14

2.2K 444 56
                                    


"Kakak, ayo bangun. Udah subuh nih."

"Dingin banget, Pa." Srestha menarik selimutnya semakin naik, berebutan dengan Jendra. Mengabaikan panggilan dari papanya.

Srestha yang terbiasa dengan udara Jakarta yang panas membuatnya merasa sangat kedinginan terhadap udara di Wonosobo. Rasanya tidak ingin beranjak dari kasur kalau seperti ini dinginnya.

"Kan ada air hangat. Ayo subuh dulu, kak. Ujin juga ayo." Kata Papa Kai berusaha membangunkan Srestha dan Jendra lagi.

Dengan malas-malasan Srestha dan Jendra bangun dari tidurnya. Mereka berdua keluar kamar dan berwudhu kemudian menunaikan subuhnya.

Setelah selesai salat subuh mereka berdua keluar kamar lagi dan mendapati Mamanya sudah ada di ruang makan rumah yang mereka sewa tersebut.

"Ini minum yang anget dulu. Udah Mama bikinin susu." Kata Mama Krystal menunjuk gelas berisi susu coklat untuk Srestha dan Jendra.

"Makasih, Ma. Dingin banget Ujin sampe rebutan selimut sama kakak Ta. Kakak Ta tuh narik-narik selimut Ujin tau." Kata Jendra menegur kakaknya yang selama tidur semalam berusaha merebut selimutnya.

"Hehehe, kakak Ta kan juga kedinginan." Srestha meringis sambil menyesap susu coklatnya. "Dedek di mana, Ma?"

"Lagi mandi."

"Wah, keren." Srestha mengangguk-angguk mengetahui Dhatu udah mandi padahal baru jam setengah enam pagi.

"Dingin nggak, kakak Dhatu?" Tanya Jendra saat melihat Dhatu keluar dari kamar mandi.

"Iya, tapi kan ada air anget. Nggak dingin kok Ujin." Dhatu menjelaskan pada Jendra, tapi Jendra malah mengeratkan jaketnya.

Dingin banget.

"Ta nggak mandi aja apa ya?" Srestha yang saat keluar kamar tadi berbalut selimut tebal berkata sambil menggigil. "Tadi wudhu aja dingin banget padahal udah pake air anget."

"Mandi ih, kak. Jorok banget."

*

Jam delapan pagi setelah semuanya mandi dan sarapan, mobil Pak Soleh datang untuk menjemput mereka sekeluarga. Mereka berangkat dari homestay di Wonosobo menuju ke Dieng untuk berwisata di sana.

"Sudah pernah ke Dieng, Pak?" Tanya Pak Soleh sambil melajukan mobilnya menyusuri jalanan yang berkelok-kelok.

"Saya dulu pernah pas SMA. Udah lama banget, anak saya aja udah SMA sekarang." Kata Kai sambil menunjuk Srestha yang duduk di bangku tengah. "Kalau Mamanya sama anak-anak belum pernah."

"Oh begitu. Selamat menikmati Dieng ya Pak, Bu, Mas dan Mbak. Di sini udaranya masih segar." Kata Pak Soleh lagi sambil menunjuk ke jalanan luar di mana terbentang pepohonan hijau dan juga perkebunan baik dari kentang, tomat maupun kubis.

"Dingin banget loh, Om." Komen Srestha ke Pak Soleh. "Aku udah pake selimut double masih kedinginan aja semalem."

"Iya, memang masih asri sekali di sini."

Sekitar 45 menit perjalanan dari Wonosobo menuju ke Dieng, akhirnya mobil Pak Soleh berhenti di kawasan Telaga Warna. Objek wisata pertama yang akan mereka kunjungi.

Setelah membeli tiket mereka sekeluarga masuk untuk berjalan-jalan di area Telaga Warna.

"Papa, kenapa namanya Telaga Warna?" Tanya Dhatu menoleh pada Papanya.

"Soalnya telaganya memantulkan beberapa warna."

"Kok bisa?"

"Iya, ada kandungan belerang di dalam telaganya, dek. Jadi kandungan belerang itu memantulkan warna kehijauan, terus ada ganggang merah juga di dasar telaga yang memantulkan warna kemerahan, terus lema gradasi dari sinar matahari juga makanya kadang warnanya berubah-ubah." Kata Papa Kai menjelaskan kenapa tempat tersebut diberi nama Telaga Warna.

SynesthesiaWhere stories live. Discover now