Jika diberi kesempatan Kirika akan melatih bela diri bersama Leon atau Gilbert Brown.

Gilbert Brown merupakan salah satu mantan Letnan Tentara Inggris yang pensiun dini karena menurunnya kesehatan. Diharuskan untuk melakukan perawatan intensif di Jepang, segera ia memilih untuk menetap dan bahkan berpindah kewarganegaraan. Mendengar kepulihannya, Gilbert direkrut oleh Hardy saat itu juga, dijadikan sebagai salah satu komandan untuk divisi kemiliteran.

Di sinilah ia sekarang. Bersama dengan anak dari sahabatnya tepat di atas arena gelanggang. Sementara Leon di bawah, tengah memantau. Saat ini, Kirika tengah dilatih kepekaannya terhadap pandangan gelap. Merupakan sebuah alasan mengapa kedua maniknya ditutup oleh penutup mata.

Gilbert akan memberikan sejumlah pukulan atau tendangan. Kirika diperboleh menghindar dan menangkis, mengikuti intuisi dan berfokus kepada angin dari lambungan serangan. Tidak sekali atau dua kali ia menerima pukulan karena gagal mengelak.

"Fokus, Nona Alford!" tegas Leon.

Ini kali ketiga Leon memperingatkan. Rasa dongkol membuncah di dalam dada Kirika membuat fokusnya hampir hilang.

Saat Gilbert melambungkan serangan samping, Kirika menangkisnya. Bersamaan, cepat-cepat ia menyerang dagu Gilbert yang berhasil ditangkis. Mengetahui keberadaan Gilbert mengundang Kirika untuk melangkah maju, memberikan serangan lanjutan. Pukulan dan tendangan dari segala arah secara bergantian.

Yang menerima serangan juga ikut memberikan serangan selain menangkis. Sedikit kewalahan, dia segera mengitari Kirika, berhenti di belakang lalu menghentak punggung wanita itu pelan. Segera Kirika mengayun lengan ke arah Gilbert bersamaan ketika ia berbalik.

Pukulan Kirika barusan sukses melaungkan suara benturan yang keras. Leon yang menyadari Gilbert sedikit bergeser saat menahan serangannya mengerjap.

Sementara Gilbert menahan napas, degup jantungnya memburu di kala memandang Kirika yang masih diam bersama tinju yang menempel di telapak tangannya.

"Kupikir sudah cukup berlatih dengan Komandan Gilbert," ujar Leon membuyarkan tekanan di antara keduanya.

Lekaslah Kirika menurunkan pukulan dan melepas penutup mata. Maniknya sempat menyipit menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam mata, lengkap dengan pandangan berbayang. Sementara ia dapat Gilbert yang tengah melepas sarung tangannya.

"Terima kasih atas kerja samanya, Komandan," ucap Kirika sebelum Gilbert turun dari gelanggang.

Giliran Leon yang akan melatihnya. Tanpa berkata apa-apa, Letnan Jenderal itu sudah berlalu lebih dulu bermaksud mengundang Kirika untuk mengekorinya.

Malam sudah menampakkan diri. Beberapa bintang sudi berhias, tetapi tak satu pun penduduk markas membuang waktu untuk menikmati keindahan kecilnya.

Kirika mengekori Leon, menyusuri lorong sempit yang sepi. Beberapa kompi sudah diizinkan untuk beristirahat seusai membersihkan tubuh. Yang masih berlatih samar-samar menghantarkan suara sahutan atau komando yang disampaikan, berikut dengan derap langkah.

Sampailah mereka di lapangan kosong dengan beberapa alat latihan seperti boneka kayu dan papan sasaran. Terdapat pepohonan di sekitarnya, seolah berdiri tegak sebagai pembatas. Tak mudah menerawang di antara mereka, utuh hanya didapat kegelapan. Sementara lapangan diterangi oleh lampu yang berpijar redup.

"Kita berlatih di sini," cetus Leon sembari membalik badan menghadap Kirika. "Meningkat fokusmu melawan musuh yang mengepung."

Kirika mengerjap. Dipilihnya diam, membiarkan Leon menjelaskan.

"Sejatinya, aku hanya ingin melihat seberapa jauh kemampuanmu dalam hal ini." Leon mengaku. "Aku agak sedikit tertarik setelah mendengarkan ceritamu mengenai penyerangan dari Oohara."

Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]Where stories live. Discover now