Chelia hanya bisa mengangguk patuh saat Rama menunduk dan menempelkan telunjuk di bibirnya.
"Jadi, Gio? Apa alasanmu?" Rama kembali angkat bicara.
Gio baru akan menjelaskan semuanya ketika ponsel di sakunya bergetar lagi.
"Sebentar." Gio membuka ponselnya dan membaca pesan yang tertera di sana. Pesan dari admin utama Notix untuk berkumpul. Cito! katanya. Jargon medis yang berarti harus dilakukan segera.
"Jangan-jangan kamu suka sama Erva, ya?" Edward mulai berspekulasi.
Fokus Gio sudah tidak berada di sana lagi. Ia buru-buru membereskan barang-barangnya lalu menyampirkan tas di pundak. "Kalian bilang apa tadi? Ah, terserahlah. Anggap saja begitu. Maaf, aku duluan. Ada urusan penting!"
Gio kemudian berlalu, meninggalkan Rama, Edward, dan Chelia dengan kalimat ambigu.
Chelia masih mencoba mencerna kata-kata Gio saat sudut matanya menangkap Naya yang mengintip di balik tembok. Chelia bersegera menghampiri, namun Naya lebih dulu membalikkan badan dan mengambil langkah.
"Si batu Giok itu main pergi saja!" rutuk Rama yang mengekor di belakang Chelia dan Naya. "Padahal aku mau tanya tentang kue yang kemarin dia beri ke Erva."
"Kenapa? Kamu masih curiga? Rean kan sudah analisis di laboratorium tadi. Aman, kok!" tukas Edward.
"Bukan begitu!"
"Lalu?"
"Chelia suka kue rasa itu. Mau kubelikan juga."
Edward terdiam beberapa saat kemudian mencegat Rama dengan menahan bahunya. "Rama, aku ingin bicara serius!"
Rama menggeliat. "Apa sih, Eddy! Jangan buat aku geli! Aku ini masih normal!"
Edward langsung melepaskan tangannya dengan kesal dan jijik. "Pikiranmu ini selalu saja menyimpang!"
Rama tertawa ringan. "Kamu ingin bicara apa?"
"Tentang Chelly." Edward berdeham sebentar. "Apa kamu menyukai Chelly?"
"Jelas! Siapa yang tidak suka Chelly," jawab Rama tanpa ragu.
"Bukan! Bukan suka yang seperti itu! Bagimu, Chelly itu sekedar teman atau lebih?"
"Teman."
Edward menghembuskan napas lega. Keresahaan sejak kemarin mulai mereda selama beberapa detik sampai Rama melanjutkan kalimatnya.
"Teman hidup."
"Rama, aku serius!"
"Aku juga serius! Chelly itu teman yang akan menjadi teman hidupku nanti," tutur Rama dengan bangga dan percaya diri. "Kenapa? Jangan bilang kamu juga suka pada Chelly?! Jangan serakah Eddy!"
Edward menggeleng. "Nggak! Aku nggak ada niat sama sekali. Aku hanya ingin ... tahu saja."
Rama memicingkan matanya. "Aku ini shipper nomor satu untuk kamu dan Cassy. Awas saja kalau kamu menikung!"
"Nggak, lah! Tenang saja!" Edward tertawa hambar, memandangi punggung Rama yang berlari mengejar Chelia kemudian merebut tas jinjing berisi buku yang dibawanya.
"Jangan bawa berat-berat, Chelly. Tidak baik untuk masa depan kita. Besok-besok pakai tas dorong saja untuk bawa buku tebal begini."
Chelia hanya mengangguk menanggapi ocehan Rama. Perhatiannya terpusat pada Naya yang terlihat sedih dan kecewa. Chelia belum menemukan kata-kata yang tepat untuk menghiburnya.
Edward yang mengamati gerak-gerik Rama pun menjadi pusing sendiri. Rama dan Rean sama-sama menaruh hati pada Chelia, dan di antara mereka berdua, Edward tidak tahu harus mendukung yang mana.
YOU ARE READING
Prescriptio☕
Mystery / ThrillerMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
24. Aegis☕
Start from the beginning
