Author's POV
"Kau yakin harus bersekolah di Jakarta? Disini masih banyak sekolah yang sama bagusnya dengan sekolah di sana," ucap Rendy sambil menggenggam erat tangan Ghina.
Ghina mengangguk pelan. "Aku ingin belajar mandiri, Ren. Aku lelah dengan anggapan orang-orang bahwa aku adalah gadis yang manja."
"Tapi kau bukan gadis manja bagiku, Ghin." Mata Rendy sudah mulai berkaca-kaca.
"I know it, Ren, tapi aku harus tetap pergi."
Rendy pun langsung menarik Ghina ke dalam pelukannya. "I love you, Ghin, always."
"I love you too," balas Ghina dengan nada berbisik. Air mata mulai jatuh menuruni kedua pipinya.
Rendy pun melepaskan pelukannya, lalu menghapus air mata di pipi Ghina dengan ibu jarinya. "Jika kita bertemu kembali, aku akan menyatakan perasaanku padamu untuk kedua kalinya. Sebagai bukti bahwa aku benar-benar mencintaimu."
Ghina mengangguk pelan sambil tersenyum. "Aku percaya itu."
Tiba-tiba, terdengar pengumuman bahwa penumpang dengan keberangkatan pesawat menuju Jakarta harus segera masuk ke dalam pesawat.
"Aku harus pergi, Ren."
Rendy tersenyum kecil. "Baiklah, jangan lupa kabari aku jika kau sudah sampai di Jakarta."
"Aku tidak akan lupa." Ghina pun mulai berjalan meninggalkan Rendy sambil menggeret kopernya
Rendy pun melambaikan tangannya pada gadis itu. Ghina juga membalas lambaian tangan tersebut sambil tersenyum, hingga akhirnya Ghina benar-benar menghilang dari hadapan lelaki tersebut.
To be continued...
A/N:
Gimana nih prolognya? Aduh, ini untuk pertama kalinya gue nulis cerita tentang seorang artis besar dan gadis biasa, pake bahasa baku pula wkwkwk. Doain aja deh semoga kali ini bisa gue tulis sampe tamat wkwkwk. Aamiin...
Shiba, si amatiran💋
YOU ARE READING
My Unintended
Teen FictionIni bukanlah cerita cinta antara badboy dengan goodgirl, bukan juga cinta antara cowok populer dengan gadis biasa, dan bukan juga cinta dengan latar tempat di sebuah SMA. Ini hanyalah cerita yang mungkin saja bisa membuatmu gemas -tersenyum sendiri...
