Anak manja! Baru lewat 10 menit juga! Apaan-apaan pula stiker ini! Arya mendengus kesal, namun ada senyum kecil yang terbit wajahnya.
Kegaduhan dari orang-orang berkumpul tidak membuat fokus Arya terganggu. Sejujurnya ia memang tidak menaruh minat pada pertemuan yang tidak membawa faedah ini. Rapat telah selesai sejak satu jam yang lalu, namun dirinya malah tertahan di antara kerumunan para tetua kampus yang penuh ambisi dengan obrolan seputar politik.
Arya sudah seringkali menghadapi masalah yang serupa. Walau kebanyakan dari mereka secara hirarki berada di jabatan yang lebih rendah, senioritas dan kewajiban untuk menghormati orang tua membuat Arya harus merendahkan hati. Terlebih bila pembicaraan menyimpang dari topik dan pejabat-pejabat kampus itu mulai mempromosikan putri-putri mereka untuk bersanding dengannya.
Dokter, dosen, polwan, pengacara, dan banyak lagi. Sayang Arya tidak tertarik. Arya tidak butuh wanita hebat untuk mengimbangi karirnya. Justru, ia mencari pasangan yang sederhana. Wanita yang senang tinggal di rumah, yang akan menyambutnya dengan senyum tulus, pelukan hangat, dan makanan enak saat ia penat sepulang kerja.
Arya bangkit dan bergegas, setidaknya spam chat dari Rama membuatnya memiliki alasan untuk mengambil langkah dari perkumpulan memuakkan itu.
Sesaat setelah Arya melangkah keluar, ponselnya berdering lagi. Senyum Arya yang merekah seketika sirna melihat nama berikut pesan yang terpampang di layar.
Mendadak kepala Arya terasa berkedut. Satu hal penting yang dilupakan olehnya adalah janjinya untuk bertemu sang ayah setelah urusannya di kampus hari ini selesai.
Arya menghela napas berat. Jika ditinjau dari sudut pandangnya, Arya tidak bisa mengingkari bahwa ia begitu menyayangi ayahnya. Setelah orang tuanya berpisah, segela sesuatundiurus seorang diri oleh sang ayah. Ayahnya berperan besar dalam membiayai pendidikan dan mendukung karirnya. Bahkan tak tanggung-tanggung mengambil jalur hukum dan tindakan tegas untuk memberinya pembelaan dan menjaga nama baiknya.
Arya mungkin beberapa kali menolak panggilan telepon ayahnya, namun tidak untuk pertemuan kali ini sebab ayahnya hanya kembali ke tanah air sekali dalam beberapa bulan.
Tapi, bagaimana pula dengan janjinya pada Rama?
⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️
Bila ada manusia yang tujuan diciptakannya adalah untuk menguji kesabaran manusia lain, Edward yakin Rama adalah salah-satunya.
Edward tidak habis pikir dan terus menatap kagum pada Arya yang begitu sabar menghadapi segala tingkah Rama.
"Sakit! Sakit!" Rama merintih saat Arya menekan jari kakinya.
"Sabar! Ini kukumu patah, harus dicabut dulu." Arya kembali menarik kaki Rama ke pangkuannya.
Edward dan Rean saling menukar pandangan. Mereka merasa tidak enak pada Arya yang datang jauh-jauh hanya untuk melakukan pekerjaan remeh-temeh yang mereka berdua bisa selesaikan sendiri—andai Rama mengizinkan.
Dengan bermodalkan gunting kuku dan pinset, Arya pun berusaha mengangkat serpihan kuku yang menyelip tersebut. Sayangnya Rama terlalu banyak gerak hingga gunting kuku menancap terlalu dalam dan Arya terlanjur menekan tuasnya kuat-kuat.
"Aaaa ...!" Rama merintih kesakitan sambil memeluk kedua lututnya erat-erat. Arya yang tak kalah terkejut pun langsung bangkit. Matanya melebar begitu melihat darah mengalir dari sudut bantalan kuku Rama yang terkelupas.
Rean bersegera mengambil kotak kesehatan, bersamaan dengan Chelia, Erva, dan Cassy yang berlarian masuk.
"Kalian sudah tiba? Kenapa tidak bilang! Pagar di depan itu macet, pasti susah dibuka," sambut Edward.
YOU ARE READING
Prescriptio☕
Mystery / ThrillerMenjadi mahasiswa farmasi yang super sibuk seolah cobaan yang belum cukup bagi Rama dan kawan-kawannya. Berbagai kejadian misterius terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah dengan salah seorang di antara mereka. Ketika persahabatan diuji oleh...
28. Antitheta☕
Start from the beginning
