Tanpa Riva sadari, setitik air matanya jatuh menetes menghujam lantai. Melihat Chelia tumbuh layaknya remaja normal merupakan sebuah kemajuan besar. Beberapa tahun yang lalu, trauma dan perasaan bersalah membuat adiknya itu harus menjalani perawatan intensif di ruang isolasi rumah sakit khusus. Chelia menjadi anak pemurung yang takut bersosialisasi dengan orang lain. Bahkan tidak jarang pada Riva sendiri.
"Kak Riva!" Chelia menengokkan kepalanya dan lekas turun dari tempat tidur, menyambut Riva yang membentangkan tangannya.
"Kak Riva ada masalah, ya?"
Riva menggeleng lalu mengusap kepala Chelia. "Tidak ada, Sayang."
"Kak Riva jangan bohong!"
Riva berusaha tersenyum. "Hanya cacat program. Ada banyak bug."
Meski Riva terlihat enteng, Chelia bisa merasakan beban dalam nada bicara kakaknya. Dalam dunia medis dikenal pula istilah superbug, bakteri kuat yang kebal terhadap antibiotik. Meski dalam konteks berbeda, Chelia bisa menganalogikan kesetaraan dampak keduanya.
"Debugging bukannya tugas programmer?" Chelia menatap Riva lekat-lekat. Status Riva sekarang adalah sebagai wakil direktur, bukan lagi kepala divisi yang berperan menjalankan tugas-tugas operasional.
Riva menghela napas. Itu dia masalah utama yang membuat pikirannya tidak tenang sedari tadi. "Programmer sekarang lamban bekerja. Tuntutan konsumen semakin banyak."
"Lalu Kak Riva yang mengambil alih, begitu?"
"Mau bagaimana lagi. Mereka masih belum berpengalaman."
Chelia mengerutkan bibir. Ia sangat mengerti bagaimana Riva yang sangat perfeksionis sulit mempercayakan sesuatu pada orang lain, namun sikap tersebut bisa memberatkan dirinya sendiri dan membuat orang lain justru makin terbelakang.
"Bagaimana mau berpengalaman kalau Kak Riva tidak memberi mereka kesempatan? Kak Riva tahu kerajaan paling kuat di Nusantara dulu?"
Riva menggaruk tengkuknya, tidak mengerti. Di antara topik cacat program, bug, hingga programmer, Chelia malah mengangkat masalah kerajaan Nusantara.
"Majapahit?" terka Riva, berusaha sebisa mungkin mengingat kembali materi sejarah yang sudah tertimbun bertahun-tahun dalam ingatannya.
Chelia mengangguk. "Kakak tahu kenapa kerajaan semegah itu bisa runtuh?"
Riva terdiam, mulai mengerti arah pembicaraan.
"Itu karena kurangnya kaderisasi, Kak. Patih Gajah Mada mungkin tangguh, tapi tidak menurunkan itu pada generasi penerus kerajaan. Apa Kak Riva mau perusahaan Kakak berakhir seperti kerajaan Majapahit?"
Riva merangkul Chelia. "Oke, Kak Riva mengaku salah. Jadi, Nona penasehat kerajaan ini ada saran?"
Chelia terkekeh dan balas melingkarkan tangannya pada tubuh Riva. "Kak Riva biarkan mereka bekerja dan sering-sering mengevaluasi."
"Saran diterima. Terima kasih, adik kesayangan Kak Riva." Riva mengecup puncak kepala Chelia.
Chelia mendekap Riva makin erat. Baginya Riva tidak hanya seorang kakak, melai
nkan juga seorang teman sekaligus walinya.
"Ah! Aku hampir lupa!" Chelia mengurai pelukannya dan mengeluarkan beberapa berkas dari dalam map plastik.
"Kak Riva tolong tanda tangan di sini, untuk data mahasiswa."
Riva membubuhkan cap tangannya dengan segera, ia melirik Chelia yang tersenyum memandangi berkas-berkasnya.
"Kenapa, Kak?"
YOU ARE READING
Prescriptio☕
Mystery / ThrillerMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
25. Devincio ☕
Start from the beginning
