Meskipun sebenarnya ... Edward agak sedikit lamban untuk mengerti kanji. Sampai sekarang.

Hikari membelai lembut kepala Adam. Manik obsidiannya yang masih senantiasa berkilauan menatap manik karamel Adam dalam-dalam.

"Semangat, ya."

~*~*~*~*~

Tidak ada waktu untuk bersantai. Sama sekali. Mereka memerlukan waktu lima belas menit untuk tiba di Alford Corporation. Meskipun Aoi tahu, Kirika menunggu mereka kapan saja.

Namun, harus diingat. Waktu adalah uang.

Terpaksa Adam hanya memotret foto seadanya. Padahal bunga-bunga sakura yang tertanam di sepanjang tepi trotoar tengah bermekaran begitu cantik musim ini. Sementara orang-orang di sekitarnya berjalan dengan cepat.

Mereka bergabung di tengah khalayak ramai, menunggu lampu rambu penyeberangan berganti ke warna hijau. Ketika lampu hijau menyala, segera para penduduk melangkahkan kaki seperti tengah berlomba-lomba. Adam bahkan mengerjap beberapa kali, berusaha mengikuti kecepatan langkah mereka dengan mengambil langkah besar-besar yang terlihat lebih kaku dibandingkan semua orang.

"Adam, santai!" Begitu Edward berceletuk sembari merangkul Adam.

Adam tertawa canggung. Akhirnya pemuda itu memperlambat langkah. "Entahlah. Aku jadi sedikit malu ketika mengingat negaraku pernah dikatakan sebagai imigran termalas karena langkah mereka yang lambat."

"Nanti juga terbiasa," kata Daniel. "Sebenarnya itu ada tekniknya, tahu! Aku akan mengajarkannya nanti."

Sementara Nina dan Aoi hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum memandangi mereka yang kemudian bercengkerama.

Tidak banyak yang terjadi di sepanjang jalan. Perjalanan ini tak terasa sebab banyak hal yang menarik di Shibuya. Sampai-sampai Adam sendiri sudah berencana untuk mendatangi dua hingga tiga toko yang ia lewati ketika liburan nanti.

Akhirnya mereka sampai di Alford Corporation. Aoi langsung menemui resepsionis. Tampaknya resepsionis ini sudah diarahkan untuk menyambut Cyclone Team. Tanpa berbasa-basi, mereka dibimbing menuju ruang tamu untuk menunggu Kirika di sana.

Edward sempat menghentikan langkah ketika mendapati Eleonor yang melangkah menuju lift. Lantas ia menyapa si profesor. Sayang, kelihatannya profesor wanita itu tak punya waktu banyak. Dia hanya melambai dan memberi isyarat berjanji akan berbicara dengan mereka ketika sudah menyelesaikan tugasnya.

Sementara Daniel nyaris saja hilang fokus memandangi beberapa pekerja yang mengenakan jas laboratorium. Sekali lagi ia mendapati Adam terlihat minder ketika berpapasan dengan mereka yang memiliki langkah cepat. Daniel segera menepuk-nepuk bahu Adam, lalu mendorongnya seolah berperan sebagai pengisi daya semangat.

Sesampainya mereka di ruang tamu yang cukup luas, mereka segera dipersilahkan duduk oleh resepsionis. Resepsionis wanita itu meminta mereka untuk menunggu sebelum ia pergi.

Adam menoleh sekeliling, hatinya penuh pujian untuk seisi ruang tamu bergaya minimalis. Dia sama sekali tak menjumpai satu pun kaca jendela yang mengizinkan mereka untuk melihat keadaan luar gedung. Sepertinya ruangan ini sengaja dibuat agak sedikit lapang. Tapi sayang, dekorasi ruangan ini terlihat kosong sama sekali.

Puas manik Adam berjelajah, barulah ia menoleh ke kanan dan kirinya. Dia mendengkus panjang. Sepertinya ia tak perlu heran mengapa selama duduk di sini, ia merasa sesak. Padahal pendingin udara sudah menyala.

Sama seperti Adam, anggota Cyclone Team yang lain tampak bercelingukan dengan canggung, tengah berusaha menikmati pemandangan yang ada. Hanya saja ....

Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat