsapp Papa kenapa nggak ada?" Papa Kai menunjukkan whatsapp-nya pada Srestha.

"Chat apa?" Alis Srestha berkerut, chat Papanya yang hilang kenapa tanya sama dirinya?

"Chat dari Pak Arif, hilang gitu aja. Padahal tadi Papa masih chattingan, ke mana ini kak?"

"Papa hapus kali?" Srestha menatap ragu ke layar hape Papanya, bisa aja kepencet delete.

"Enggak, malah belum Papa balas udah nggak ada.."

"Masa sih?" Srestha meminta hape Papanya untuk mencari chat yang hilang tersebut. Ia scroll whatsapp Papanya kemudian kembali menghela napasnya. Ia menunjukkan hape Papanya. "Ini loh, Pa."

"Lho, kok itu ada? Tadi nggak ada Papa cari?" Papa Kai menajamkan penglihatannya ke layar, tadi chat itu nggak ada padahal.

"Ya nggak ada orang Papa kepencet archive." Srestha menggelengkan kepalanya karena tadi sepertinya Papa kepencet archive jadi chatnya ilang dari atas.

"Oh gitu?"

"Iya."

Papa Kai menerima hapenya kembali dan mengacungkan jempolnya pada Srestha. "Ya udah makasih, kak. Pinter ya kamu."

"Itu hape bagus-bagus mending buat Ta aja, daripada Papa nggak ngerti makenya." Kata Srestha usil sambil mengerling Papanya.

"Kamu mau hape kayak gini?" Papa Kai menggoyangkan hape yang ada di tangannya. Srestha yang mendengar tawaran Papanya langsung berubah raut wajahnya, jadi semangat.

"Iya. Boleh Pa?"

"Nabung sendiri ya. Hahaha." Papa Kai tergelak melihat wajah Srestha yang tadinya semangat berubah jadi kesal.

"Ish, Papa tuh!!"

"Apasih, kok ribut-ribut aja?" Mama Krystal bersama Dhatu dan Jendra menghampiri Papa Kai dan Srestha yang keliatan lagi serius ngobrol.

"Biasa, Ma. Papa gaptek." Kata Srestha sambil kembali menuju ke depan TV untuk melanjutkan bermain game.

"Hahaha, kenapa lagi?"

"Itu chat whatsapp ke-archive udah panik Ma."

"Ya Papa nggak ada waktu buat tau tentang hape gini, kamu anak Papa ya bagus kalau lebih pinter dari Papa." Papa Kai membela dirinya, karena emang nggak ada waktu buat ngulik-ngulik hape. Nggak seperti anak muda yang rasa penasarannya masih tinggi.

"Ma, kalau kata Ta sih Papa hapenya yang biasa aja, sayang hapenya bagus kalau gaptek. Mending buat Ta aja, hehehe." Kali ini Srestha menatap Mamanya, berharap Mamanya akan mendukungnya.

SynesthesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang