"Apa-apaan, sih, kalian!" Kesal Gio saat dua saudara kembar itu mengambil tempat duduk di sebelah kanan dan kiri, mengapit tubuhnya. "Tugas kelompok kita sudah kalian kirim ke emailnya pak Afri?"
"Jangan mengalihkan pembicaraan!" Rafa tersenyum jahil pada Gio yang memasang wajah bingung.
"Ya ampun Gio, ini siang bolong!" Rafi menambahkan.
Gio melipat dahi, tidak mengerti. "Maksud kalian apa?"
Rafa dan Rafi tertawa. "Sudah ketahuan juga, mengaku saja!"
Deg! Gio yang sangat anti dengan kata "ketahuan" mendadak terserang aritmia. Denyut jantungnya menjadi tidak beraturan. Gawat! Aku ketahuan?!
Rafa merendahkan nada bicaranya. "Kamu pasti sedang menonton film 'begitu', kan?"
"Hah?!"
"Jangan mengelak. Kamu sengaja mengambil tempat di pojok dan langsung menutup laptopmu seperti itu. Apa lagi kalau bukan menonton blue film!" tuding Rafa.
Rafi mengamini. "Btw, bagi linknya dong!"
"Link apa?! Siapa juga yang nonton film begitu?!" Gio berbalik pada Chelia yang menatapnya bingung. "Aku bersumpah, Chelia! Kamu tahu persis bagaimana tata krama sangat dijunjung tinggi di kampus kita ini."
"Kalau begitu coba buka laptopmu!" sanggah Rafa.
"Tidak bisa!"
"Kenapa tidak?!" Rafi dengan usil berusaha merebut laptop yang didekap Gio kuat-kuat.
"Wah, wah! Ada apa ini?" Rama berseru dari atas kemudian menuruni tangga dengan gesit diikuti Edward.
"Ada apa ini, Chelly? Kok, heboh?"
Tidak menjawab pertanyaan Rama, Chelia justru balik bertanya. "Rama, blue film itu apa?"
Rama dan Edward kontan melotot pada Gio, Rafa, dan Rafi.
"Apa yang kalian lakukan? Jangan racuni pikiran Chelly yang suci ini dengan hal-hal seperti itu!" Rama menggebrak meja.
Rafa dan Rafi hanya menyengir. Rafa kemudian memberi aba-aba pada Rafi lalu sejurus kemudian dua suadara kembar itu mengambil langkah seribu untuk kabur.
"Kami kirim tugas dulu!" teriak Rafa sambil mengedipkan sebelah matanya pada Gio.
Rama kemudian maju beberapa langkah, memberi Gio tatapan penuh intimidasi.
"Rama, tenang dulu! Bukan salah Gio, kok. Tadi Rafa bilang tentang itu. Aku penasaran, makanya aku bertanya."
"Jangan penasaran, Chelly. Yang seperti itu tidak baik untuk kamu tahu, nanti otakmu terkontaminasi." Rama kemudian beralih pada Gio yang refleks menelan salivanya sendiri. "Tapi kebetulan sekali ada batu Giok di sini. Kita memang mencarimu."
Edward melenggut membenarkan.
"Ada keperluan apa kalian denganku?" Gio yang berhasil mengamankan laptopnya dalam tas mencoba bersikap normal.
"Kita mau buat perhitungan."
"Perhitungan apa?"
"Yang jelas bukan perhitungan matematika dan kimia."
Edward menyikut Rama lalu duduk tepat di depan Gio. "Apa maksudmu mengirim kue pada Erva kemarin?"
"Tidak ada maksud apa-apa, kok!"
"Jangan bohong!" Rama ikut mengintrogasi.
"Rama, Edward, sudah! Jangan menekan Gio begitu." Chelia berusaha menghentikan Rama dan Edward, namun Rama menariknya dan langsung mengunci gerakannya dengan rangkulan. "Diam dulu ya Sweetheart, ini urusan antara kaum lelaki."
YOU ARE READING
Prescriptio☕
Mystery / ThrillerMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
24. Aegis☕
Start from the beginning
