23: Langit Abu-Abu

7.9K 1.4K 526
                                    

Satu hal yang Yedam sadari semenjak menginjakkan kaki di rumah sederhana itu; bahwa keluarga bukan hanya tentang ikatan darah.

Yedam memang tidak banyak berinteraksi dengan penghuni lain, karena memang dirinya yang masih menutup diri. Chan bahkan sudah berkali-kali mengingatkan Yedam untuk bisa memberi kesempatan kepada yang lainnya untuk mengenalnya lebih jauh.

Tetapi Yedam terlanjur terbiasa memiliki ruang untuk sendiri. Selama di pack, tidak ada yang berani berteman dengan Yedam karena statusnya sebagai keponakan dari Alpha pemimpin, dan lagi pula, Yedam jarang sekali memiliki waktu luang.

Sedangkan di rumah ini, semuanya terasa sangat asing. Tempat yang kecil membuat setiap penghuni rumah akrab satu sama lain, mereka tidak canggung untuk menunjukkan kasih sayang, dan tampaknya juga selalu merasa nyaman mengobrol bersama, meski sering bertengkar pula.

"Yedam ingin makan sesuatu?" tanya Woojin menawarkan dengan ramah.

Yedam yang saat itu sedang melamun dan duduk sendirian di beranda, menunggui Chan yang pergi berburu bersama Jeongin dan Hyunjin sejak pagi-pagi buta, membuat Woojin khawatir.

Karena tidak mendapat sahutan, Woojin meletakkan sebuah wadah berisi buah beri di samping Yedam, mengetahui jika lelaki yang lebih muda belum makan apa pun dan kemungkinan besar tengah merasakan lapar, kemudian tersenyum kecil, "Kalau tidak termakan, nanti letakkan lagi di dapur, ya?" ucap Woojin lembut.

Yedam masih juga diam, memperhatikan wajah Woojin dengan seksama, sehingga membuat Woojin sedikit salah tingkah.

"Eum.. Aku akan kembali ke dalam. Kamu juga jangan terlalu lama diluar, cuacanya sedang dingin." Woojin buru-buru berdiri dan berniat melangkah menjauh, namun suara Yedam menahannya untuk melakukan itu.

"Sekarang aku mengerti alasan kak Chan menyukaimu." gumam Yedam, melirik ke arah Woojin yang sekarang terdiam kaku di ambang pintu, "Kamu sangat tulus dan baik."

Woojin mengulum senyum lebar malu-malu, "Kamu juga baik, Yedam. Chan beberapa kali cerita tentangmu akhir-akhir ini, dan aku tau kalau dia tidak bohong ketika bilang kalau kamu itu adik yang menggemaskan."

Yedam memangku mangkuk berisi beri, dan menunduk kikuk, "Terima kasih." ucapnya sungkan dengan pelan.

Melihat tingkahnya, Woojin terkekeh, dan mengusap rambut Yedam penuh afeksi, "Kamu tidak perlu berterima kasih!"

Dan dengan itu, Yedam tidak dapat menahan senyum yang juga terukir lebar di wajahnya.

Untuk pertama kalinya, Yedam menyadari jika perubahan tidak lah selalu buruk. Karena hidupnya terasa jauh lebih baik saat ini, dibanding hari-hari melelahkannya selama di pack.

🖤

Changbin luar biasa cemas. Melihat bagaimana Felix yang biasanya ceria serta murah senyum, kini kelihatan pucat dan menggigil karena demam.

Alpha itu menggenggam tangan Felix erat, dan memberi banyak kecupan kecil di punggung tangannya. "Kamu harus cepat sembuh." ucap Changbin pelan.

Felix hanya bisa mengangguk lemah. Sedangkan Minho yang juga ikut menungguinya memandangi mereka dengan khawatir.

"Demam Felix cukup tinggi, aku mengira mungkin karena Felix mengalami stres akhir-akhir ini." jelas Minho hati-hati. "Tidak ada yang fatal, Felix hanya perlu banyak istirahat."

Changbin melirik ke arah Felix, "Kamu tertekan oleh sesuatu?" tanyanya terkejut.

Felix mengalihkan pandangannya dari Changbin, menolak kontak mata dari si Alpha. "Aku terus memikirkan tentang mating." sahutnya dengan cicitan kecil.

instinct ㅡ stray kidsWhere stories live. Discover now