17🦊 PILIHAN

1.9K 215 115
                                    

Selamat membaca, jangan lupa vote dan tinggalkan komen yahh🖤

***

Ali menolehkan kepalanya cepat ke sumber suara. Kembali rahangnya mengeras ketika melihat siapa lagi-lagi yang mencampuri urusannya. Ia sudah pernah bilang, cowok sialan di depannya ini seharusnya ia musnahkan agar tak lagi mencampuri urusannya. Sial!

Menegakkan tubuhnya, Ali berdiri tepat di depan Alex yang terlihat emosi sama sepertinya. "Gue udah pernah ngingetin lo kalo nggak usah ikut campur anjing!" Bentak Ali kasar mencengkram kuat kerah seragam Alex.

Alex menepis kasar tangan Ali membuat tubuh mereka berjarak beberapa centi. Tatapan tajam kembali Alex layangkan pada Ali. "Gue bakal berhenti kalo lo juga berhenti nyakitin Anna!" Teriak Alex. Ingin rasanya ia membogem lagi wajah di depannya ini.

"Urusan sama lo apa hah?! Gue udah pernah bilang kalo stop campurin urus—"

"KARENA GUE SUKA SAMA ANNA BERENGSEK!!"

Deg!

Baik Watty maupun Kinan sama-sama terkejut mendengar pengakuan dari Alex barusan. Mereka berdua menoleh kearah Anna sebelum kembali menoleh dengan terkejut ketika tubuh Alex menabrak loker di belakang cowok itu dengan nyaring.

"BERANINYA LO?!" teriak Ali marah. Sangat-sangat terlihat emosi mendengar pengakuan dari adik kelasnya itu. "GUE NGGAK BAKAL BIARIN LO NGAMBIL CEWEK GUE BANGSAT! LO PIKIR LO SIAPA HAH?!"

Bugh!

"KAK ALI STOP!!" Teriak Anna menggelegar. Dengan keberanian yang ia punya langkahnya maju mendekati kedua cowok yang tengah berusaha merebut kembali oksigen itu. Anna menunduk, membantu Alex untuk berdiri namun sebelum ia membungkuk tubuhnya sudah lebih dulu di tarik dengan kasar oleh sebuah tangan. Siapa lagi kalau bukan Ali.

"Nggak usah sentuh bajingan kayak dia!"

"Lepas!"

"Gue bilang nggak usah—"

"Apa? Asal kak Ali tau, aku bakal lebih milih Alex dari kak Ali kalo kak Ali mau tau!"

Deg!

Ali terdiam dengan jantung berdegup. Menatap bola mata Anna guna mencari kejujuran dari perkataan barusan namun ia mengumpat dalam hati ketika tidak melihat itu. Rahang Ali mengeras sebelum memilih terkekeh kecil guna mencoba menghilangkan rasa yang sangat teramat mengganggu menurutnya itu di dalam sana.

"Lo lagi nggak bercanda kan? Lo nggak lupa sama—"

"Aku nggak peduli sama perjanjian itu lagi!" Teriak Anna cepat. Ia sangat membenci dirinya ketika lagi-lagi harus kembali lemah lalu kembali menangis di depan Ali. "Aku capek sama sikap kamu yang seenaknya! Aku capek jadi babu kamu seolah aku orang asing dalam hidup kamu! Aku capek hikss..."

Tangan Ali terkepal kuat dengan rahang mengeras dengan urat-urat lehernya yang terlihat.

"K-kapan kamu bisa milih aku dari mereka hikss, aku juga punya hati kalo kamu lupa..." Isak Anna, kembali membungkam Ali.

Airin mengumpat dalam hati melihat Anna yang menurutnya mulai men-drama. Ia yakin Anna sudah bersekongkol dengan ketiga orang di depan mereka ini untuk membohongi Ali bahwa Anna hamil anak Ali. Ia sangat yakin dengan hal itu. "Lo pikir lo bakal senang setelah ini? Nggak Anna! Karena selama masih ada gue, Ali nggak akan pernah jadi milik lo." Batin Airin dengan menatap tajam kearah Anna.

"Lo suka sama cowok ini?!" Tanya Ali emosi. Sangat-sangat menginginkan sesuatu yang menurutnya tak ingin ia dengar.

Anna mengusap pipinya kasar, mendongak menatap wajah Ali. Ia menoleh kearah Airin yang terlihat sinis kearahnya sebelum kembali menatap kearah Ali.

ALIANDOWhere stories live. Discover now