05

2.4K 502 155
                                    


"Ta, kita kayaknya harus berubah, deh."

Adit berkata tiba-tiba, di saat mereka berdua sedang menunggu jemputan dari supir Adit. Mendengar kata-kata Adit, Srestha lalu menoleh dan mendapati Adit sedang menatap ke arah langit. Srestha pun mengikuti arah pandangan Adit.

"Berubah jadi apa?"

"Kita kan udah SMP ya, aku udah kelas delapan kamu kelas tujuh, kita udah gede. Jangan manggil pake aku-kamu lagi lah." Kata Adit lagi yang kali ini ia menoleh pada Srestha dan berkata dengan semangat.

"Kenapa emang?" Srestha lalu menoleh karena heran dengan perkataan Adit.

"Ya aneh aja, aku sama temen-temen udah pake lo gue. Kayaknya tuh aku-kamu terlalu kayak anak-anak. Kan kita udah gede Ta."

"Ya udah nggak papa deh, anak kelasku aja ada yang ngomongnya pake lo-gue." Srestha mengangguk karena mengingat beberapa temannya juga menggunakan lo-gue ketika memanggil satu sama lain.

"Jadi mulai sekarang panggilnya lo gue ya."

"Oke." Srestha membentuk kata oke dengan jarinya, mereka berdua kembali menatap langit, nggak tau memikirkan apa.

"Dit, masih lama nggak jemputnya?" Srestha bertanya lagi karena supir Adit belum juga datang.

"Masih kayaknya, kenapa?" Adit melihat jam tangannya, supirnya tadi bilang mau nganterin kakaknya dulu makanya ia perkirakan datangnya masih lumayan lama.

"Laper, ke kantin yuk."

"Ayo deh."

Srestha dan Adit meninggalkan bangku di depan sekolah untuk menuju ke kantin sekolah mereka. Setelah memesan mereka berdua duduk sambil memperhatikan kakak kelas sembilan yang sudah memulai jam tambahan untuk persiapan Ujian Nasional.

"Eh Ta, anak kelas tujuh A ada yang cantik kan?"

"Siapa?" Srestha terlihat berpikir siapa temen sekelasnya yang cantik.

"Sandra."

"Oh si Sandra, naksir?" Srestha mengangkat satu alisnya dan hanya dibalas cengiran oleh Adit.

"Kenalin dong, Ta."

"Besok aja ke kelas. Nanti gue kenalin." Dengan sok taunya Srestha mulai menggunakan kata ganti 'gue', dan ternyata langsung dibalas juga oleh Adit.

"Wah mantap, ntar gue ke kelas lo ya?"

"Siap." Srestha tertawa sambil mengacungkan jempolnya.

"Keren juga ya kita pake gue-lo." Adit tertawa karena merasa dirinya dan Srestha layaknya anak yang udah besar karena memanggil satu sama lain dengan lo-gue.

"Iya. Kayak anak gede ya kita." Balas Srestha. Ia kemudian teringat sesuatu yang akan ia ceritakan pada Adit. "Eh Dit, inget Farel nggak? Yang sekarang kelas enam?"

"Iya, kenapa?"

"Masa pas awal masuk itu ngasih Dhatu gantungan kunci, katanya oleh-oleh." Srestha menceritakan kejadian saat awal masuk sekolah dulu di mana Dhatu diberi oleh-oleh gantungan kunci sama kakak kelasnya.

"Beneran?" Adit mendongak dari piringnya dan dibalas anggukan oleh Srestha. "Wah, suka itu si Farel sama Dhatu kayaknya."

"Iya kan? Pasti suka deh si Farel, cupu banget pas kita udah nggak di SD baru berani deketin Dhatu." Merasa mendapat dukungan dari Adit, Srestha semakin semangat.

"Dhatunya suka nggak?"

"Nggak tau, tapi Dhatu kan gitu aja. Dia kayaknya nggak suka-sukaan. Kan nggak boleh sama Papa." Srestha mengangkat kedua bahunya, karena Dhatu ya gitu aja kayaknya nggak suka-sukaan sama cowok.

SynesthesiaWhere stories live. Discover now