04

2.8K 538 173
                                    


"Jendra, udah siap belum dek?"

"Iya sebentar, Ma." Jendra keluar dari kamarnya mengenakan seragam merah putih yang masih baru, dengan dasi merah yang melingkar di lehernya serta topi yang masih ia bawa.

"Keren sekali anak Mama." Kata Krystal memuji Jendra, Jendra tersenyum kemudian menuruni tangga untuk ke ruang makan. Setelahnya Krystal menuju ke kamar Srestha, ia memasuki pintu kamar Srestha yang terbuka dan ia melihat anaknya itu sedang memakai dasi berwarna biru tua.

"Kakak, ayo kalo udah sarapan dulu."

"Iya Ma." Srestha segera merapikan dasinya kemudian mengikuti Mama dan Jendra turun ke bawah.

"Wah, seragamnya baru semua nih anak Papa." Komentar Kai melihat Srestha yang mengenakan seragam SMP yang masih baru dan Jendra yang mengenakan seragam SD yang masih baru pula.

Mereka semua sudah duduk di meja makan, menunggu Mama selesai menyiapkan sarapan dengan dibantu oleh Dhatu.

"Srestha udah disiapin kemarin disuruh bawa apa?" Papa bertanya dan memeriksa barang bawaan Srestha untuk kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah di hari pertamanya masuk sekolah.

"Iya, kemarin disuruh pake tas dari barang bekas terus Ta bikin dibantuin sama Mama. Keren deh plastik-plastik bekas gini bisa dibikin tas loh Pa, sama Mama." Srestha menunjukkan hasil karyanya membuat tas dari plastik bekas yang lebih banyak dibantu Mamanya.

"Bagus kak, pinter emang Mama kamu tuh." Kata Kai tepat saat Krystal meletakkan teh hangat di depannya. "Makasih Mama."

"Sama-sama Pa."

"Nanti kalau udah selesai PLS mau dipajang gitu Pa, katanya buat pameran pemanfaatan barang-barang bekas." Srestha melapor tugas yang diberikan oleh sekolah barunya saat daftar ulang tempo hari.

"Wah, bagus dong idenya. Bisa jadi ide kreatif untuk memanfaatkan barang-barang bekas juga." Kai menanggapi kalimat Srestha barusan membuat Srestha mengangguk-angguk.

"Ini nama apa kaka Ta?" Tanya Jendra sambil mengambil papan nama yang menarik perhatiannya.

"Itu nama panggilan kakak Ta nanti." Srestha menjelaskan kepada Jendra karena Jendra tertarik dengan papan namanya.

"Kaka Ta namanya Di-po-ne-go-ro?" Tanya Jendra lagi sambil mengeja untuk membaca papan nama milik Srestha.

"Itu nama pahlawan, dek." Dhatu menjawab kebingungan Jendra. Ia selesai membantu Mamanya menyiapkan sarapan dan sekarang ikut duduk di sebelah Jendra.

"100 buat Dhatu." Srestha mengacungkan jempolnya pada Dhatu.

"Kok bukan nama kaka Ta?" Tanya Jendra lagi belum memahami kenapa Srestha menulis nama lain di papannya bukan namanya sendiri.

"Jadi kaka Ta disuruh bikin nama pake nama-nama pahlawan, nanti selama PLS kaka Ta dipanggilnya Diponegoro. Katanya biar lebih mengenal pahlawan lagi gitu deh." Srestha menjelaskan lagi pada Jendra yang manggut-manggut, entah paham atau tidak.

"Betul sekali, untuk mengingatkan anak-anak muda pada pahlawan di negara kita sendiri. Papa suka dengan konsep PLS sekolah kamu, kak. Lebih banyak diisi dengan kegiatan bermanfaat kayak gini."

"Iya. Kata Adit juga nggak ada yang aneh-aneh gitu kok Pa." Srestha menjelaskan lagi karena Adit sudah lebih dulu bersekolah di sana dan ia sudah banyak mendengar tentang sekolahnya.

"Iya, bagus kalau begitu."

"Tapi Pa, curang deh. Masa Ta nggak boleh pake nama Spiderman. Padahal kan Spiderman pahlawan juga?"

"Spiderman bukan pahlawan nasional, kakak." Mama ikut berkomentar karena protes dari Srestha itu sudah didengarnya sejak ia membantunya membuat tas dan papan nama.

SynesthesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang