10. Baik-baik Saja

553 94 5
                                    

"Tadi sih Libra ngikutin kami," Dylan tiba-tiba menjawab. "Tapi nggak tahu dia belok ke mana. Kami nggak lihat dia nyusul ke mari."

Naira menengok pada Dylan, merasa terselamatkan oleh perkataannya. Harusnya ia tetap tenang supaya bisa memberi jawaban dengan benar seperti itu.

"Ooh," Ayah Libra mangut-mangut. "Kalian kenal anak saya juga ternyata," ucapnya sembari memperhatikan seragam SMA Bendera yang melekat di tubuh tiga anak cowok di belakang Naira.

"Udah pasti lah, Om. Kami kan sekelas sama Libra," Choki menyahut. "Malahan kami pernah manggung bareng juga sama dia. Ada dua kali kalau nggak salah."

Ayah Libra menatap Naira untuk mendapat konfirmasi.

"Mereka bertiga ini anggota resmi band sekolah. Kalau yang ini Lukas, dia yang ngajarin kami main band," Naira menerangkan pada pria tersebut. "Mungkin Om pernah denger band Ludyzacho. Jadi mereka berempat ini adalah personilnya. Basecamp mereka kan di Holly."

"Oh!" Ayah Libra berseru takjub. "Ya, ya, saya ingat. Pantas muka kalian nggak asing," ucapnya lantas tersenyum lebar. "Berarti kalian ya, yang beberapa waktu lalu sering ngajak Libra latihan buat pembukaan konser Galaxio?"

"Tepat sekali!" Choki menyenggol Zaki yang mukanya paling masam. "Kami juga sempat nawarin Libra buat jadi keyboardis kami walau udah tahu bakal ditolak."

"Wah, saya senang sekali Libra berteman sama anak-anak pecinta musik seperti kalian. Saya harap kalian mau ngajak dia lagi kalau ada kesempatan. Libra sangat berbakat dalam musik sebenarnya, tapi kalian tahu sendirilah dia anaknya gimana."

"Yah, kami tahu persis gimana anak Om," Zaki akhirnya bergabung ke dalam percakapan juga. "Agak sulit emang ngomong sama dia. Urusan musik sih masih mending, Om. Tapi di luar itu bener-bener nguras emosi dan tenaga."

Ayah Libra tertawa renyah, paham akan maksud Zaki. "Ya sudah, kalau gitu saya pergi dulu. Senang bertemu kalian. Sampai ketemu lagi, Naira," ucapnya lantas melanjutkan perjalanannya menyusuri lorong.

"Lo kenal bokapnya Libra, Nai?" tanya Lukas sepergiannya pria itu. Mereka juga telah meneruskan tujuannya menuju kantin Holly. Letak kantin sendiri berada di samping depan gedung studio Holly.

"Iya," Naira mengangguk. "Waktu pesta perpisahan sama kakak kelas sebelum kenaikan, Ayah Libra yang nganterin gue sama Libra ke sekolah. Beberapa hari yang lalu dia juga mampir lagi, pagi-pagi waktu gue mau berangkat."

"Kelihatannya dia orang baik, heran aja anaknya bisa kasar kayak gitu," Lukas berujar. "Tapi hebat juga Ayah Libra masih perhatian dan baik banget sama lo. Bukannya Kelly udah mutusin Libra jauh-jauh hari, ya?"

"Yah," Naira mengangkat bahu. Sebentar ia melirik Zaki di belakang, "Seperti yang pernah gue bilang sama teman-teman di kelas, Ayah Libra seneng anaknya bergaul sama gue dan Mbak Kelly. Katanya sejak kenal kami, hubungan dia sama Libra jadi membaik. Libra juga jadi mau tinggal serumah sama ibu tirinya. Sebelumnya kan dia nggak pernah pulang. Sukanya tidur di studio ini. Gue pikir Libra berubah karena Mbak Kelly berhasil nasehatin dia."

"Percaya sih," Lukas menanggapi. "Orang kayak Libra nggak mungkin bisa dinasehatin pakai cara biasa. Jadi gue yakin Kelly punya cara ekstrim sampai tu anak mau dengerin dia."

"Bentar, bentar," Dylan menyela pembicaraan antara Lukas dan Naira. "Barusan lo bilang apa, Kas? Mbak Kelly udah mutusin Libra?"

"Emang Zaki nggak ngasih tahu apa?" Lukas menoleh lalu memandang rekan-rekan sebandnya bergantian.

"Astaga," Dylan menggumam tak percaya. "Jadi itu alasan lo minta gue sama Choki ngawasin Naira di kelas, Zak?"

"Oalaah, apa karena itu Libra gangguin Princess Pink lagi?“ Choki pun mulai berspekulasi. "Dia dendam, nggak terima diputusin sama Mbak Kelly. Makanya dia ngelampiasin kekecewaannya dengan cara gangguin Naira."

Princess Pink's BoyfriendWhere stories live. Discover now