22. Reflexionem☕

Start from the beginning
                                        

Erva yang baru keluar dari toilet tak kalah terkejut. Pandangannya jatuh pada name tag milik perempuan tersebut yang tergeletak di dekat kakinya. Erva merunduk. Matanya membuka maksimal saat membaca nama yang tertera di sana.

Cindya Varischa.

"Astaga, Cindy?!"

Cassy menoleh pada Erva setengah tak percaya. Benarkah perempuan dengan rambut kusut dan pakaian setengah terbakar ini Cindy? Ada apa? Apa yang telah terjadi?

Dengan gemetar Cassy menarik kakinya untuk maju mengambil langkah. "Cindy ...?" panggilnya.

Perempuan yang menggelugut sambil menunduk tersebut mengangkat kepala. Pantulan wajahnya di cermin membuat Cassy dan Erva spontan menjerit. Kulit wajahnya terkelupas, beberapa bagian bahkan tampak memerah dan terbakar. Ditambah lagi sebelah kelopak matanya yang robek setengah mengatup. Bila bukan karena kalung yang dikenakannya, Cassy tidak akan mungkin mengenali sosok itu sebagai Cindy sang ratu sosialita.

Cindy berbalik menatap Cassy. Seram, satu kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana parasnya sekarang. Cassy mengunci rapat matanya saat Cindy mendekat, membelai wajahnya dengan kulit telapak tangan yang ikut melepuh.

"Tidak mungkin!" Cindy menatap wajah Cassy dan bayangannya di cermin bergantian. "Ini bukan aku! Aku cantik! Aku jauh lebih cantik!"

Cassy terduduk di atas lantai toilet yang dingin. Hatinya bergemuruh saat melihat Cindy yang berteriak histeris sambil memukul kaca cermin hingga retak dan melukai tangannya sendiri.

Edward, Rama, dan Rean disusul Chelia, Naya, Gio, juga si kembar Rafa-Rafi datang tak lama setelahnya.

Rean dibantu Rafa dan Rafi menghentikan Cindy yang semakin menggila. Rama, Edward, dan Gio mengawal yang lainnya dari kerumunan orang-orang yang penasaran dengan keributan yang terjadi.

Sekilas Cassy berbalik, memandang iba pada Cindy yang meronta lalu jatuh pingsan antara syok dan kehabisan tenaga.

Tuhan .... apa mungkin ini karena doanya?

⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️

Nomor yang Anda tuju tidak menjawab.

Arya mendesah berat saat untuk kesekian kalinya panggilannya diputuskan oleh suara mononton operator telepon.

Perasaan cemas menguasai dirinya begitu keluar dari laboratorium kimia. Beberapa saat yang lalu terjadi ledakan di sana, tepat saat jam praktikum Rama.

Dikabarkan satu orang mahasiswi mengalami luka parah di bagian wajah, sementara beberapa lainnya mengalami luka-luka minor akibat pecahan kaca dan percikan cairan asam-basa. Namun masalahnya tidak terletak pada tingkat cederanya. Bagaimanapun, Arya tidak ingin Rama mengalami luka. Tidak ringan, terlebih lagi berat.

Arya menuruni tangga dengan gelisah sambil sesekali meringis. Teringat keadaan laboratorium yang kacau menambah kekhawatirannya. Arya pun mencegat setiap orang yang berpapasan dengannya hanya untuk menanyakan di mana keberadaan adiknya itu.

"Berhenti!" teriak Arya pada beberapa praktikan yang lewat. Kelompok mahasiswa tahun pertama tersebut sontak dibuat keder mendapat seruan dari sang dekan. "Kalian lihat Rama? Rama adikku!"

Prescriptio☕  Where stories live. Discover now