Cassy menggeleng. "Nggak, kok. Tadi dibantu Falak dan kak Riva. Karena mendengar teriakan Rama, kami langsung masuk saja."
Chelia bersegera menghampiri Rama dan berlutut di hadapannya. "Ya, ampun! Kenapa bisa berdarah begini, Rama?"
Rama melirik Arya kesal. "Gara-gara Godzilla yang satu ini, nih! Sakit banget, tahu!" tudingnya pada Arya.
"Salah sendiri banyak gerak." Arya membela diri.
"Kau di sini juga, Arya? Tumben, biasanya jadwalmu sangat padat."
Arya menoleh pada Riva yang melenggang masuk sambil memainkan kunci mobilnya.
"Kau sendiri?"
"Aku mengantar Chelly. Mumpung tidak ada kerjaan aku mampir dulu. Lama rasanya tidak main ke sini."
"Kau sering datang ke sini?!"
Riva yang melihat gelagat cemburu dari Arya berusaha menahan tawa. "Ya, aku sering main ps dan nonton bareng mereka," katanya bangga lalu berjalan menuju Rama.
"Kak Riva!" Rama berseru senang saat Riva ikut menghampirinya.
Arya mendecih. Sekarang Rama mengabaikan keberadaannya, padahal ia sudah merelakan waktunya untuk mengerjakan tugas dan menunda pertemuannya dengan sang ayah sampai jam makan malam nanti.
Rean yang sudah kembali dengan menenteng kotak swab alkohol hanya tersenyum samar melihat teman-temannya yang telah datang. Sore ini mereka memang berniat untuk belajar bersama.
"Sini kubantu, Rean." Chelia lekas mengambil kapas alkohol di tangan Rean dan membersihkan kaki Rama.
"Jangan, Sweetheart! Biar aku saja!" cegah Rama.
Chelia hanya mendongak sebentar lalu kembali membaur kelingking Rama. "Tidak apa-apa Rama, jangan bergerak dulu," tuturnya lembut.
Rean memandangi momen tersebut sambil menahan napas. Selalu ada perasaan yang sulit dijelaskan dalam hatinya tiap kali melihat Rama dan Chelia dekat seperti itu.
Chelia memang baik pada semua orang. Lagi pula itu Rama. Kenapa aku harus gelisah begini! tegurnya pada diri sendiri dalam hati.
"Brother, kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Rama pada Rean. "Ah, kamu terlalu mengkhawatirkanku, ya?"
"Anggap saja begitu."
"Kuanggap begitu dengan senang hati." Rama menyengir dan berbalik pada Arya yang berdiri. "Kak, kamu mau ke mana?"
"Pulang," balas Arya singkat.
"Kenapa cepat sekali? Jangan lari dari tanggungjawab kamu!"
"Tanggungjawab apa? Kamu yang mengabaikanku dari tadi."
Rama menunjuk jari kelingking kakinya. "Tanggungjawab telah melukai kakiku dan membuatku kehilangan banyak darah."
"Cuma beberapa setetes juga!" umpat Arya namun kembali ceria dan duduk di sebelah Rama.
Rama menatap Arya kesal dan mencebik. "Kak Arya sayang, dengar ya, setetes darah itu sangat berharga. Kamu tidak pernah baca poster yang ditempel di depan kantor PMI itu? Apalagi untuk golongan darah langka sepertiku."
Riva yang mendengarnya terkekeh dan mengacak rambut Rama, "Memang golongan darahmu apa?"
"O rhesus negatif. Hanya bisa didonorkan oleh sesama O rhehus negatif. Benar kan, Chelly?"
Chelia mengangguk. "Karena itu berhati-hatilah, Rama."
"Iya, iya, Sweetheart." Rama bergumam dengan sedikit tersipu.
YOU ARE READING
Prescriptio☕
Mystery / ThrillerMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
28. Antitheta☕
Start from the beginning
