14: Titik Akhir

6.7K 1.2K 549
                                    

🖤

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

🖤

Woojin terkesiap, terlonjak bangun dari tidurnya, mengakibatkan kepalanya merasakan pening.

Felix dan Jisung, yang sebelumnya ikut-ikutan terlelap selagi menjaga Omega yang lebih tua, juga mengerang terganggu oleh tingkah Woojin tersebut, namun tetap melanjutkan tidur mereka setelah keadaan yang kembali tenang seperti semula.

Sedangkan Woojin terduduk sendirian, dengan kening dipenuhi keringat dingin, dan darah yang menetes deras dari hidungnya.

Woojin refleks menutupi lubang hidungnya menggunakan tangan, kemudian berlari keluar kamar untuk membasuh darah yang tidak berhenti mengalir.

"Woojin? Kamu baik-baik saja?" tanya Minho yang kebetulan sedang beristirahat di sofa segera mengekori Woojin menuju dapur, lalu berusaha membantu Omega itu dengan menghaluskan dedaunan obat dan menuangnya ke dalam wadah. "Pakai ini saja. Darahnya akan lebih cepat kering."

Woojin menuruti arahan Minho, tetapi darah yang keluar tetap mengucur, membuat Woojin merasakan lemas pada tubuhnya.

"Ini aneh, seharusnya darahnya sudah berhenti." cemas Minho, menatap Woojin dengan pandangan menyelidik, "Apa kamu sakit, Woojin?"

Woojin menghindar dari tatapan Minho, kemudian bergumam parau, "Darahku sulit membeku."

Minho terbelalak, semakin bertambah khawatir. "Kamu sering mimisan?"

Woojin kali ini menggeleng, wajahnya kelihatan kebingungan, "Ini pertama kalinya aku mengalami ini."

"Sebentar," Minho spontan mendekat pada Woojin, dan mengendus leher Omega itu, yang kemudian menyebabkan Woojin berjengit malu, tetapi Minho tampak sangat serius dan akhirnya Woojin hanya membiarkan. "Aromamu berbeda." ucap Minho kemudian.

"A-apa maksudmu?" Woojin ikut merasa resah, karena memang dirinya tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.

Minho meraih kedua bahu Woojin, dan menatapnya lekat tepat dikedua bola matanya.

"Tanda Alpha dari Chan pada aromamu berubah." jelas Minho pelan, kemudian menghela nafas dan melanjutkan, "Aku rasa sesuatu terjadi pada Chan dan mempengaruhi keadaanmu juga."

🖤

Hyunjin berhasil membujuk Seungmin untuk bergerak pelan-pelan mendekat padanya.

Meski masih terhalang jeruji, setidaknya Hyunjin sekarang dapat menggenggam tangan Seungmin secara langsung dan memberi usapan-usapan lembut di rambutnya yang mulai lepek karena keringat agar bisa menenangkan Omega tersebut.

"Kak Jinie, tolong usir sakitnya. Minie tidak kuat lagi." rintih Seungmin mengiba, dan hati Hyunjin mencelos, ikut merasakan pesakitan yang sedang Seungmin rasakan.

Hyunjin spontan mencium punggung tangan Seungmin dengan begitu lama. Pandangannya buram, tertutupi oleh air mata putus asa yang mulai menggenang.

"Maaf." Hyunjin berucap susah payah dengan tercekat. "Maaf karena aku tidak mampu menjaga Minie dengan baik."

instinct ㅡ stray kidsWhere stories live. Discover now